Komitmen Siswa, Belajar atau Pacaran?

“Sebagai seorang-pelajar, siswa atau mahasiwa, apa yang menjadi kiblatmu? Apa yang menjadi tujuanmu ke sekolah atau kampus? Pikirkan, renungkan, kemudian bertanyalah pada diri sendiri berapa banyak waktu yang kau gunakan untuk mencapai tujuan itu dan berapa banyak waktu yang kau sia-siakan untuk mengejar hal-hal lain. Belajar. Ke sekolah untuk belajar, ke kampus untuk belajar. Bukan untuk pacaran, bukan untuk berpolitik. Apakah kau one "pointed" (lebih focus dari fokus) terhadap pelajaranmu? Silakan berkenalan dengan siapa saja, berteman siapa saja, bersahabat dengan siapa saja, tetapi tidak one "pointed" terhadap apa pun, selain pelajaranmu, tujuanmu ke sekolah dan ke kampus.”

(Anand Krishna, Youth Challenges, hal. 178)

Zaman sekarang memang adalah hal yang lumrah sekali jika seorang siswa yang sudah memasuki masa pubertas ingin memiliki pacar atau mulai punya pacar? Tetapi pertanyaannya adalah:

Apakah hal itu tepat untuk dilakukannya?

Dalam tradisi Sanatana Dharma, tradisi Nusantara Kuno fase awal dari jenjang kehidupan manusia dikenal dengan istilah Brahmacarya. “Brahmacharya yaitu sebuah masa dimana seorang anak mengembangkan kreativitas melalui pendidikan dan masa ini dimulai dari lahir sampai usia 20-an tahun. Pada masa ini, seorang anak belajar untuk menemukan potensi dirinya dan dibimbing oleh seorang Guru yang tidak hanya mengembangkan potensi tersebut, tetapi membantunya melangkah lebih lanjut dan menjadi kreatif serta mendapat gelar Sarjana, Srajanahaar” (Anand Krishna, Sanyas Dharma). 

Guruji Anand Krishna & Siswa One Earth School

Seorang siswa wajib untuk berkomitmen penuh terhadap pendidikan mereka. Dharma/kewajiban seorang siswa adalah belajar, menuntut ilmu, mempelajari life skill, membangun karakter yang baik, dan belajar kecakapan hidup lain untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya di masa depan. Semakin dewasa seseorang, maka makin kompleks pula permasalahan yang akan dihadapi ke depan. Jika seorang anak tidak memiliki ketangguhan dalam mengatasi masalah, tidak memiliki kemampuan problem solving yang baik, maka ketika menghadapi masalah dia akan jatuh, tersungkur dan tidak bangkit lagi. Banyak kasus bunuh diri pada remaja yang kita temukan di masyarakat penyebabnya adalah hal-hal yang sangat sepele. Salah satu kasus yang menggegerkan adalah kasus seorang remaja melakukan bunuh diri hanya karena tidak dibelikan HP oleh orang tuanya. Cerita yang sangat miris, tetapi itulah kenyataan yang terjadi di tengah masyarakat kita. 

Cerita kasus bunuh diri klasik di kalangan remaja juga terjadi di negara-negera Skandinavia (Eropa) pada tahun 1980-an. Saat itu, negara-negara tersebut adalah negara paling makmur di seluruh dunia, tetapi angka kematian bunuh diri di kalangan remaja sangat bombastis. Mengejutkan bukan? Apa yang sebenarnya terjadi dikalangan remaja sehingga mereka memilih untuk mengakhiri hidupnya?

Ketika dilakukan interview di kalangan remaja tersebut, mereka mengatakan bahwa hidup mereka sangat tidak bermakna. Mereka tidak bergairah menjalani hidup karena kurang tantangan, segala sesuatu sudah disediakan dan dipenuhi oleh negara. Mereka tidak perlu bekerja keras untuk mendapatkan apapun yang mereka inginkan dalam hidup.

Kembali kepada masalah komitmen, setiap jenjang/fase kehidupan membutuhkan komitmen. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, komitmen berarti: perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak; tanggung jawab. Jika seorang siswa melupakan komitmennya dan mulai pacaran, apa konsekuensi yang harus mereka tanggung?

Pertama, kita harus memahami prinsif kerja energi dalam tubuh manusia. Pusat-pusat energi pada tubuh manusia dalam yoga dikenal dengan istilah cakra. Dalam tubuh manusia, ada 7 pusat energi utama yang menjadi poros/pilar.

7 Cakra 

Perhatikan gambar di samping:

  1. Cakra pertama dikenal dengan istilah Muladhara Cakra, yang berpusat di bawah tulang ekor. “Kesadaran pada cakra ini membuat kita membumi, sangat realistis dan logis. Berada pada tingkat ini, kita selalu menghitung untung-rugi.”
  2. Cakra kedua/Svadhishthana Cakra, berpusat di sekitar alat kelamin manusia/3 jari di bawah pusar. “Pada tingkat kesadaran kedua ini, seseorang menjadi kreatif. Namun apabila energi kreatif itu tidak disalurkan lewat sesuatu yang bersifat seni, maka bisa mencari penyaluran lewat seks. Setelah berkembangnya kreativitas dalam diri kita, pengendalian diri menjadi suatu keharusan.”
  3. Cakra ketiga/Manipura Cakra, berpusat sekitar 3 jari di atas pusar. “Berada pada tingkat kesadaran ini, apapun yang kita inginkan akan kita peroleh karena berkembangnya kreativitas di dalam diri, oleh karenanya manusia menjadi nyaman. Untuk memperoleh kenyamanan ini, baik manusia ataupun binatang bisa melakukan apa saja. Ketiga tingkat pertama ini, cakra 1-3, dapat dicapai oleh hewan, oleh binatang, dan mahluk-mahluk lain pula. Kebutuhan manusia berbeda, kebutuhan hewan berbeda, tetapi tingkat kesadaran yang dapat dicapai oleh mereka sama. Rasa nyaman yang didambakan dan dialami oleh manusia dapat dialami oleh binatang juga.”
  4. Cakra keempat/Anahata Cakra, berpusat di tengah-tengah dada. “Berada pada tingkat kesadaran ini, kita baru mengambil langkah pertama dalam hal memanusiakan diri. Kasih adalah sifat manusia, binatang tidak kenal kasih. Kasih mampu menyaring sifat-sifat hewani kita sehingga kita tidak menempatkan kepentingan pribadi di atas kepentingan orang lain.
  5. Cakra kelima/Visuddha Cakra, berpusar di daerah tenggorokan. “Tingkat kesadaran ini membuat Anda menjadi percaya diri. Dan semakin mempercayai diri, orang lainpun akan mempercayai Anda.”
  6. Cakra keenam/Agya (Ajna) Cakra, berpusat di pertemuan kedua alis. “Pelepasan diri dari keliaran pikiran mengantar kita pada cakra keenam – Agya Cakra – Cakra Pengendali.”
  7. Cakra ketujuh/Sahasrara Cakra, berpusat di atas kepala (Anand Krishna, Kundalini Yoga). 

Pusat energi utama dalam tubuh manusia berada pada cakra kedua, Svadhishthana cakra. Pada saat seseorang mulai menginjak remaja dan memasuki fase pubertas maka pusat energi pada cakra kedua ini semakin berkembang pesat. Energi pada cakra kedua ini bersifat cair. Secara alami, karena pengaruh tarikan gravitasi bumi, energi ini akan mengalir ke bawah ke sentra seks manusia. Jika seorang remaja tidak belajar untuk mengendalikan diri, maka dia akan cenderung mendewakan seksualitasnya dan melakukan aktivitas seksual sebelum waktunya.

Akibatnya apa?

Akibatnya adalah energinya akan tersedot dan terbuang secara sia-sia. Jika seorang remaja mendisiplinkan diri dengan berlatih yoga dan meditasi sejak dini, maka energi yang bersifat cair tersebut akan berubah sifat menjadi energi dalam bentuk uap dan mengalir ke atas. Mengaktifkan cakra-cakra di atas cakra kedua. Dengan berubahnya energi yang tadinya bersifat cair menjadi uap, maka seorang remaja akan menjadi semakin kreatif dan mampu fokus mempelajari banyak hal untuk menunjang kehidupannya kelak di kemudian hari.

Berdasarkan pengamatanku secara pribadi sebagai seorang guru, anak-anak yang mulai mendewakan seksualitasnya dan sibuk mengejar lawan jenis akan kehilangan vitalitas dan semangat dalam dirinya. Hal itu dapat diperhatikan dari sorot mata mereka yang semakin memudar dan tidak bercahaya, Mereka kehilangan gairah dalam pelajaran dan performa mereka cenderung menurun secara drastis. Terlalu banyak memikirkan lawan jenis akan memboroskan energi tubuh secara berlebihan. Fokus mereka berubah dan bercabang, sehingga mereka menjadi semakin tidak kreatif.

Seorang siswa yang melupakan komitmennya tidak layak disebut Brahmacarya, tidak layak disebut siswa. Pacaran memang menarik untuk dijalani, sekilas itulah yang terlihat. Tetapi TUGAS SEORANG SISWA BUKANLAH PACARAN!

Hidup ini tidak mudah untuk dijalani. Seorang siswa yang tidak fokus dalam pelajaran untuk memahami kehidupan tidak akan mampu menjalani hidup ke depannya dengan baik. Jika seorang siswa tidak mampu berkomitmen terhadap pelajarannya, tidak mampu bertanggung jawab terhadap dharmanya sebagai siswa maka dia mempertaruhkan masa depannya sendiri.

Jika dalam masa Brahmacarya dia tidak mampu berkomitmen maka pada fase kehidupan berikutnya, masa Grahasthya (masa berumah tangga), dia juga tidak akan mampu untuk berkomitmen. “Grahasthya adalah masa di atas usia minimal 25 tahun, saat seorang Sarjana telah menyelesaikan masa Brahmacarya dan memiliki pekerjaan tetap, sehingga mampu membiaya diri dan keluarganya serta memutuskan untuk menikah dan membina rumah tangga” (Anand Krishna, Sanyas Dharma).

