Tridevi, Simbol Pendidikan Holistik
Dalam dunia pendidikan di Bali, simbol yang paling sering
digunakan adalah Saraswati, yang dikaitkan dengan pengetahuan. Tetapi Guruku
memperkenalkan simbol Tridevi (Parvati, Sarasvati, dan Laksmi) untuk digunakan
di sekolah kami, One Earth School. Berikut adalah pemahaman pribadiku tentang simbol
ini.
Pertama adalah Parvati, simbol kesucian, purity. Kesucian hanya dapat diraih
ketika kita mampu mengindentifikasi kelemahan-kelemahan kita, kemudian dengan
segenap kekuatan kehendak yang dimiliki, kita memperbaiki diri. Hal utama lain
yang harus dilakukan adalah memperbaiki persepsi kita, cara pandang kita
tentang hidup ini dari yang hanya berfokus pada diri sendiri, diubah fokusnya
untuk kepentingan masyarakat luas. Belajar dan memahami bahwa semua bentuk
kehidupan berhak untuk menikmati kebahagiaan dan bebas dari segala sengsara.
Perubahan persepsi ini sangat penting untuk menjamin terjadinya transformasi di
dalam diri kita. Ketika kelemahan-kelemahan dalam diri teratasi, ketika kita
sudah berubah dengan sendirinya kesucian menjadi aroma dasar dalam hidup kita.
Kesucian melampaui baik dan buruk, hati yang suci mampu memilah mana yang tepat
dan mana yang tidak tepat.
Kesucian merupakan fondasi dalam diri seorang manusia.
Tanpa kesucian, dia tidak akan mampu melangkah lebih jauh untuk menyelami
kehidupan. Tanpa kesucian, manusia tidak akan terbebas dari jerat kalacakra,
dari hukum karma. Tanpa kesucian, manusia tidak akan mampu mengarungi lautan
samsara untuk sampai di seberang sana.
Setelah transformasi pribadi terjadi, baru kemudian kita
mengisi diri dengan Sarasvati. Sarasvati adalah simbol pengetahuan dan
kebijaksanaan. Tanpa kesucian diri, kita tidak akan mampu mengakses pengetahuan
sejati, pengetahuan tentang diri, tentang jati diri. Tanpa kesucian, kita tidak
akan menjadi bijaksana, kita tidak akan mampu mengenal diri. Hanya dengan
mengenal diri, manusia mampu menemukan kebahagiaan sejati yang bersemayam di
dalam dirinya. Hanya setelah menemukan kebahagiaan sejati di dalam diri, dia
tidak akan lagi bersandar pada apapun dan siapapun. Ia menyadari bahwa dunia
benda ini adalah ilusi, apa yang saat ini ia miliki dapat hilang dan berpindah
tangan dalam sekejap. Ia akan hidup dan menggunakan sarana dunia benda tanpa
keterikatan karena menyadari bahwa “inipun akan berlalu”, segala sesuatu di
dunia benda ini sedang berubah dan menuju kepunahan. Perubahan adalah
keniscayaan yang tidak terhindarkan dalam dunia benda. Mereka yang berusaha untuk
mempertahankan segala sesuatu mati-matian akan selalu hidup dalam duka derita.
Yang terakhir adalah Laksmi, merupakan simbol kesejahteraan
holistik. Dengan bekal pengetahuan dan kebijaksaan yang kita miliki, kita akan
mampu berkarya untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Kita harus mandiri
sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Berkah yang kita dapatkan dari
kerja keras dan kerja cerdas harus kita kelola dengan baik. Kesejahteraan
secara holistik membuat kita kaya dalam arti yang seutuhnya. Kekayaan yang kita
dapatkan dari kerja keras haruslah kita gunakan untuk berbagi dengan mereka
yang kurang beruntung dari kita. Hanya dengan berbagi kita akan merasakan
kebahagiaan dalam arti yang sesungguhnya. Kebahagiaan tidak hadir saat kita
menerima sesuatu dari orang lain, tetapi saat kita berbagi berkah yang kita
miliki kepada orang lain.
Pendidikan holistik haruslah mengacu kepada ketiga konsep
ini. Hanya dengan ini, kita mampu mencetak sumber daya manusia yang sempurna:
suci hatinya, bijaksana dan sejahtera. Ketiga hal ini menjamin manusia menjadi
bahagia dan mampu menjadi berkah bagi semua bentuk kehidupan di muka bumi ini.
Komentar
Posting Komentar