Tut Wuri Handayani, Gugatan Seorang Pendidik
Saat akan membuat postingan di sosial media terkait dengan Hari Pendidikan Nasional, kawanku yang sedang membuat konten untuk postingan kami merujuk pada falsafah Ki Hajar Dewantara:
- Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi contoh)
- Ing Madyo Mangun Karso (di tengah memberi semangat)
- Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan)
Aku kemudian bertanya dalam
hati, mengapa Departemen Pendidikan Nasional hanya menggunakan slogan Tut Wuri
Handayani, bukannya Ing Ngarso Sung Tulodo? Pertanyaan tersebut aku lontarkan
kepada kawanku dan kami berduapun hanya saling pandang dan bingung.
Sedari kecil, semboyan Tut
Wuri Handayani selalu menggema dalam dunia pendidikan dan akupun tahu apa
artinya. Tetapi hari ini aku mempertanyakan penggunaan slogan ini pada Departemen Pendidikan kita, mengapa menggunakan
slogan Tut Wuri Handayani, bukannya Ing Ngarso Sung Tudolo?
Mengapa???
Di atas segalanya, hal utama
yang harus dilakukan oleh seorang pendidik adalah menjadi teladan, memberi
contoh lewat tindakan dan perilaku. Untuk menjadi contoh berarti kita harus
mempraktekkan terlebih dahulu apa yang kita ucapkan. Itu artinya seorang
pendidik harus berani untuk melakukan self-transformation,
harus memiliki niat yang kuat untuk memperbaiki diri. Siap untuk meninggalkan
nilai-nilai lama yang sudah usang dan tidak menunjang perkembangan jiwa.
DAN SEMUA ITU TIDAK MUDAH…
Iya, aku katakan tidak mudah
karena kita MALAS…
Rasa malas bawaan, our innate laziness, yang membuat kita
enggan untuk berubah, enggan untuk memperbaiki diri. Sudah tahu bahwa api
membakar, tetapi kita tetap menjulurkan tangan kita ke dalam api. Sudah tahu
bahwa kebiasaan-kebiasaan buruk hanya membawa kesengsaraan dalam jangka
panjang, tetapi kita enggan untuk melepaskannya. Kita selalu mengulangi
kesalahan-kesalahan yang sama dan menderita karena kita MALAS. MALAS UNTUK BERUBAH, MALAS UNTUK MEMPERBAIKI DIRI.
Jika malas menjadi watak dasar
seorang pendidik, maka bagaimana nasib anak-anak didik kita?
Aku teringat petuah dari Guru
dari Guru Spiritualku, Sri Satya Sai Baba tentang peran pendidik:
“Teachers are reservoirs from which, through the process of
education, students draw the water of life."
Pendidik diibaratkan sebagai
tangki air, dan murid adalah keran air yang keluar dari tangki tersebut. Kita
sering mendengar pepatah dalam Bahasa Inggris, like father, like son atau buah tidak jatuh jauh dari pohonnya
dalam Bahasa Indonesia. Hal yang sama berlaku dalam dunia pendidikan juga,
kualitas murid ditentukan oleh kualitas pendidik yang mengajar.
Wahai pendidik Indonesia, mari
berubah demi anak-anak didik kita. Mari perbaiki diri kita terlebih dahulu
sehingga mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-anak kita. Anak-anak ini
adalah masa depan negara, bangsa dan dunia kita.
Ketika seorang pendidik sudah
mampu untuk menjadi contoh, sudah mampu memimpin dirinya sendiri, dengan
sendiri falsafah kedua dan ketiga Ki Hajar Dewantara (Ing Madyo Mangun Karso
dan Tut
Wuri Handayani) akan terjadi dengan sendirinya. Seorang pendidik yang
berjiwa pemimpin pasti akan mampu untuk memberikan semangat dan mendukung murid-muridnya.
Jadi konsepku sederhana saja,
hal pertama dan terakhir, PENDIDIK HARUS MAMPU MENJADI TELADAN. Untuk menjadi
teladan, kita harus memperbaiki diri. Menyadari dan mengindentifikasi kelemahan
diri, dan bekerja keras dengan penuh semangat untuk memperbaiki diri untuk anak
didik kita, untuk membangun dunia yang lebih baik.
Wahai pendidik, ketika kau
kehilangan harapan, ketika mereka yang sepatutnya menjadi contoh malah tidak
mampu menjadi teladan maka berjalanlah
seorang diri. Kita tidak mungkin mengubah orang lain, satu-satunya kuasa
yang kita miliki hanyalah diri ini. Berubahlah untuk dirimu sendiri, bahwa
engkau yang hari ini harus lebih baik dari engkau yang kemarin.
Jadilah teladan, jadilah sumber inspirasi, jadilah sumber
harapan itu, JANGAN PERNAH BERHARAP PADA APAPUN DAN SIAPAPUN…
Seperti kata Rabidranath
Tagore, sahabat Ki Hajar Dewantara…
Ekla Chalo, Walk Alone, Berjalanlah Sendiri…
Berjalanlah terus, jangan berhenti
Banyak halangan dan rintangan;
Jangan patah semangat, jangan meyerah
Tempat tinggal bukanlah untukmu;
Alam semesta inilah rumahmu
Berjalanlah terus, jangan berhenti
Bila kau capai, dan melemah kakimu;
Istirahat sejenak, lanjutkan perjalananmu…
Bila tak seorangpun mendampingimu;
Berjalanlah sendiri tanpa ragu…
Berjalanlah terus, jangan berhenti
(Anand Krishna, Total Sukses, hal. 143-144)
Picture courtesy: Ki Hajar Dewantara (https://bit.ly/3ttc7qV)
Picture courtesy: Sathya Sai Baba (https://bit.ly/3tjmqhv)
Komentar
Posting Komentar