Selama ini, kita selalu dicekoki dengan cerita-cerita seperti Cinderela, White Snow, dsb, seolah-seolah dunia pacaran dan pernikahan itu indah, katanya sesudah pacaran/menikah mereka happily ever after.

Pada awalnya memang demikian, pacaran memang menyenangkan pada awalnya. Tetapi lama-kelamaan juga akan terjadi kejenuhan karena kita “sudah memiliki pacar kita”. Awalnya saat PDKT kita begitu menggebu-gebu, sesudah jadian semua gairah yang menggebu-gebu pada saat PDKT menguap dan berlalu bersama angin. Analogi sederhananya adalah seperti anda menginginkan sebuah benda. Contoh: anda ingin memiliki keinginan membeli sebuah HP keluaran terbaru, anda begitu mengidam-idamkan HP tersebut. Memikirkannya siang dan malam, menabung berbulan-bulan untuk membelinya. Sesudah membeli, sesudah mendapatkan HP tersebut, Anda tidak lagi merasakan kenikmatan yang sama seperti minggu-minggu awal Anda mendapatkan HP tersebut. Dunia pacaranpun persis seperti itu, awalnya menggebu-gebu, kemudian lama-kelamaan melempem seperti krupuk kena angin.

Jika seorang remaja yang nekat pacaran dan melakukan aktivitas seksual sebelum waktunya hingga terjadi “kecelakaan” maka konsekuensi lebih berat lagi. Dalam pikiran seorang remaja, pernikahan sepertinya adalah hal menyenangkan, membahagiakan, penuh dengan tawa dan canda. Kenyataannya tidaklah demikian. Mau bukti? Cobalah lihat kehidupan orang tua kalian. Apakah kehidupan rumah tangga mereka selalu baik-baik saja atau penuh dengan tantangan dan masalah? Pernikahan tidaklah seindah pacaran. Pacaran sampai hamil atau menghamili anak orang adalah sebuah musibah. Sepasang remaja yang memulai perkawinan karena kecelakaan, akan mencelakakan hidupnya sendiri.

Saat pacaran, semuanya memang indah, indah karena bertemunya hanya seminggu sekali. Saat pacaran, masing-masing pihak menggunakan topeng dan tidak menunjukkan watak asli mereka. Sesudah menikah, berhadapan setiap hari, bertemu setiap hari, maka semuanya menjadi tidak indah lagi. Masing-masing menunjukkan sifat aslinya yang biasanya tidak terlihat saat sedang pacaran. Dunia pernikahanpun penuh dengan tantangan dan gejolak. Menikah membutuhkan modal alias fulus, cinta saja tidak cukup karena kita tidak mungkin sarapan, makan siang dan makan malam hanya dengan cinta. Kita membutuhkan uang untuk membeli makanan dan berbagai kebutuhan lain untuk keberlangsungan rumah tangga. Belum lagi ketika anak sudah lahir, popok dan susu harus tersedia. Apalagi ketika anak semakin besar, biaya pendidikanpun saat ini semakin mahal.

Seorang remaja yang belum mampu mengidupi dirinya, tidak akan mampu menjalani pernikahan dan membiayai keluarganya. Seorang remaja yang belum memiliki kematangan mental, belum dewasa secara emosional, tidak akan mampu menyelesaikan persoalan dalam rumah tangganya. Kita tidak mungkin lari dari pasangan kita setelah menikah hanya karena tidak mau menyelesaikan masalah yang terjadi saat berumah tangga. Jika kita tidak memiliki kedewasaan sikap dan nekat untuk menikah, maka perceraian tidak akan bisa terhindarkan. Dan semua itu bermula karena seorang remaja tidak mampu berkomitmen saat menjalani fase Brahmacarya, fase menempuh pendidikan.

PACARAN BISA DITUNDA, TETAPI PENDIDIKAN TIDAK BISA DITUNDA! Jadilah cerdas, dan berhasil saat kau sedang menjadi seorang siswa. Keberhasilan dan kesuksesan seorang siswa adalah ketika dia menguasai life skill, menjadi kreatif, memiliki kemampuan memimpin, mengembangkan karakter yang baik serta tangguh dalam menyelesaikan masalah, memiliki kemampuan problem solving.

Semua itu adalah bekal untuk masa depan. Kalaupun orang tuamu tidak mampu mewariskan harta kepadamu, dengan bekal pendidikan yang baik, kau akan mampu menjalani hidup dengan baik. Orang bilang: satu ilmu, satu life skill, berarti satu peluang dalam hidup. Jika kau memiliki seribu keahlian, seribu life skill maka kau akan memiliki seribu peluang dalam hidup. Kau akan mampu menjalani hidup dan menghadapi badai kehidupan sedahsyat apapun, kau tidak akan mudah ditumbangkan oleh masalah. Kalaupun masalah datang dan menghadang, kalaupun terjatuh, kau akan mampu untuk bangkit dan berjuang kembali melanjutkan hidup.

Ingatlah baik-baik pesan ini:

Dharma, kewajiban seorang siswa adalah BELAJAR dan berhasil menguasai sebanyak-banyaknya kecakapan hidup, life skill. Kesuksesan sebagai pelajar akan menjamin kesuksesanmu saat menjalani fase kehidupan berikutnya, yaitu fase berumah tangga.

Jika godaan datang dan menghampiri, katakan pada dirimu:

Saat ini aku sedang menjalani masa Brahmacarya, aku harus teguh dan berkomitmen untuk menjadi seorang siswa yang sukses dan berhasil, sehingga aku bisa sukses melanjutkan hidup di masa depan. Sehingga aku menjadi kuat dan mampu menghadapi badai kehidupan sedahsyat apapun kelak di kemudian hari.


Picture courtesy: 7 Cakra (https://bit.ly/2FqQEfn)

Picture courtesy: Guruji Anand Krishna & Siswa (www.onearthschool.org)


Komentar

  1. Jawaban saya : menurut saya itu hanyalah bagaimana cara mereka berkembang biak sama seperti tumbuhan yang induk nya di sisi ini dan anak nya berkwmbang di sisi lain dan jauh dari induk nya

    BalasHapus
  2. Pranam guruji pranam teacher eka yang saya dapat pelajari adalah kita harus punya komitmen yang kuat sebagai seseorang siswa harus fokus dengan pelajaran.dan juga kita harus belajar dari hal yang kecil karena hal yang kecil jika tidak dipikirkan dari sekarang maka hal tersebut dapat menjadi masalah besar.dan saat menjadi seorang siswa harus serius belajar karena kewajiban seseorang siswa adalah belajar.jika kita sebagai seseorang siswa kita sudah melakukan hal yang sudah dewasa contohnya pacaran maka kita tidak akan bisa maju saat pacaran kita tidak memikirkan pelajaran atau kita tidak akan merasa menjadi seseorang siswa.didunia ini kebanyakan siswa yang meninggal bunuhdiri karena diputusin pacarnya .jika hal itu terus dilakukan maka lama kelamaan manusia akan cepat punah atau kematian bunuh diri akan terus bertambah.yang saya bisa simpulkan adalah sebagai seseorang siswa kita harus belajar untuk meningkatkan kualitas diri ,mencapai cita cita.karena manfaatnya akan lebih besar dari pacaran

    BalasHapus
  3. Pranam Guruji, Pranam teacher

    Yang saya dapat / yang saya pelajari dari artikel tersebut adalah bagaimana kita bisa mengontrol diri kita karena saat kita sedang menaiki fase remaja pasti akan mulai tertarik untuk pacaran dan seperti yang dikatakan bahwa tugas seorang siswa itu belajar jadi jika kita tidak bisa mengontrol maka kita akan jatuh ke jalan yang salah yang dimana seharusnya kita belajar sebagai siswa tetapi malah melakukan hal yang belum waktunya untuk kita lakukan.

    Maka jika kita melakukan hal yang tidak semestinya (pacaran) itu akan mempengaruhi semua contoh: kita tidak fokus saat dikelas, nilai pasti turun, jarang bermain dengan teman karena selalu memikirkan pacarnya dan lain lain, nah pastinya juga mungkin bisa lebih parah dan juga jika lama kelamaan mungkin hal buruk akan terjadi, hamil contohnya dan terpaksa harus menikah dan nilai saja jelek, dikelas saja tidak memperhatikan tetapi harus nikah dan mngurus keluarga dan seketika hidup kita hancur karena satu hal saja.

    Dan juga tentang berkomitmen dalam hidup kita harus bisa berkomitmen tentang diri kita, saat ini saya adalah seorang siswa jadi komitmen saya adalah belajar mendengarkan guru DLL, bukan mengerjakan yang tidak sesuai, karena belajar itu kan untuk mepersiapkan hidup nantinya, jika kita melakukan hal yang buruk diluar komitmen kita contoh pacaran maka kita akan meninggalkan apa yang harus kita lakukan dan tidak ada persiapan untuk hidup kedepannya karena kita tidak fokus belajar dan malah pacaran.

    Sekian dari pendapat dan yang saya pelajari dari artikel tersebut
    Terimakasih
    Pranam

    BalasHapus
  4. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka🙏,

    Yang Bisa Saya pelajari dari artikel di atas adalah, Dalam tradisi Sanatana Dharma, tradisi Nusantara Kuno fase awal dari jenjang kehidupan manusia dikenal dengan istilah Brahmacarya. dimana seorang anak mengembangkan kreativitas melalui pendidikan dan masa ini dimulai dari lahir sampai usia 20-an tahun. dan sebagai siswa kita itu ajib untuk berkomitmen penuh terhadap pendidikan. Jika kota seorang anak tidak memiliki ketangguhan dalam mengatasi masalah makan kita akan jatuh tersungkur dan tidak bangkit lagi Dan Tugas kita menjadi seorang siswa adalah belajar menjenjang pendidikan Tidak berpacaran karena jika kita pacaran maka pendidikan kita akan terganggu dan bisa stress karna masalah cinta, ada kasus seorang cewek bunuh diri dari lantai 4 hanya gara gara masalah di putusin sama pacar nya dan menurut saya itu benar benar "Bodoh" karena cuma masalah seperti itu sampai-sampai bunuh diri dan dia juga tidak memikirkan dampak kedepannya seperti apa dan tidak memiliki rasa kasihan terhadap orang tua nya yang sudah melahirkan dia tapi dia malah bunuh diri karna cuma di putusin pacar. Jika kita masih menjadi seorang murid kita jangan dulu berpacaran karna seorang remaja yang nekat pacaran dan melakukan aktivitas seksual sebelum waktunya hingga terjadi “kecelakaan” maka konsekuensi lebih berat lagi. Berpacaran sampai hamil atau menghamili anak orang adalah sebuah musibah. Sepasang remaja yang memulai perkawinan karena kecelakaan, akan mencelakakan hidupnya sendiri. dan kita juga harus mendengarkan kata kata Guru kita dan kedua orang tua kita agar kita tidak terjerumus ke jalan yang salah.

