Self-Discipline: Manfaat Nyeker atau Earthing

“Lupakan apa kata para astrolog dan apa yang tertulis dalam bagan kelahiranmu. Semuanya ditakdirkan untuk hidup bugar, sehat, dan bahagia hingga usia 126 tahun, asalkan kau berkontribusi bagi kebaikan dunia. Layani tanpa pamrih! Inilah kunci umur panjang dan hidup sejahtera dalam arti kata sesungguhnya.”

(Anand Krishna, In the Footsteps of the Master, hal. 165)

Manusia memiliki rentang hidup selama 126 tahun? Mungkinkah? Dengan kondisi lingkungan, makanan, pola makan, pola hidup yang amburadul, bisakah kita menua dengan anggun tanpa perlu beraduh-aduh?

Enam bulan yang lalu, pada suatu sore selesai makan malam jam 5.40, saya berjalan berkeliling di lapangan basket sekolah. Sudah menjadi kebiasaan saya untuk berjalan selesai makan. Salah seorang kawan senior yang kebetulan lewat berkata: “Teacher, kenapa ga sekalian jalan di lapangan rumput tanpa alas kaki?”

Earthing/Grounding

Saya berpikir sesaat dan kemudian mengikuti saran teman tersebut untuk berjalan tanpa alas kaki di lapangan rumput. Saya sebelumnya pernah dengar dari seorang teman lain yang mengikuti program Rumah Sehat di One Earth Retreat Ciawi Bogor bahwa salah satu treatment healing yang diberikan adalah earthing/grounding alias jalan tanpa alas kaki, atau nyeker pada lapangan rumput. 

Karena penasaran, saya kemudian mencari referensi tentang Earthing dan menemukan sebuah buku dengan judul “Earthing: The Most Important Health Discovery Ever?” karya Clinton Ober, dkk.

Secara umum, kaki adalah jembatan yang menghubungkan kita dengan bumi. Mengapa bumi?

Bumi adalah sebuah sumber baterai yang sangat besar dengan kekuatan sebesar 6 sekstiliun (6 dengan diikuti oleh 21 angka nol) ton. Kekuatan baterai bumi kita diperbaharui dengan radiasi matahari, petir, serta panas dari cairan magma bumi.

Fakta menarik lainnya adalah, kita adalah mahluk “elektrik”, tubuh kita memancarkan listrik

Struktur Atom

Secara umum, segala macam penyakit yang diderita manusia adalah inflamasi (peradangan) yang disebabkan oleh kelebihan senyawa radikal bebas. Dari sudut pandang muatan listrik, senyawa radikal bebas memiliki muatan listrik positif (proton). Inflamasi ini menjelma menjadi berbagai macam penyakit, dan menyerang bagian tubuh kita yang paling lemah, mulai dari flu, batuk, pilek, radang tenggorokan, bahkan berbagai macam penyakit yang ditakuti seperti diabetes, jantung koroner, stroke, kanker hingga penyakit autoimun.

Untuk menetralkan radikal bebas (muatan listrik positif) penyebab peradangan, kita membutuhkan muatan listrik negatif (elektron). Hal menarik adalah bumi kita merupakan sumber elektron terbesar. Jadi yang perlu kita lakukan untuk mendapatkan elektron adalah berjalan telanjang kaki atau sering dikenal dengan istilah earthing/grounding.

Apa itu Earthing/Grounding?

Earthing adalah berjalan tanpa alas kaki, atau duduk tanpa alas pada tanah, pasir atau rumput. Selain itu, kita juga bisa memeluk pohon-pohon besar, atau mandi di laut karena mereka kaya akan elektron.

Dengan earthing, tubuh kita akan mendapatkan aliran elektron dari bumi sehingga muatan listrik dalam tubuh kita menjadi netral dan sama dengan potensial listrik pada bumi.

Apa manfaat Earthing?

Walking on Sand

  1. Menetralisir penyebab radang, memperbaiki dan menghilangkan gejala peradangan.
  2. Menghilangkan nyeri kronis.
  3. Meningkatkan kualitas tidur.
  4. Meningkatkan level energi.
  5. Menurunkan stress, dan menenangkan system saraf.
  6. Menormalkan ritme biologi tubuh (body clock).
  7. Menormalkan tekanan darah.
  8. Menurunkan ketegangan otot dan sakit kepala.
  9. Mengatasi ketidakseimbangan hormon dan kram saat menstruasi.
  10. Mempercepat proses penyembuhan luka.
  11. Menghilangkan gejala jet lag.
  12. Melindungi tubuh dari paparan medan elektomagnetik (EMF: electromagnetic field).
  13. Mempercepat pemulihan dalam aktivitas fisik/olahraga berat.

Dalam zaman modern ini, kita dibuat terpisah dengan bumi dengan penggunaan alas kaki. Sejujurnya, penggunaan alas kaki adalah berita buruk bagi kesehatan manusia.

