Kesehatan adalah Kekayaan
“Lupakan apa kata para astrolog dan apa yang
tertulis dalam bagan kelahiranmu. Semuanya ditakdirkan untuk hidup bugar,
sehat, dan bahagia hingga usia 126 tahun, asalkan kau berkontribusi bagi
kebaikan dunia. Layani tanpa pamrih! Inilah kunci umur panjang dan hidup
sejahtera dalam arti kata sesungguhnya.”
(Anand Krishna, In the Footsteps of the Master, hal.
165)
Apa yang sebenarnya menjadi aspirasi terbesar manusia? Tak
lain dan bukan adalah kebahagiaan. Selama ini, manusia selalu berpikir bahwa
kebahagiaan selalu identik dengan uang, dengan materi.
Dalam tradisi Veda kuno, Guruji Anand Krishna menyampaikan
bahwa satu-satunya perayaan yang dirayakan dalam waktu yang cukup panjang
selama 5 hari adalah perayaan Diwali atau lebih sering dikenal dengan Festival
Cahaya.
Hal menarik dalam perayaan Diwali adalah rangkaiannya dengan
signifikansi spiritual yang menarik. Dalam hal ini, saya akan membahas 1 bagian
dari perayaan Diwali sebagaimana dipaparkan oleh Guruji Anand Krishna dalam
salah satu video beliau, yaitu Dhanteras.
![]() |
Hari pertama perayaan Diwali disebut dengan Dhanteras.
Dhanteras adalah perayaan untuk memohon berkah Dewa Dhanwantari. Dhanwantari
adalah the Father of Health, the Father of Ayurveda, Dewa
Kesehatan dalam tradisi Veda. Dewa kesehatan ini diperkirakan lahir
sekitar 10.000 tahun yang lalu setelah berakhirnya zaman es dalam peradaban
umat manusia.
Secara harfiah, arti kata Dana dalam Bahasa Indonesia berasal
dari kata Dhan dalam Bahasa Sankekerta, yang berarti kekayaan.
Sesungguhnya, kekayaan sejati manusia adalah kesehatannya. Apalah arti kekayaan
jika manusia sakit-sakitan. Ia takkan pernah menikmatinya sama sekali.
Perjalanan kesehatan saya secara holistik merupakan sebuah
perjalanan panjang atas panduan dari Guruji Anand Krishna. Di tengah pandemi,
setelah sembuh dari Covid kesehatan saya tidak kunjung membaik. Selama 3 bulan saya
merasa sangat lemah dan tubuh tidak memiliki stamina sama sekali. Setiap kali
bangun pagi, ujung-ujung kaki kesemutan dan sakit. Saya tahu ada yang salah
dengan saya.
Saya kemudian bercerita pada seorang sahabat dan kemudian dia
menyarankan saya untuk menjalani terapi akupuntur. Setelah dua kali sesi
terapi, barulah ketahuan apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh saya. Liver
saya mengalami gangguan yang serius.
Saya kemudian bertanya pada sang terapis: “Apa yang harus
saya lakukan?” Dia berkata: “Anda harus menjalani terapi akupuntur selama 3
bulan dan mengonsumsi ramuan herbal
berupa temulawak dan kunyit selama 3 bulan juga, 2 kali sehari.”
Selain itu, dia juga bertanya tentang pola tidur saya yang
memang kecenderungan untuk tidur antara jam 11 – 11.30 malam. Saya disarankan
untuk tidur lebih awal jam 10 sehingga proses detoks yang dilakukan tubuh
menjadi lebih maksimal.
Selain itu, sahabat yang memberikan saya saran terapi
akupuntur sempat menegur dan mengomentari pola makan saya yang tidak sehat
karena cenderung makan makanan dengan kadar gula tinggi dan asin. Dia meminta
saya untuk memperbaiki pola tersebut sehingga menjadi lebih sehat.
Setelah menjalani disiplin ketat selama 3 bulan, setiap
harinya, tubuh saya semakin berstamina. Berat badan yang sempat mencapai 75 kg
turun menjadi 65 kg. Saya lebih sehat, saya lebih bugar.
Sejak saat itu, saya semakin tertarik untuk mempelajari
pengobatan herbal dan teringat dengan petuah Guruji tentang petuah dalam
Ayurveda (ilmu kesehatan tertua dalam tradisi Veda).
“Pada dasarnya, setiap tanaman yang tumbuh di pekarangan
rumah kita adalah obat untuk yang tinggal di dalam rumah tersebut.”
Sejak saat itu, saya tidak lagi sembarangan mencabut tanaman
atau rumput liar yang tumbuh di pekarangan rumah saya. Untuk belajar tentang
tanaman di pekarangan saat ini cukup mudah dengan bantuan Google Lens, Dimana
kita bisa memotret tananamnya dan mencari referensinya di Google. Dulu saat
saya masih kuliah, untuk mencari tahu sebuah tanaman, saya harus membawa kitab yang
sangat tebal untuk mengidentifikasi sebuah tanaman.
Seiring berjalannya waktu, saya kemudian bisa merangkai kepingan-kepingan puzzle kesehatan secara holistik. Kata kuncinya adalah disiplin. For me, there is other word more powerful than discipline. Guruji memberikan banyak hal kepada saya dan ini adalah hal-hal kecil yang saya lakukan setiap hari tanpa terputus atas berkah beliau:
- Meditasi (mengacu pada meditasi Ananda Neo Self- Empowerment yang diberikan Guruji Anand Krishna dan mantra meditation).
- Yoga (asana/postur yoga dan pranayama/mengatur nafas, mudra).
- Pola makan sehat (jenis makanan, jam makan, minum herbal, intermittent fasting).
- Self-study (mempelajari diri: belajar dari pengalaman diri dan pengalaman orang lain).
- Membaca (minimal 30 menit buku Guruji atau buku lain yang menjunjang pengembangan diri serta sebelum tidur wajib membaca minimal 1 sloka Bhagavad Gita).
- Workout (latihan beban dengan dumbbell dan earthing, jalan tanpa alas kaki).
- Menulis (untuk membuat intisari dari buku yang sudah dibaca sehingga lebih mampu memahami isi bacaan, dan diunggah pada blog pribadi).

Komentar
Posting Komentar