    Sekian dari saya yang bisa saya pelajari dari artikel diatas.
    Terima Kasih
    Pranaam

    ~Angga Sayran~

    BalasHapus
  5. Pranaam teacher, memang semua siswa harus fokus terhadap masa depan mereka masing-masing. Munugkin mereka akan merasa bangga, bahwa baru umur segini sudah punya pacar. Tetapi, kita sebagai siswa, tidak meliihat jauh ke depan. Kita hanya memikirkan masa sekarang saja. Selain itu, sebagai seorang siswa, kita seharusnya menjaga energi kita untuk masa depan kita. Sebagai remaja, kita memiliki energi yang sangat berlimpah, bahkan melebihi orang dewasa.
    Dengan energi itu, kita bisa mempersiapkan masa depan kita dengan sebaik-baiknya bukan fokus terhadap lawan jenis

    BalasHapus
  6. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka 🙏

    Yang saya dapat pelajari dari artikel di atas yang berjudulkan “Komitmen Siswa, Belajar atau Pacaran?” adalah pertama.

    Menurut saya, pastinya komitmen siswa itulah belajar, kita sekarang berada di fase brahmacharya, yang berarti pencari ilmu atau menggapai ilmu, berasal dari dua kata, brahma yang artinya ilmu pengetahuan dan Acharya yang berarti pencari, dalam fase ini sudah jelas sekali kita di beritahu untuk melakukan apa, yang pastinya, belajar.

    Kebanyakan siswa jaman sekarang memang terkadang lupa dengan komitmennya, mereka lupa misi dan tujuan mereka di dalam fase brahmacharya ini. Seorang anak muda menyukai lawan jenis adalah suatu kenormalan pada usia usia sekarang ini, tidak ada yang salah ketika kita menyukai seseorang, atau juga bisa dibilang juga kita nge-fans sama seseorang, tetapi, kita harus selalu ingat, apa tujuan kita sekarang? apakah sekarang waktunya untuk pacaran?

    Ketika kita melupakan komitmen, ketika seorang siswa melupakan komitmen, ketika ia gagal dalam fase paling awal dan paling mudah dalam hidupnya, kedepannya siswa tersebut akan hancur, akan jatuh, dan akan susah untuk bangkit kembali.

    Sebenarnya ini sebuah pilihan, apakah siswa fokus pada komitmennya pada fase ini? Atau ingin melupakannya, itu semua ada di tangan kita para siswa, ingin memilih jalan yang mana? Apakah belajar? Atau pacaran?

    BalasHapus
  7. Pranam Guruji pranam teacher Eka yang bisa saya pelajari dari artikel reacher Eka adalah Dharma seorang siswa atau siswi ada belajar, menuntut ilmu, mengembangkan life dkils, berkomitmen. Kita sebagai pelajar harus memiliki komitmen agar fokus belajar. Jika kita berpacaran dan nekat untuk berhubungan seksual sejak dini sama saja kita merencanakan kecelakaan dalam hidup kita. Akibat dari berpacaran adalah kita bisa menurunkan potensi kita karena saat kita berpacaran kita tidak akan Ingan kapan mau melatih potensi kita, kita bisa saja tidak tau sifat dia dan dia tidak tau sifat kita lalu saat kita menikah muda barulah sama sama tau sifat asli masing masing lalu sering berkelahi.

    Komitmen kita harus bisa berkomitmen dengan diri kita kita harus mengembangkan life skils dan kita haru mendengarkan orang tua dan guru.

    BalasHapus
  8. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka, berikut ini adalah komentar saya tentang artikel yang berjudul, komitmen siswa, belajar atau pacaran? Yang dibuat oleh Teacher Eka sendiri.
    Dimasa pubertas para siswa memang biasanya melupakan kewajiban atau komimen mereka sendiri sebagai siswa yaitu belajar, menurut saya sendiri tentu belajar adalah komitmen bagi semua pelajar.
    Brahmacarya, brahma carya berarti mencari brahma, atau mencari potensi, skill, pengetahuan dan lain lain, para pelajar berada di level ini yaitu brahmacarya, dan di level ini terdapat guru yang membantu pelajar pelajar ini menemukan potensi mereka, agar dapat mencapai srajanahaar.
    Di artikel itu pula, ada pertanyaan, Jika seorang siswa melupakan komitmennya dan mulai pacaran, apa konsekuensi yang harus mereka tanggung?
    Dan jawaban dari teacher Eka adalah, energi dari para pelajar akan terbuang sia sia, untuk berpacaran dan lain lain, tetapi jika menggunakan energi itu dengan baik itu akan sangat berguna.
    Seperinya itu saja yang saya dapatkan dari artikel Teacher Eka, jika ada kesalahan mohon dimaafkan, Thank You, Pranaam.
    From: Dipta


    BalasHapus
  9. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher
    Di artikel ini saya mendapatkan banyak pemahaman yang dapat mebuat saya sadar akan banyak hal, dan dapat pula mengubah presepsi saya pada suatu hal. Presepsi yang saya bisa saya tambahkan itu ialah semua orang (siswa) sebenarnya memiliki potensi atau hal yang dapatkan di kembangkan pada masa saat ini (Brahmacharya) yang dapat membuat mereka menjadi manusia yang sebenarnya (Kemanusiaan). Saya juga mendapatkan poin bahwa saat seorang siswa maupun orang yang sudah melewati masa (Brahmacharya) dapat tidak Fokus atau tidak memiliki Komitmen terhadap hidupnya. Ada juga poin yang sangat membuat saya terkesan yaitu “Energi kita bisa teralihkan oleh hal lain, dan hal yang seharusnya kita lakukan tidak dapat kita lakukan karena energi tersebut telah terbuang oleh hal yang seharusnya tidak kita lakukan”. Saya juga setuju bahwa masa ini (Brahmacharya) seorang siswa seharusnya manambah pengetahuan dan skill mereka untuk kehidupan kedepanya, ada juga hal yang harus dimiliki manusia yang sebenarnya yaitu Mental yang kuat dan juga memiliki Problem Solving yang tepat dan dapat berguna bagi semua mahkluk hidup : )
    Sekian dari saya
    Thank You Pranaam : )

    BalasHapus
  10. Sebelumnya, saya sangat terkesan atas artikel ‘Komitmen Siswa, Belajar atau Pacaran?’ yang bersifat ‘menyadarkan’ banyak pembaca khususnya pelajar. Dengan membaca artikel ini saya bisa mengetahui beberapa ilmu baru yang sebelumnya kurang saya pahami khususnya mengenai komitmen seorang siswa.

    Beberapa hal yang dapat saya pelajari adalah seorang siswa seharusnya mengingat dharma mereka sebagai seorang pelajar/apa yang seharusnya dilakukan pada fase remaja saat ini. Dengan terus meimba ilmu dan belajar adalah tujuan utama serorang siswa, bukanlah ‘berpacaran’ dengan lawan jenis, yang bisa membuat fokus mereka teralihkan.

    Disebutkan bahwa jenjang awal kehidupan manusia adalah Brahmacharya, dimana seorang anak belajar dan mencari ilmu. Jika seorang anak/siswa sudah melakukan yang mereka tidak seharusnya lakukan, bagaimana di jenjang kehidupan berikutnya. Apakah mereka mampu dengan risiko yang telah mereka ambil? Tentunya tidak, dan tergantung dengan setiap individu.

    Kreativitas yang dimiliki setiap manusia berada pada cakra kedua yang akan berkembang pesat pada fase pubertas. Energi ini bersifat cair, dan jika seorang siswa tidak bisa mengontrol diri, energi ini akan mengalir kebawah dan cenderung digunakan untuk melakukan aktivitas seksual bukannya mengembangkan kreativitas.Maka dari itu, ketika seorang siswa melupakan komitmennya dan gagal, maka ia telah gagal di fase pertama manusia, dan kemungkinan juga akan gagal di fase-fase berikutnya.

    Menurut pendapat saya sendiri, tulisan yang telah dituliskan disini sangatlah make sense, tetapi mungkin masih banyak remaja yang masih berproses dan perlu bimbingan. Dengan begitu, proses adalah hal yang penting sehingga mereka bisa mehamahi apa sebenarnya dharma seorang siswa dengan segala hal yang mereka alami.

    Maaf jika ada kesalahan dalam kata-kata saya,
    Terima kasih atas ilmu dan pencerahannya 🙏

    BalasHapus
  11. Pranaam Guruji, Pranaam teacher, Anandam teman teman semua.