Mengapa?

Berikut pernyataan dari Dr. William Rossi, seorang podiatrist (ahli penyakit kaki) asal Massachusetts:

“Gaya berjalan secara alami (natural gait) secara biomekanis tidaklah dapat dilakukan ketika manusia menggunakan alas kaki (sepatu, sandal). Dalam proses evolusi, manusia membutuhkan waktu 4 juta tahun untuk mengembangkan bentuk kaki yang unik sehingga manusia memiliki gaya berjalan yang khas. Hal ini merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa dalam rekayasa biologis anatomi kaki manusia. Dalam beberapa ribu tahun terakhir, penggunaan alas kaki merusak bentuk anatomi murni cara berjalan manusia, menurunkan efisiensi kaki, membebani kaki dengan tekanan berlebih, menghilangkan keanggunan alami kaki, serta menghambat gerakan tubuh dari kepala hingga kaki.”


Selain itu, telapak kaki merupakan area yang kaya akan ujung saraf terbuka (nerve ending) dengan jumlah mencapai kurang lebih 1.300 nerve ending per inch2. Jumlah ini sangat banyak dibandingkan dengan jumlah ujung saraf terbuka di area tubuh lainnya dengan luas area yang sama.

Telapak tangan dan telapak kaki memiliki jumlah ujung saraf terbuka dalam jumlah yang besar, tetapi telapak kaki memiliki jumlah ujung saraf terbuka yang lebih banyak dibandingkan telapak tangan. Secara keseluruhan, telapak kaki memiliki jumlah ujung saraf terbuka sekitar 200.000 nerve ending sedangkan telapak tangan memiliki jumlah ujung saraf terbuka sekitar 17.000 nerve ending.

Dengan begitu banyak ujung saraf terbuka pada telapak kaki, telapak kaki adalah jembatan yang menghubungkan manusia dengan energi bumi (elektron). Manusia dan hewan mendapatkan energi dengan menarik energi bumi lewat telapak kakinya, sedangkan tumbuhan mendapatkan energi bumi melalui akarnya.

Berikut adalah hasil dari foto inframerah tentang dampak dari earthing terhadap kesehatan manusia:

Gambar 1 (kiri):

Area bagian kaki yang berwarna merah (yang ditujuk dengan panah berwarna putih) merupakan bagian yang mengalami peradangan (inflamasi).

Gambar 2 (kanan):

Foto inframerah yang diambil 30 menit setelah proses Earthing dilakukan. Dari foto inframerah tersebut, terjadi perubahan warna (warna merah berubah menjadi hijau dan biru), menunjukkan terjadinya penyembuhan peradangan yang cepat dan bagaimana Earthing membantu meredakan nyeri kronis dan kekakuan otot.

Gambar di samping menunjukkan luka terbuka seorang perempuan berusia 84 tahun yang tidak kunjung sembuh selama 8 bulan. Foto pertama (paling atas) merupakan luka terbuka yang dialami akibat menggunakan sepatu bot yang tidak pas. Foto kedua (bagian tengah) diambil setelah melakukan Earthing selama 1 minggu. Perawatan luka dilakukan dengan sesi Earthing selama tiga puluh menit setiap hari menggunakan electrode patch sambil duduk dengan nyaman. Foto ketiga (paling bawah) diambil setelah menjalani Earthing selama 2 minggu. Luka sudah tertutup sepenuhnya dan warna kulit yang tampak jauh lebih sehat dan rasa nyeri pada kaki sudah menghilang.

Setelah mempelajari dan memahami tentang manfaat Earthing, saya menyisihkan waktu untuk berjalan di atas rumput atau melakukan workout tanpa alas kaki setiap hari. Selain itu, setiap weekend saya berjalan di pantai dan berebahan di atas pasir. Rasanya sangat menyegarkan bisa kembali bugar dan refresh setelah melakukan Earthing. Ayo, tunggu apa lagi. Luangkan waktu untuk Earthing dan jadilah sehat. Ingat, sehat adalah sebuah investasi, yang dibutuhkan adalah disiplin dan konsistensi. Disiplin adalah kunci utama hidup sehat.


Picture courtesy:

  1. Earthing/Grounding: Grinevich Frames (pexels.com/photo/woman-enjoying-a-peaceful-summer-walk-in-nature-33146406/)
  2. Walking on Sand: Leeloo The First (pexels.com/photo/female-barefoot-walking-on-beach-8908880/)
  3. Nerve Ending: pressbooks.ccconline.org/bio106/chapter/nervous-sensory-functions/
  4. Infrared Image & Open Wound Image: Clinton Ober, et.al, taken from book Earthing: The Most Important Health Discovery Ever?

 Bibliography:

Clinton Ober, Stephen T. Sinatra & Martin Zucker, 2010. Earthing: The Most Important Health Discovery Ever?

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sadgati Praptir-astu, Memaknai Kematian

Anand Krishna, The Gospel of Love