Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Komitmen Siswa, Belajar atau Pacaran?

Gambar
“Sebagai seorang-pelajar, siswa atau mahasiwa, apa yang menjadi kiblatmu? Apa yang  menjadi tujuanmu ke sekolah atau kampus? Pikirkan, renungkan, kemudian bertanyalah  pada diri sendiri berapa banyak waktu yang kau gunakan untuk mencapai tujuan itu dan  berapa banyak waktu yang kau sia-siakan untuk mengejar hal-hal lain. Belajar. Ke  sekolah untuk belajar, ke kampus untuk belajar. Bukan untuk pacaran, bukan untuk  berpolitik. Apakah kau one "pointed" (lebih focus dari fokus) terhadap pelajaranmu?  Silakan berkenalan dengan siapa saja, berteman siapa saja, bersahabat dengan siapa  saja, tetapi tidak one "pointed" terhadap apa pun, selain pelajaranmu, tujuanmu ke  sekolah dan ke kampus.” (Anand Krishna, Youth Challenges, hal. 178) Zaman sekarang memang adalah hal yang lumrah sekali jika seorang siswa yang sudah memasuki masa pubertas ingin memiliki pacar atau mulai punya pacar? Tetapi pertanyaannya adalah: Apakah hal itu tepat untuk dilakukannya? Dalam tradisi S

Menambatkan Diri Pada Hyang Berwujud

Gambar
Jangan mengharapkan keabadian dari sesuatu yang tidak abadi, yang selalu berubah-ubah, dari   dunia materi. Segala sesuatu di alam benda ini senantiasa berubah, dari detik demi detik, perubahan telah terjadi tanpa kita sadari. Menyandarkan kehidupan pada sesuatu yang berubah-ubah akan mendatangkan kekecewaan yang luar biasa nantinya. Cara yang paling mudah untuk melampaui alam benda adalah dengan mengikatkan diri secara sadar pada sesuatu yang lebih tinggi, sesuatu yang lebih berharga. Mengikatkan diri secara sadar pada sebuah simbol yang memiliki makna tinggi dan mendalam adalah pilihan tepat selama kita masih memiliki badan fisik. Dalam hidup ini, kita hanya punya 2 pilihan, mau menambatkan hidup pada dunia benda atau menambatkan diri pada dunia spirit, pada jiwatma. Kita harus memillih satu di antara kedua pilihan ini. Pilihan pertama (menambatkan diri pada dunia benda), mungkin awalnya akan sangat menyenangkan tetapi pada akhirnya berujung duka derita yang tak berkesudahan. Pilih

Voice of Morning Breeze

Gambar
Pagi menyapa dengan sumringah dan tiupan angin pagi berbisik merdu saat aku berjalan-jalan di taman. Dia menghampiriku yang sedang bersenandung bersama tiupan angin dan berkata: “Pagi yang begitu indah, bukan?” Aku hanya tersenyum dan menatapNya dengan lekat, tak ingin melepaskan pandangan mataku dariNya. “Iya, seindah sapaMu di pagi ini. Seindah kerlingan mataMu yang memancar dengan begitu jenaka dan menggoda.” Aku kemudian terduduk di bangku taman dan memejamkan mata, berharap kebersamaan ini tak pernah berakhir. Dia kemudian berbisik merdu di telingaku: “Either you choose to fall or to rise, it’s your personal choice. You are free to choose. Choose wisely.” “Tidak Cintaku, aku tak ingin terjatuh lagi. Aku hanya ingin bangkit dan menujuMu. Bagiku “jatuh” bukanlah sebuah pilihan, bukan sebuah idealisme yang ingin aku jalani. Aku tidak mau terjatuh lagi, aku akan memilih untuk tetap melangkah dan menuju Engkau, tuk kembali dalam dekapkanMu. TanpaMu, aku takkan pernah bisa hid

Aku MemanggilNya Pavan

Gambar
Aku termenung dalam diam dan menekuri relung diriku, awan pikiran mulai memudar dan tak lagi tampak mengganggu. Deru tiupan angin malam yang terasa menyentuh, teralun merdu di telingaku. Aku tak bisa memikirkan apapun lagi, segala kepedihan itu telah menguap dan sayup-sayup suara terdengar memanggil. “Priya, datang dan mendekatlah!” Aku tidak melihat siapapun di sekelilingku, selain sebuah pratima Hanuman yang selalu kulihat setiap hari. Ada sesuatu yang menarikku untuk selalu datang dan mendekatiNya, tapi aku tidak pernah mendengarNya berbicara padaku. Berada di dekatNya, aku dapat merasakan pancaran semangatNya yang membara. Semangat yang penuh daya juang dengan bendera kemenangan yang berkibar di tangannya. “Kau menanggilku?” kataku lirih. “Iya, aku memanggilmu. Sebenarnya sudah lama, tetapi kau tak pernah membuka dirimu untuk mendengar panggilanKu.” Hanuman - Pavana Kumar Aku hanya terdiam, menatapNya denga terpana, tak mengerti apa yang sedang terjadi dengan diri ini. Ma