    Saya setuju tentang apa yg teacher Eka tulis yaitu pacaran di usia muda itu tidak lah di izin kan, menurut saya sendiri jika siswa pacaran mereka akan lupa pada kewajiban mereka yaitu belajar atau pun membantu orang tua dan juga jika hubungan pacaran mereka putus, mental mereka belum tentu kuat dan ujung ujungnya malah bunuh diri. Mungkin beberapa siswa sudah timbul rasa suka kepada lawan jenis tapi usahakan lah untuk tidak pacaran

    Sekian dari saya terima kasih🙏

    BalasHapus
  12. Pranam tecaher Eka saya Duta ingin menjawab pertanyaan dari teacher Eka
    Pertanyaan : apakah hewan bisa merasakan cinta?
    Jawaban : ya Mahuk hidup seperti hewan sepatut nya memiliki perasaan seperti rasa balas dendam karena sudah mengganggu nya, rasa kasih sayang untuk merawat dan menjaga anak nya agar bisa tmbuh dari sumber2 yang saya baca bahwa hewan itu bisa merasakan cinta. Artinya seperti mereka sangat bahagia saat bertemu kembali dan saling melindungin antar satu sama lain menyediakan makanan dan merawat anak nya.
    Sama seperti gajah saaan mereka berpindah rumah dalam perkelompok gajah, saat di tengah perjalanan milaskan ada se ekor gajah yang lelah dan lemas gajah itu akan terbaring dan gajah di bagian paling belakang pun merawat nya dan meninggalkan barisan kerumunan gajah lain nya
    kenapa gajah tersebut rela meninggalkan kerumunan nya untuk satu gajah yang sekarat? karena gajah itu punya rasa cinta dan kepedulian yang tinggi juga setia kawan, dan si gajah itu menunggu gajah yang sekarat seperti memberi makan dan minum dan menemani nya agar bisa bertahan lebih lama dan sampai ahkir nya gajah yang sekarat itu mati dan gajah satunya pun menyusul kerumunan gajah lain nya ke tempat tujuan. Semua perjuangan itu tak akan ada tampa rasa cinta dan peduli jika tidak ada mungkin gajah itu akan langsung mati tampa ada kesempatan untuk hidup dan bangkit lagi.
    Sekian dari saya teacher TErimakasih Mohon Maaf jika ada kata yang salah Pranam👍😁

    BalasHapus
  13. pranam teacher

    saya setuju teacher, selain semua yg sudah dikatakan diatas, kita inikan siswa, mengontrol emosi blm kuat/ stabil jadi bisa saja yg awalnya "sepasang anak berpacaran" bisa jadi mereka malah bertempur teacher, karena mereka masih blm bisa mengontrol emosi mereka, dan ini sebagai tambahan aja teacher, emng g malu ya, pacaran tp pakai duit orang tua, ok lah kalo punya tabungan, terus tempat tinggalnya dmn? masa dirumah orang tua, jadi kita harus cukup umr dulu (20 keatas) dan bisa menmenuhi kebutuhan kita dan sisa dari uang yg digunakan itu sebagian ditabung dan sebagian baru boleh dipakai untuk pacaran.


    ~Messi

    BalasHapus
  14. Pranaam Guruji , Pranaam Teacher Eka

    Kalau menurut saya , pacaran dan pendidikan itu harus seimbang . Seimbang seperti apa?
    Saat kita sedang belajar fokuslah untuk belajar jangan sesekali tergoda untuk berpacaran sambil belajar , nantinya tidak akan ada kegiatan belajar yang berlangsung . Sebagai contoh , kejadian ini hampir mirip dengan kejadian saya semasa SMP . Pada saat saya menduduki SMP kelas 9 , saya mencoba coba untuk berpacaran namun itu membawa pengaruh buruk bagi saya karena saya sama sekali tidak focus dalam bidang pelajaran sehingga nilai saya turun drastic , namun semenjak mendekati UN saya mengurangi dan juga membatasi pacaran tersebut karena saya sedang focus untuk belajar menghadapi UN .
    Jadi sebaiknya kita harus bisa memilih mana yang lebih penting antara belajar dan juga berpacaran , jika bisa ditunda lebih baik ditunda dahulu semua itu demi masa depanmu . Seimbangkan antara berpacaran dan juga belajar , jika sedang belajar di jenjang SMA maka tunda dulu masa berpacaran hingga 3 tahun kedepan hingga nantinya tidak aka nada penyesalan yang menghampiri . Jika sudah terlewat dari 3 tahun terebut kalian bebas melakukan apa saja , tapi ingat tetap dibatasi dan tetap focus pada tujuan kita untuk belajar . Jika waktunya belajar maka itu belajar namun jika waktunya sudah free / bebas dari belajar boleh digunakan untuk berpacaran tetapi tetap saja harus diseimbangkan agar tidak melenceng dari tujuan kita .

    BalasHapus
  15. Pranam Guruji Pranam Teacher Eka,

    Menurut saya memang benar bahwa harus menuntaskan dulu pendidikan kita, dan apabila pendidikan kita ini sudah selesai dan akan hendak mulai untuk mencari pekerjaan, disana lah waktu yang tepat untuk memulai berpacaran. Tetapi bagi sebagian besar orang akan memutuskan bahwa pacaran pada masa sekolah itu penting kenapa demikian? Karena bagi mereka mempunyai pacar termasuk dalam mood buster dan mereka akan mulai semangat untuk belajar. Tetapi bagi saya sendiri tidak baik untuk bertindak seperti itu, karena jika kita hendak untuk belajar dan sukses maka itu harus dimulai dari keinginan sendiri. Bukan dengan kita fokus belajar, tetapi itu dilandaskan dengan perasaan kita pada seseorang, dan agar kita terlihat pintar dan berkarakter di depan mereka. Jika keinginan itu sudah tercapai maka apa yang akan selanjutnya dilakukan? Hal ini tidak boleh dilakukan, jika memang kita ingin serius belajar maka itu harus dilandaskan pada kemauan diri sediri.
    Pada sekolah saya sebelumnya juga sudah pernah dijelaskan seperti ini, dan itulah tanggapan dari guru saya dan saya sangat setuju dengan tanggapan tersebut.
    Sekian Terima Kasih

    BalasHapus
  16. Pranaam Guruji, pranaam Teacher 🙏

    Dalam sudut pandang saya bahwa benar yang di katakan dalam artikel tersebut, bahwa kebanyakan remaja saat ini memiliki hasrat untuk memiliki pasangan, namun hasrat itu justru yang bisa membuat kita terserumus ke hal negative, mungkin kebanyakan dari remaja jaman sekarang mengira bahwa pacaran adalah suatu hal yang mungkin dapat membuat mereka fokus untuk sekolah.
    Pandangan seperti berpacaran akan membuat atau membakar semangat belajar lebih giat lagi. Itu semua SALAH
    mengapa salah? Karena ketika kita memasuki masa berpacaran itu semua justru berbanding terbalik dari apa yang kita fahami.
    Memiliki pacar atau pasangan pada masa yang belum pada waktunya hanya akan membuat kita semakin stress, gelisah, dan tak percaya diri.

    Masa remaja menurut saya di mana semua emosional, pergaulan mudah sekali di pengaruhi oleh lingkungan sekitar sehingga banyak sekali di luar sana permasalahan seperti hamil di luar nikah, dari hal sepele seperti teman main namun karena teman atau pergaulan yang benar-benar buruk justru secara tidak di sadari anak tersebut memiliki fikiran atau energi yang sangat negative. Dan jika kita mampu menahan diri atau bisa survive dari pengaruh buruk sekitar saat menjalani masa remaja. Semua energi dalam anak itu akan terpancar.
    Makna dari energi akan terpancar seperti
    "jika kita berada di dekat anak tersebut kita mungkin bisa merasakan hawa atau aura dari anak tersebut positive"

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. Praanam Teacher 🙏

    Saya sependapat, sarana-sarana hiburan yang selama ini kita nikmati seperti film, serial televisi, video online, komik, musik, dan lainnya memiliki pengaruh yang besar jika masuk dan menempel di alam bawah sadar kita. Sayangnya, industri hiburan memiliki pasar yang besar untuk anak-anak remaja, industri hanya mengikuti kemauan pasar, dan pasar anak-anak remaja sukanya yang berbau romantisme, serba instan, kesempurnaan, narsisme, dan fantasi. Alhasil inilah yang membuat saya menjuluki perfilman Indonesia "Raja Bungkus Ulang."

    Cerita cinta murahan, horror kacangan, dan komedi yang sebenarnya tidak pantas disebut komedi yang sama terus dibungkus ulang dengan tokoh yang berbeda, setting berbeda, budget berbeda, meski diganti sedikit-sedikit namun inti alurnya sama, cerita yang mereka fantasikan menjadi kehidupan mereka sendiri. Indonesia seharusnya malu besar mengeluarkan film-film menjijikkan seperti ini, yah mau gimana lagi memang negara kita tidak pernah mengapresiasi arti seni sebenarnya, dan juga tidak akan pernah bisa.

    Lalu dampak dari sarana hiburan dan media kita yang bobrok ini dengan sengaja membuat generasi muda Indonesia menjadi mengawang-awang, hidup dalam dunia ilusinya sendiri, membuat dunia ilusi di dalam dunia yang memang sudah ilusi, lucu! Kenapa sengaja? Tentu agar mereka bisa terus mengeksploitasi uang yang dengan keras didapatkan para orang tua untuk membeli tiket, beli kuota, beli produk, beli novel tak senonoh, beli ini, beli itu, terus beli demi memberi makan ego dan awang-awangan mereka sendiri.

    Namun lama-lama mereka bosan hanya menggunakan imajinasi, mereka ingin mencoba, sedikit saja, mengicip-icip, mulailah tukar surat, ngobrol , tukar pesan, kasih hadiah, semakin sering semakin berubah menjadi pegangan tangan, berpelukan, berduaan di ruangan, jalan-jalan, cium pipi, cium bibir, bahkan sampai melakukan seks.

    Sehingga angka bunuh diri, hamil luar nikah, depresi remaja, gangguan mental meroket semuanya. Hanya segelintir remaja yang memang keluarganya kaya raya saja yang bisa menghidupi dengan mewah, orang-orang "1%" -- lalu bagaimana dengan 99% lainnya? Bagaimana pendidikkan mereka? Keluarga mereka? Nama baik orang tua? Cita-cita? Skill? Semuanya masuk ke tong sampah. Yang ada hanyalah mengurusi pasangan dan mengurusi anak dengan uang yang sangat sedikit.

