Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2021

Tridevi, Simbol Pendidikan Holistik

Gambar
Dalam dunia pendidikan di Bali, simbol yang paling sering digunakan adalah Saraswati, yang dikaitkan dengan pengetahuan. Tetapi Guruku memperkenalkan simbol Tridevi (Parvati, Sarasvati, dan Laksmi) untuk digunakan di sekolah kami, One Earth School. Berikut adalah pemahaman pribadiku tentang simbol ini. Pertama adalah Parvati, simbol kesucian, purity . Kesucian hanya dapat diraih ketika kita mampu mengindentifikasi kelemahan-kelemahan kita, kemudian dengan segenap kekuatan kehendak yang dimiliki, kita memperbaiki diri. Hal utama lain yang harus dilakukan adalah memperbaiki persepsi kita, cara pandang kita tentang hidup ini dari yang hanya berfokus pada diri sendiri, diubah fokusnya untuk kepentingan masyarakat luas. Belajar dan memahami bahwa semua bentuk kehidupan berhak untuk menikmati kebahagiaan dan bebas dari segala sengsara. Perubahan persepsi ini sangat penting untuk menjamin terjadinya transformasi di dalam diri kita. Ketika kelemahan-kelemahan dalam diri teratasi, ketika kita

Children, Tabularasa???

Gambar
Artikel ini merupakan buah pemikiran Guruji Anand Krishna yang diterjemahkan secara bebas oleh penulis blog. “Indeed, the  theory  that  children  are born  tabula rasa  has been proven wrong by modern open minded  neuroscientist . Rishi s, the ancient  soul   scientists  discovered it thousands of years ago. Children are born with certain  samskara s and/or  vikara s as also  vasanas . That is good and bad  impressions ,  memories  as well as  obsession s. We may choose to connect it with former lives, genes or whatever.” Sesungguhnya, teori yang menyatakan bahwa anak lahir tabula rasa (seperti kertas kosong, putih bersih dan tanpa noda/dosa) telah dibantah oleh para ahli neurologi yang berpikiran terbuka. Rishi, para saintis jiwa kuno telah menemukan teori tersebut ribuan tahun yang lalu. Anak-anak terlahir dengan kecenderungan (sifat) baik dan kecenderungan (sifat) buruk, serta memori tertentu, obsesi serta harapan-harapan. Kita dapat mengaitkannya dengan sifat bawaan dari masa

Tut Wuri Handayani, Gugatan Seorang Pendidik

Gambar
Saat akan membuat postingan di sosial media terkait dengan Hari Pendidikan Nasional, kawanku yang sedang membuat konten untuk postingan kami merujuk pada falsafah Ki Hajar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi contoh) Ing Madyo Mangun Karso (di tengah memberi semangat) Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan) Aku kemudian bertanya dalam hati, mengapa Departemen Pendidikan Nasional hanya menggunakan slogan Tut Wuri Handayani, bukannya Ing Ngarso Sung Tulodo? Pertanyaan tersebut aku lontarkan kepada kawanku dan kami berduapun hanya saling pandang dan bingung.  Sedari kecil, semboyan Tut Wuri Handayani selalu menggema dalam dunia pendidikan dan akupun tahu apa artinya. Tetapi hari ini aku mempertanyakan penggunaan slogan ini pada Departemen Pendidikan kita, mengapa menggunakan slogan Tut Wuri Handayani, bukannya Ing Ngarso Sung Tudolo? Mengapa??? Di atas segalanya, hal utama yang harus dilakukan oleh seorang pendidik adalah menjadi teladan, memberi contoh lewat tind