    "𝐓𝐫𝐮𝐞 𝐋𝐎𝐕𝐄 𝐛𝐞𝐭𝐰𝐞𝐞𝐧 𝐚 𝐦𝐚𝐧 𝐚𝐧𝐝 𝐚 𝐰𝐨𝐦𝐚𝐧 𝐢𝐬 𝐦𝐞𝐚𝐧𝐭 𝐭𝐨 𝐥𝐚𝐬𝐭 𝐚 𝐥𝐢𝐟𝐞𝐭𝐢𝐦𝐞, 𝐬𝐨 𝐭𝐡𝐞𝐫𝐞'𝐬 𝐧𝐨𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠 𝐰𝐫𝐨𝐧𝐠 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐛𝐞𝐢𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐭𝐢𝐞𝐧𝐭 𝐚𝐧𝐝 𝐠𝐞𝐭𝐭𝐢𝐧𝐠 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐠𝐬 𝐫𝐢𝐠𝐡𝐭, 𝐬𝐭𝐚𝐛𝐥𝐞, 𝐚𝐧𝐝 𝐩𝐫𝐨𝐩𝐞𝐫 𝐟𝐢𝐫𝐬𝐭." -𝐀𝐰𝐚𝐧𝐠 𝐖𝐢𝐧𝐧𝐞𝐭𝐨𝐮-

    Terima Kasih 🙏👏🙌

    BalasHapus
  19. (Intania Nataly / X)

    Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka.

    Setelah membaca artikel tersebut, yang dapat saya pelajari adalah kita sebagai pelajar hendaknya melakukan kewajiban dan tugas kita sebagai seorang pelajar, yakni pada fase Brahmacharya yaitu sebuah masa dimana seorang anak mengembangkan kreativitas melalui pendidikan dan masa ini dimulai dari lahir sampai usia 20-an tahun. Maka dari itu selama masa ini hendaknya kita sebagai seorang pelajar menjalankan komitmen dengan baik, jangan sampai kita tergoda dengan hal lain, seperti pacaran.

    Menurut saya pacaran di akibatkan oleh timbulnya rasa suka atau ketertarikan terhadap lawan jenis semasa pubertas, bagi saya hal ini wajar, namun jangan sampai kita tergoda olehnya dan justru mengabaikan tugas utama kita yakni sebagai seorang pelajar. Hal ini karena apabila kita pacaran ini hanya akan membagi fokus belajar kita yang mana nantinya malah menurunkan semangat dan minat belajar kita sebagai seorang pelajar. Selain itu masalah yang bisa timbul apabila kita tidak bisa mengendalikan nafsu dalam diri kita adalah kita bisa terjerumus pada hal-hal negatif berbau seksual, yang mana seperti kita ketahui pada umur kita saat ini masih jauh dari kata matang atau siap untuk menjalin hubungan, karena pada usia remaja kita cenderung mempertahankan ego masing-masing sehingga belum siap untuk berkomitmen.

    Maka dari itu kita sebagai pelajar hendaknya dapat mengontrol atau mengendalikan diri kita dengan menepati komitmen yang telah kita buat untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya dan menjauhi hal-hal negatif yang dapat merusak masa depan kita.
    Terimakasih. Pranaam.

    BalasHapus
  20. Pranam Guruji, Pranam Teacher Eka
    Yang dapat saya pelajari dari artikel diatas adalah
    Zaman sekarang memang banyak sekali siswa-siswa yang berpacaran, entah karena masa pubertas
    atau hanya keinginan untuk bersenang-senang. Tetapi mereka terkadang tidak sadar akan komitmen
    mereka sebagai murid, yaitu belajar. Saya setuju terhadap artikel diatas, karena jika kita mengikuti
    keinginan kita untuk memiliki seorang pacar, fokus kita teralihkan. Yang dulunya rajin belajar,
    sekarang perhatian atau fokus kita teralihkan untuk pacar kita. Yang dulunya sering dirumah
    membantu orang tua, sekarang selalu pergi jalan bersama pacar. Yang dulunya tugas atau ulangan
    selalu dapat nilai bagus, sekarang menjadi jelek karena masalah yang dihadapi dengan pacar kita.
    Semua itu teralihkan, apalagi jika kita melakukan keselahan, kesalahan besar atau kecil. Kita bisa saja
    menjadi stres, depresi, apalagi yang paling parah adalah bunuh diri karena saking depresinya. Jadi
    kita harus bisa berpikir dengan cerdas, apa yang menjadi kewajiban kita sebagai seorang siswa. Di
    usia kita yang muda ini, kita harus banyak-banyak mencari ilmu, menjadi kreatif, mengembangkan
    karakter yang baik serta tangguh dalam menyelesaikan masalah yang kita hadapi sekarang ataupun
    nanti.
    Sekian dari saya Terima Kasih, Pranam
    - Radha

    BalasHapus
  21. Pranam Guruji, Pranam Teacher Eka

    Yang saya pelajari dari artikel diatas adalah kewajiban seorang siswa adalah belajar. Jadi seorang siswa harus fokus untuk menyelesaikan masa Brahmacaryanya dan seorang siswa yang melupakan komitmennya tidak layak disebut Brahmacarya, tidak layak disebut siswa. Seorang siswa juga harus tau mana hal yang utama belajar atau pacaran?. Pacaran memang menarik untuk dijalani, sekilas itulah yang terlihat. Tetapi tugas utama seorang siswa bukanlah pacaran tetapi belajar. Jika seorang siswa tidak mampu berkomitmen terhadap pelajarannya, tidak mampu bertanggung jawab terhadap dharmanya sebagai siswa maka dia mempertaruhkan masa depannya sendiri.

    Pendapat saya adalah setuju dengan artikel diatas pacaran bukanlah hal yang utama kita juga harus tau kewajiban kita. Tetapi dimasa pubertas ini rasa suka antar lawab jenis adalah hal yang wajar namun jangan sampai lupa dengan komitmen atau kewajiban kita dan jangan sampai terjerumus ke hal - hal yang buruk seperti "kecelakaan" yang disampaikan artikel diatas. Lebih baik kita isi masa muda kita dengan hal - hal yang positif dan bermanfaat untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain.

    BalasHapus
  22. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  23. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka

    Remaja berasal dari kata latin yaitu adolescene yang memiliki pengertian sebagai "tumbuh kearah kematangan fisik, psikologis dan sosial. Secara garis besar, remaja dapat diartikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa/pendewasaan. Pengertian kata ini telah menunjukan bahwa remaja masih memiliki ketidak stabilan emosi, tujuan dan lain lain. Banyak remaja mengalami hal hal seperti yang telah disebutkan dalam artikel ini, belum lagi ditambah dengan faktor-faktor dari luar diri mereka.

    Jenjang kehidupan manusia berawal dari Brahmacharya dimana manusia sedang mencari sejati dirinya dengan cara mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya. Dalam masa ini pula ia dibimbing oleh Guru yang membuatnya melangkah maju dan menjadi kreatif. Seorang Brahmacharya mesti berkomitmen dengan penuh kesadaran terhadap kewajibannya tersebut. Tanpa sebuah komitmen, seorang siswa tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai seorang siswa.

    Seperti yang telah dijabarkan pada artikel ini, segala sesuatu dimulai dari hal yang paling dasar. Pada kasus manusia, jenjang yang paling mendasar adalah jenjang Brahmacharya ini. Ketika seseorang tidak lulus dalam menjalani jenjang yang paling mendasar, bagaimana kedepannya? seseorang yang tidak lulus dalam jenjang ini tentu akan mengalami kesulitan kedepannya, dimamana semakin seorang manusia menjadi dewasa, semakin banyak pula tantangan-tantangan yang mesti dihadapi.

    Masa muda hanya terjadi sekali dalam satu kehidupan. Pilihan ditentukan oleh diri sendiri. Maka dari itu saya menyadari bahwa pilihan ini harus dipilih dengan penuh kesadaran. Saya akan senantiasa mengingatkan diri saya akan Dharma saya, akan tujuan saya. Ketika seorang manusia sudah memiliki tujuan yang jelas dan mulia, godaan apapun akan sulit untuk mengubah langkah nya.


    Terima Kasih
    Pranaam

    Signed
    Narada Agastya Jiwanta

    BalasHapus
  24. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka


    Berdasarkan artikel yang telah saya baca memang benar bahwa tujuan utama seorang siswa adalah belajar, menambahkan soft skill, life skill, dan lain-lainnya. Kenapa tujuan utama para siswa adalah menuntut ilmu atau belajar? Karena dalam tradisi SANATANA DHARMA atau tradisi Nusantara kuno dikatakan bahwa tahap yang pertama seorang siswa ialah BRAHMACARYA. BRAHMACARYA dimana masa-masa anak-anak dari usia kecil sampai usia 20-an menuntut ilmu dan mengembangkan skillnya atau menciptakan hal-hal yang baru. Menurut saya BRAHMACARYA juga bisa dikaitkan dengan dewa Brahma sendiri karena seperti yang kita ketahui dewa Brahma adalah sang pencipta yang menciptakan dunia ini, jadi seharusnya kita sebagai siswa atau anak muda yang memiliki energi tersebut harus digunakan dengan tepat untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang berguna ketimbang energi yang dimiliki seorang siswa atau anak muda digunakan untuk hal-hal yang tidak penting atau membuang energi seperti berpacaran, mabuk-mabukan, dll. Seperti yang kita ketahui banyak juga kasus-kasus bunuh diri dimana setelah diketahui bahwa angka bunuh diri tersebut banyak terjadi pada seorang siswa atau anak muda zaman sekarang. Kira-kira apa yang menyebabkan mereka melakukan bunuh diri ketimbang melanjutkan perlanannya yang masih Panjang ini? Menurut saya ini bisa terjadi karena yang pertama faktor orangtuanya dirumah bisa saja orangtuanya mendidik anaknya dengan salah sehingga anaknya mencotoh apa yang orangtuanya lakukan dan mengakibatkan kesalahan yang fatal. Kedua karena anak tersebut tidak memiliki karakter yang baik sehingga anak tersebut tidak bisa mengontrol dirinya dan terjerumus ke hal-hal yang tidak seharusnya mereka lakukan di masanya sebagai seorang siswa atau anak muda. Ketiga karena pergaulan diluar, mungkin anak tersebut sudah di didik dengan baik dengan orangtuanya tetapi karena dia bergaul di lingkungan yang salah sehingga mereka tidak bisa mengontrol diri dan masuk kedalam bad company tersebut. Jadi seharusnya apa yang bisa dilakukan seorang siswa di masa-masanya mereka menuntut ilmu? Seperti yang saya katakana diatas yang pertama mereka harus kuat dengan keadaan diluar dan tidak gampang untuk terjerumus, kedua harus memiliki niat atau tekad yang kuat untuk mencapai sesuatu yang dia inginkan, ketiga harus focus dan tidak tergoda dengan hal-hal yang tidak penting. Menurut say aitu yang saya dapat pelajari semoga saya juga bisa mencapai apa yang menjadi tujuan saya dan bisa menjadi seseorang yang sukses setelah menyelesaikan masa saya sebagai seorang pelajar.

    BalasHapus
  25. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  26. Pranaam Guruji dan Pranaam Teacher Eka,

    Menjadi seorang siswa juga memiliki komitmen yang harus dipegang. Sebagian masyarakat mengangap masa muda adalah masa yang harus dinikmati, masa yang tidak boleh disia-siakan sehingga boleh melakukan apa pun yang dimau. Tentu, dalam tradisi kita, tradisi Sanatana Dharma, tradisi Nusantara kuno ini tidak berlaku sama sekali. Di dalam artikel ini benar-benar menjelaskan dengan detil apa yang seharusnya menjadi komitmen seorang siswa, yaitu adalah belajar. Bukan sesuatu yang biasanya para pemuda dambakan “pacaran”. Adalah sebuah hal yang penting bagi kita (terutama saya karena saya adalah seorang siswa) untuk memahami mengapa dan kenapa kita perlu berkomitmen untuk menjadi seorang siswa yang menjalankan dharmanya yaitu belajar. Sayang sekali beribu ribu kali sayang bahwa masa muda ini masa yang bisa dibilang masa penentuan, istilahnya seperti ujian awal pada masa kehidupan manusia. Masa yang sangat rentan untuk jatuh ke jurang, karena dahsyatnya energi yang dimilikinya. Gagal dimasa ini ya gimana lagi di masa selanjutnya. Memahami bagaimana sifat energi pada cakra kedua, Svadhishthana cakra adalah sebuah hal yang penting bagi siswa. Memahami bahwa energi ini bisa tersia-siakan jika menggunakannya untuk hal-hal yang bersifat seksual seperti pacaran penting. Mengerti bahwa energi ini bisa kita ubah menjadi energi kreativitas juga sama pentingnya.

    Padahal cuman satu kunci “komitmen” tapi rasanya susah banget untuk menjalaninya. Ironis jika saya mengatakan komitmen-komitmen tapi nanti nantinya malah no action. Saya pernah hampir jatuh ke jurang tersebut, ya sebut saja jurang “cinta monyet” Sangat beruntung sekali si siswa ga tau diri ini diselamatkan oleh Gurunya, jujur saya tidak tau bakal kemana saya jika tidak ada Guru saya. Komitmen untuk mengendalikan diri bukanlah tentang susah atau gampangnya tetapi mau atau tidaknya. Saya kembali melihat dan bertanya kepada diri saya “Kamu mau atau tidak untuk berkomitmen? Bukan masalah susahnya lho ya” YES! Itu sebuah pelajaran penting yang saya dapatkan. Terima kasih banyak Guruji, Terima kasih banyak Teacher Eka yang sudah membuat artikel ini untuk kami.

    Terima kasih banyak

    -Kraanti

    BalasHapus
  27. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka.

    Sekarang ini memang banyak sekali, bahkan bisa dibilang 3/4 nya generasi muda kita sudah melenceng dari jalur mereka sebagai seorang Brahmacharya.

    Dulu, pada awalnya sebelum saya bergabung di One Earth School, pacaran adalah hal yang biasa, Bahkan anak kelas 5 SD saja sudah mulai memanggil satu sama lain "Ayah-Bunda", entah apa yang akan terjadi pada mereka setelah memasuki jenjang SMP.

    Ketika memasuki One Earth School, melihat adik-adik saya yang saling curi pandang, saya pikir sebenarnya kita tak ada bedanya dengan mereka yang diluar sana. Label 'Duta Dharma' hanya dikenakan ketika ada tamu yang datang saja, dan setelah nya label itu pun dilupakan.

    Sebagai kakak, menurut saya mereka tak bisa disalahkan begitu saja. Seperti yang dibilang, memang benar mereka sedang di fase yang seperti ini.

    Yang terpenting sekarang adalah bagaimana pemahaman ini bisa mereka terima dengan baik. Mereka terima sebagai pemahaman bijaksana. 'Diskusi-diskusi' yang terkadang di lakukan di sekolah pun terlihat seperti 'mencekoki' anak-anak dengan pemahaman kalian. Ini yang tidak saya setujui.

    Tujuan pemahaman yang ingin disampaikan pun mereka tangkap dengan isi yang berbeda, bukan bodoh, tetapi pemahaman kita semua memang berbeda.

    Ada yang bisa langsung mengerti, ada yang bahkan malah ngegosip dibelakang.

    Memang tak bisa membuat semuanya langsung mengerti, tapi memang ini lah tugas seorang guru? Membuka jalan yang tepat untuk para muridnya.

    Dengan memberi penjelasan bahwa Fase ini akan menjadi awal dari ke-'komitmenan' mereka untuk ke fase selanjutnya. Pemahaman-pemahaman yang mengaitkan dengan masa depan mereka.

    Mungkin sekian pendapat saya, Terima Kasih. Pranaam

    BalasHapus
  28. Pranaam.

    Terima kasih atas artikel yang sangat bermanfaat ini. Semua ornag mungkin memiliki perspektifnya masing-masing yang dianggapnya benar. Namun, sekarang bagaimana kita menggunakan perspektif tersebut untuk membantu ornag-orang yang masih bingung. Kita juga dapat membantu mereka menggali perspektif mereka sendiri. Artikel ini sangat bermanfaat untuk remaja yang sudah mulai ingin memiliki pasangan. Bantuan untuk melihat dari sudut pandang orang yang lebih dewasa memanglah diperlukan.

    Artikel ini membantu untuk melihat the bigger picture dari sebuah permasalahan dalam hidup. Permasalahan ini tentunya banyak terjadi di kalangan remaja zaman sekarang. Penjelasan mengenai bagaimana seharusnya remaja bersikp dengan berlandaskan nilai-nilai luhur peradaban kita sangatlah berkesan bagi saya.

    Menurut pendapat saya, pesan yang ingin disampaikan dari artikel ini mampu membuat saya lebih memahami esensi dari remaja itu sendiri. Banyak remaja tentu memiliki keinginan untuk mencapai masa depan yang gemilang. Namun, banyak juga yang belum tahu bagaimana cara untuk menggapainya. Artikel ini menjelaskan bahwa semakin banyak skill yang kita miliki semakin banyak juga peluang yang kita dapatkan untuk masa depan kita.

    Sebagai remaja, yang pengalamannya belum bisa dikatkan banyak. Saya mencoba untuk selalu menjalankan kewajiban saya dengan baik. Walau memang banyak sekali keinginan-keinginan yang menghambat perkembangan diri saya. Namun, sekarang bagaimana kita dapat melihat kebelakang dan belajar dari kesalahan orang lain, atau bahkan kesalahan kita sendiri.

    Terima kasih. Pranaam.

    BalasHapus
  29. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  30. Hal penting yang dapat saya petik hikmahnyadari kumparan tersebut yaitu, sebagai seorang siswa atau pelajar mestinya melaksanakan kewajibannya terlebih dahulu. Selain itu siswa juga harus focus dan berkomitmen terhadap apa yang menjadi tujuan utamanya. Bila hal itu tidak dilakukan maka tujuannya tidak akan berhasil.

    Lahir sebagai manusia memang harus memiliki tujuannya masing-masing, hal itu sudah menjadi takdir sejak kita lahir.Namun hidup sebagai manusia juga tidak lepas dari tingkatan-tingkatan yang harus dilakoni sebagai manusia yang berkewajiban, yang mana ada waktu yang tepat dalam menjalani tingkatan tersebut.
    Bagi saya yang masih remaja, memang harus melaksnakan jenjang sebagai seorang pelajar.

    Seorang pelajar memiliki larangan dan batasan yang haraus ditaati. Contohnya yaitu berpacaran, seperti isi dari kumparan diatas, dampak buruk dan kendalanya akan mempengaruhi jalan tujuan yang ingin dicapai. Saya menyadari sebagai seorang siswa, saya ingin berusaha untuk mempelajari banyak hal, seperti memperbanyak skils dan pengambangan karakter diri saya sendiri, karena pengetahuan mengenai banyak hal sangatlah berguna bagi hidup saya nanti, seperti mencari jalan keluar dari suaatu permasalahan, bertahan untuk hidup, serta bersosialisasi dengan baik. Pelajaran tersebut bisa didapatkan dari pengalaman seseorang maupun pengalaman yang kita alami sendiri.
    Setiap orang memiliki tujuan yang berbeda, namun pilihan dan hak ada ditangannya masing-masing dan tergantung dari pemahamannya dan perspektifnya. Tetapi menurut saya, saat inilah waktunya untuk mempersiapkan masa depan dengan banyak tantangan.

    Menurut saya, kumparan seperti ini sangat penting diketahui dari awal siswa menjalani pendidikan, karena hal ini dapat menginspirasi para pelajar sehingga para siswa tidak terlambat dan tidak tahu apa yang harus dilaksanakan sebagai seorang siswa.
    Saya berterima kasih, karena hingga saat ini saya dididik dan mendapat ilmu pengetahuan, sehingga saya mampu memilah sesuatu mana yang tepat dan tidak.



    BalasHapus
  31. Pranaam Guruji, pranaam all.
    Menurut saya pribadi pacaran itu boleh tetapi lihat waktu & keadaan yg sedang kita tempuh, dan jika kita tdk bsa mengontrol diri kita utk pacaran akan merubah nasib kita dri yg terang menjadi gelap. Memang benar kita dri sejak dini hrus belajar yg namanya life skill, karakter, dll jika kita tdk mempunyai kedua skill tersebut kita bisa apa? Di suatu hari nanti?
    Pastinya akan merubah nasib kalian memang keliatan nya asik pacaran contoh : tertawa, bercanda-candaan.
    Tetapi di suatu hari nnti semua itu adalah ampas karena jika sdh berhubungan dekat & mempunyai anak sejak kalian masih sekolah. Ga bsa cari uang apalagi menyusahkan org tua.
    Selain itu sejak kita masih menjadi siswa jangan lah di buang sia sia energi kita, mending kita simpan saja energi nya buat di besar nanti dri pda energi nya itu di salah gunakan, selain itu sebagai siswa mempunyai energi yg sangat berlimpah, di banding dengan dewasa, oleh sebab itu simpan lah energi kamu. Tdk cumn itu saja, waktu sejak dini kita harus mempunyai yg namanya komitmen. Komitmen adalah suatu perjanjian saat kita menjadi siswa dan fokus pda belajar, belajar, & belajar dan pelajari skill skill yg kita tdk punya, dengan itu masa depan kalian akan cerah karna sdh mempunyai yg namanya komitmen sejak dini. Dan jangan lah terlalu terobsesi dengan lawan jenis.

    Terima kasih

    BalasHapus
  32. Praanam Guruji, Praanam teacher.
    Menurut saya brahmacharya adalah tahap dimana kita dapat kesempatan untuk memberdaya diri kita di masa muda untuk bekal kedepan kita nanti. Sekarang ini lebih baik membangun skill/ bakat. Agar perusahaan mau menerima kita. Hal itu juga termasuk hal Shreya atau preya. Menurut saya, kumparan seperti ini sangat penting diketahui dari awal siswa menjalani pendidikan, karena hal ini dapat menginspirasi para pelajar sehingga para siswa tidak terlambat dan tidak tahu apa yang harus dilaksanakan sebagai seorang siswa.
    Saya berterima kasih, karena hingga saat ini saya dididik dan mendapat ilmu pengetahuan, sehingga saya mampu memilah sesuatu mana yang tepat dan tidak. ini membantu untuk melihat the bigger picture dari sebuah permasalahan dalam hidup. Permasalahan ini tentunya banyak terjadi di kalangan remaja zaman sekarang. Penjelasan mengenai bagaimana seharusnya remaja bersikp dengan berlandaskan nilai-nilai luhur peradaban kita sangatlah berkesan bagi saya. seseorang yang tidak lulus dalam jenjang ini tentu akan mengalami kesulitan kedepannya.

    BalasHapus
  33. Pranaam teacher, yang dapat saya pelajari dari artikel tersebut adalah bagaimana kita sebagai murid atau sebagai brahmacarya harus bisa membatasi atau memagari diri kita. Menurut saya bila manusia tidak di batasi kelakuannya maka bisa di-analogikan seperti anjing tanpa kandang. Bila anjing itu tidak dikandangi, ia tidak tahu dia adalah pelirahaan dan akan menjadi anjing liar. Bisa kita bedakan perbedaan anjing liar dan anjing peliharaan. Anjing liar biasanya lebih ganas namun anjing peliharaan lebih nurut dan tahu batasannya. Hal yang sama berlaku terhadap manusia. Bila manusia tidak "dikandangi" maka mereka akan -sama halnya seperti anjing- liar.

    Sebagai siswa, kewajiban kita iyalah belajar dan menuntut ilmu. Seperti yang ditegaskan di artikel, Pacaran bisa ditunda namun pendidikan tidak. Perubahan karakter manusia ibaratkan tanah liat. Pada saat manusia baru lahir, karakternya masih sangat mudah kita bentuk ibaratkan tanah liat yang basah. Seorang anak cenderung mengikuti apa yang mereka lihat. Mereka sangat mudah meniru apapun yag mereka lihat tanpa menyaringnya. Namun semakin tuanya seseorang, maka semakin kering dan keras tanah liat itu. Oleh karena itu kita harus belajar cara mengontrol diri sehingga energi yang kita miliki di masa brahmacarya yang bisa kita gunakan untuk memberdaya diri tidak habis digunakan untuk pacaran dan hal hal tak berguna lainnya.

    Terima Kasih

    BalasHapus
  34. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher, Anandam teman-teman
    Saya setuju bahwa pacaran tidak boleh pada saat masih remaja. Sebenarnya pacaran boleh saja, tetapi harus lihat kondisi, waktu, dan lihat kita sedang pada fase apa. yang tepat. Mungkin pacaran itu sangat meyenangkan. Seperti di kebanyakan film-film. Tertawa sana-sini. Seperti dunia ini hanya milik berdua. Kita tidak melihat ke dalam diri kita. Melihat kondisi di sekitar kita Tidak peduli dengan yang lain. Terobsesi sehingga terjadilah hal-hal yang tidak diinginkan. Pada akhirnya kita menyesal dan lari dari kenyataan.
    Kita jadi sengsara sendiri. Banya sekali film-film yang diproduksi oleh kebanyakan produser zaman sekarang ini tentang percintaan anak remaja. Film-film yang seperti itu adalah yang sering ditonton oleh kebanyakan remaja. Sehingga para remaja mencontohkan apa yang diadegankan. Juga, sekarang ini pacaran tidak hanya pegangan tangan saja, tapi juga sudah saling pelukan bahkan ciuman. Akibatnya banyak kasus bahwa ada yang sudah hamil, nikah belum pada waktunya, dan lalu apa? Pasti ada yang depresi lalu bunuh diri, tidak bisa melanjutkan sekolah, dll.
    Sudah seharusnya kita hanya fokus pada satu tujuan saja, yaitu belajar. Tidak bercabang. Kita gunakan energi kia untuk menambah wawasan. Lebih kreatif. Agar di masa depan kita bisa menjadi sukses. Jika kita sukses, kita maka akan dengan mudah mendapatkan. Jika sudah saatnya kita pada masa boleh menikah, kita tidak akan tergantung pada orangtua kita, mencari uang sendiri, membiayai hidup sendiri.
    Kita lahir ke dunia ini pasti ada tujuannya masing-masing. Belajar bukan hanya pada di bidang akademik saja. Tapi juga belajar skill-skill baru. Seperti live skill, problem solving, public speaking, etc. Jika kita sudah memiliki itu semua, karakter kita juga bagus, maka kita masih bisa bertahan hidup tanpa bantuan siapa pun. Apalagi seperti sekarang ini. Zaman sudah berbeda. Tidak lagi sama. Fase Brahmachariya adalah fase dimana kita harus menggunakan energi kita untuk menciptakan sesuatu baru. Namanya juga Brahhma, sang pencipta. Ingatlah untuk selalu berpegang teguh pada komitmen kita.

    Sekian dari saya. Terima kasih

    BalasHapus
  35. Pranaam Guruji, Pranaam Teacer
    Setelah membaca artikel tersebut, yang bisa saya dapatkan dari artikel tersebut adalah siswa atau masa remaja adalah masa dimana kita seharusnya menuntut ilmu. Karena memang dimasa Brahmacarya kewajibannya atau komitmennya adalah memberdaya diri dengan berbagai jenis ilmu. Tapi dimasa seperti ini semua remaja pasti mengalami pubertas, yang membuat mereka menyukai lawan jenis, ini adalah hal yang normal. Tapi harus diingat bahwa kewajiban siswa adalah belajar bukan berpacaran. Memang terlihat bahwa orang pacaran itu menyenangkan selalu Bahagia, tetapi itu hanya kelihatannya saja, padahal yang sebenarnya terjadi adalah sering bertengkar, yang membuat mereka galau dan membuat tidak fokus belajar.
    Kenapa sih sebagai pelajar harus menjalani kewajibannya yaitu belajar?
    Agar dimasa depan kita bisa menjadi orang yang berkarakter, orang yang sukses dibidang manapun, dan bisa menghadapi berbagai macam masalah .Dan juga ada masa setelah Brahmacarya yaitu masa berumah tangga, Nah disini kita bisa mencari pasangan, jadi mencari pacar itu bisa ditunda. Jika di masa Brahmacarya tidak bisa berkomitmen maka dimasa berumah tangga juga tidak bisa berkomitmen(akan bercerai). Maka bentuklah masa Brahmacarya dengan sebaik-baiknya, agar dimasa depan bisa bertahan hidup.
    Sekian dari saya terimakasih
    -Savita-

    BalasHapus
  36. Pranaam tr. Eka

    Jika ditanya apa yang bisa saya pelajari dari artikel diatas? Jawabannya banyak sekali, yang awalnya tingkat kepentingan pendidikan hanya ¾ kini menjadi sepenuhnya penting. Keinginan saya
    Untuk memperbanyak life skill pun meningkat. Masalah pacaran, memang sudah seharusnya remaja tidak melakukan hal tersebut. Jika dalam fase remaja kita memang ingin mencoba coba segalanya, hal yg kita coba pun sebaiknya kita pikirkan dahulu dampaknya di akhir. Pacaran bukan hanya akan merusak diri kita yg sekarang, tapi juga masa depan. Remaja memang fase yang sulit, tapi jika kita bisa mengendalikan diri, fase ini akan menjadi fase boost dalam hidup. Jika kita merusak kesempatan boost kita, kita akan berada di titik itu itu saja. Thankyou tr. Eka karena telah mengingatkan ghea akan betapa pentingnya pendidikan.

    BalasHapus
  37. Pranaam Guruji ,Pranaam Teacher Eka

    yang dapat saya pelajari dari blog di atas ini adalah
    kita sebagai anak sekolah sebaiknya tidak menjalin cinta seperti pacaran terlebih dahulu di karenakan kita masih dalam masa pendidikan yaitu sebagai murid untuk masalah pacaran dlm masa remaja memang seharusnya tidak boleh tapi di luar sana karena pengaruh lingkungan pergaulan bayak sekali anak " bahkan Siswa SD dan dari orang tuanya sendiri pacaran itu di perbolehkan dan seharusnya kita tidak melakukan hal tersebut ,dari pada kita menghabiskan waktu dengan hal yg belum berguna di masa kita mending kita fokus terhadap sekolah terlebih dahulu di banding kita bkn hanya menghabiskan waktu tetapi menghabiskan uang jajan kita dan juga byk penyebab karena pacaran ini jika mereka di putusin mereka akan sakit hati dan melakukan seperti yg di ceritakan di blog mereka melakukan hal yg merugikan keluarganya seperti bunuh diri dan juga pacaran dapat merusak masa depan kita karena kita terlalu fokus dengan hal pacaran ini kita juga tidak fokus dengan pendidikan dan akhirnya selama kita sekolah kita tidak mendapatkan pelajaran untuk masa depan karena pada kita sekolah kita hanya fokus dengan hal tersebut dan juga hal ini bisa jadi karena didikan orangtua yg kurang terhadap anak nya sendiri yg memperbolehkan anak nya pacaran padahal mereka masih SD,
    sungguh Terimakasih Teacher sudah membuat blog ini sangat bermanfaat untuk saya dan mengubah pola pikir saya untuk tidak melakukan hal pacaran tersebut dan betapa pentinya pendidikan kita untuk masa depan bkn pacaran.

    Sekian Terimakasih

    -Karin-

    BalasHapus
  38. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka.
    Saya setuju dengan artikel diatas, sebagai anak muda atau remaja kita memiliki banyak energi. Sebaiknya sebagai remaja kita gunakan energi yang amat besar ini untuk membuat sesuatu yang lebih berharga dibandingkan “berpacaran”. Banyak remaja yang berfikir bahwa ketika mereka memiliki pacar, maka semua akan terasa indah. Tidak seperti cerita dongeng SNOW WHITE, dalam kisah tersebut di jelaskan bahwa semua akan berjalan indah dan mulus. Seorang remaja ada baiknya sekarang mencari mencari skill skill yang kira kira dibutuhkan dimasa depan, agar dikemudian hari mereka tidak kesulitan dalam menghadapi hidup mereka. Sebagai seorang siswa itu seharusnya tidak “berpacaran”, sehingga dalam pembelajaran focus mereka tidak terpecah pecah. Tak selamanya kita harus mengikuti atau menuruti nafsu kita, ada baiknya kita merenungkan kembali. Apakah hal tersebut tepat untuk kita lakukan saat ini? Apakah itu tujuan kita saat ini? Apa yang akan terjadi jika kita melakukan hal tersebut saat ini? Dengan begitu kita bisa memperkecil resiko resiko yang bisa terjadi.

    BalasHapus
  39. Praanam Guruji, Praanam Tr.Eka.
    saya setuju dengan artikel diatas, jika seorang remaja tidak mencari skill – skill untuk kedepannya nanti dan malah sibuk pacaran, maka apa kabar masa depan remaja tersebut, sebaiknya kita sebagai remaja mempelajari skill yang dibutuhkan kedepannya. Tidak hanya skill – skill yang seorang remaja perlu cari, mereka juga perlu menumbuhkan karakter / kemanusiaan dalam dirinya, jika mereka malah menyibukkan diri dengan pacaran, maka didepannya mereka tidak akan kuat untuk menghadapi masalah yang akan datang. Seorang remaja harus bisa mengontrol dirinya dan jangan sampai terjerumus ke jalan yang salah, jika mereka sudah memilih jalan yang salah, di depannya mereka bisa harus menanggung apa yang akan terjadi pada diri mereka, seperti contoh yang sudah diberikan, yaitu jika terjadi sebuah kesalahan yang fatal, maka remaja tersebut harus menanggung apapun akibatnya.

    sebaiknya sebagai seorang siswa kita harus mengingat komitmen kita, yaitu belajar, bukan pacaran. Dan sebagai remaja, kita juga harus memikirkan masa depan kita, apakah didepannya kita ingin sukses atau bagaimana. Hal tersebut kitalah yang menentukannya, masa depan ada di tangan kita.
    Sekian, Terimakasih

    BalasHapus
  40. Praanam guruji praanam Teacher Eka mengenai hal di atas pendapat saya adalah saya sangat setuju bahwa pacaran itu bukan hal yang Wow tapi malah buruk pada masa dimana kita masih harus banyak berkarya dan belajar. Pacaran saat remaja dimana fondasi diri kita masih dibangun adalah kesalahan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena saat usia remaja sampai 25 tahun itu adalah masa dimana fondasi diri kita dibentuk jadi pacaran di masa remaja sebaiknya jangan dilakukan apalagi di masa remaja energi yang dimiliki sangat dasyat jadi gunakanlah energi tersebut untuk berkarya , berkarya , berkarya dan belajar , belajar , dan belajar karena kalian akan mendapatkan manfaatnya dan kalau kalian pacaran di masa ini maka kalian malah memboroskan energi. Jadi pacaranlah pada masa dan waktunya dimana kalian sudah memiliki finansial yang baik , sudah cukup umur , emosional dan mental kalian sudah matang dan tahu bagaimana cara solve problem. Sekian dari saya terima kasih , praanam.

    BalasHapus
  41. Pranam Guruji , Pranam Teacher🙏,, jadi yang saya bisa pelajari dari artikel ini adalah kita sebagai siswa harus bisa mengutamakan kewajiban kita sebagai siswa dulu mengapa? Karena jika kita menjalankan kewajiban itu bukan hanya diri kita sendiri yg mendapat dampak positif nya tapi juga orang di sekitar , kita bisa lebih bijak dalam saling membantu dan orang" juga mendapat dampak positif nya. dan Menurut saya setiap Siswa pasti pernah memiliki rasa ingin pacaran tapi pasti juga ada yg berfikir jika kita pacaran maka pelajaran akan banyak terbengkalai karena kita hanya memikirkan pacar saja. tiap orang boleh saling suka tapi kita sebagai siswa harus berusaha dan menahan diri untuk tidak pacaran dulu. Karena selain kita lupa denagn tugas dan sekolah ,kita juga bisa menghancurkan masa depan kita sendiri , selain itu kita bisa lupa dengan teman karena sibuk hanya sama pacar. Jadikan perasaan itu rasa semangat untuk terus sekolah dan Belajar.
    - Sasmitha Grade 8.

    BalasHapus
  42. Indra

    Pranaam Guruji Pranaam teacher anandam teman teman

    Yang bisa indra pelajari:
    Dilarang Pacaran saat remaja dimana fondasi diri kita masih dibangun adalah kesalahan yang sebenarnya tidak perlu dilakukan karena saat usia remaja sampai 25 tahun itu adalah masa dimana fondasi diri kita dibentuk jadi pacaran di masa remaja sebaiknya jangan dilakukan apalagi di masa remaja energi yang dimiliki sangat dasyat jadi gunakanlah energi tersebut untuk berkarya dan belajar karena kalian akan mendapatkan manfaatnya dan kalau kalian pacaran di masa ini, maka kalian malah membuang buang waktu. Jadi pacaranlah pada masa dan waktunya dimana kalian sudah memiliki finansial yang baik , sudah cukup umur , emosional dan mental kalian sudah matang dan tahu bagaimana cara solve problem.

    Sekian dari Indra terima kasih.

    BalasHapus
  43. Pranaam Guruji, Pranaam Teacher Eka.

    Nama saya Aryadivka dan sekarang saya akan memberikan komentar artikel di atas

    Saya setuju dengan artikel diatas, jika seorang anak muda tidak ingin mempelajari hal-hal yang dikuasai / bakat / hobi, untuk kedepannya dan malah sibuk berpacaran, lalu bagaimanakah kabar masa depan anak muda tersebut, tentu saja tidak lancer, maka dari itu, sebaiknya kita sebagai anak muda / generasi muda harus mempelajari hal / skill yang dibutuhkan kedepannya. Tidak hanya hal-hal / skill – skill yang dikuasai yang seorang anak muda perlu cari, para generasi muda juga perlu menumbuhkan karakter / kemanusiaan di dalam dirinya, jika mereka malah menyibukkan diri dengan pacaran, maka didepannya mereka tidak akan kuat untuk menghadapi masalah yang akan datang. Seorang anak muda / generasi muda harus bisa mengontrol dirinya dan jangan sampai terjerumus ke jalan yang salah, jika mereka sudah memilih jalan yang salah, di depannya mereka bisa harus menanggung apa yang akan terjadi pada diri mereka, seperti contoh yang sudah diberikan, yaitu jika terjadi sebuah kesalahan yang fatal, maka anak muda / generasi muda tersebut harus menanggung apapun akibatnya, semua kesalahan yang dia buat dan apa yang telah dia lakukan sendiri dan dengan kekuatannya sendiri.

    Sekian dari Aryadivka

    Terima Kasih

    BalasHapus
  44. Pranaam teacher saya Krishna.
    Yang saya pelajari dari bacaan diatas adalah:

    Kita sebagai seorang siswa wajib untuk berkomitmen penuh terhadap pendidikan mereka.Kewajiban seorang siswa adalah belajar, menuntut ilmu, mempelajari life skill, membangun karakter yang baik, dan belajar kecakapan hidup lain untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya di masa depan. Semakin dewasa seseorang, maka makin banyak pula permasalahan yang akan dihadapi ke depan. Jika seorang anak tidak memiliki ketangguhan dalam mengatasi masalah, maka ketika menghadapi masalah dia akan jatuh, tersungkur dan tidak bangkit lagi. Banyak kasus bunuh diri pada remaja yang kita temukan di masyarakat penyebabnya adalah hal-hal yang sangat sepele. Contohnya seorang anak yg bunuh diri karena tidak dibelikan HP oleh orang tuanya. Menurut saya itu adalah sesuatu yg sangat tidak patut dicontoh, atau sama halnya dengan buang buang/menyia nyiakan nyawa kita. Ada hal lain yg saya pelajari yaitu jika kita sedang menghadapi masalah maka kita harus bangkit.

    Sekian dari saya terimakasih ������

    BalasHapus
  45. pranaaam guruji pranaam teacher eka yang saya bisa tangkap belajar skill seorang pelajar mengahadapi hidup dan berkomitmen sebagai pelajar jika dia tidak bisa solving problem dia akan jeblos . dan kasus tawuran yang ada di masyarakatdan sis siakan hidupdan belajar cakap hidup lainjika kita sedang lihat masalah kita harus bangkit

    BalasHapus
  46. Nama: Gabriel F. Cyrus M.
    Kelas: 7

    Pranaam guruji, dan pranaam teachers.
    Yang paling menarik dari blogspot ini adalah 6 cakra di tubuh kita.
    Yang saya bisa pelajari dari blogspot ini adalah selalu fokus yang penting dalam dirimu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belajar MV dari Upie Guava

Sadgati Praptir-astu, Memaknai Kematian

Secercah Pendar Senyum