Jump, Leave Everything Behind
“Kepalsuan dan apa yang biasa kau anggap sebagai kebenaran
- keduanya adalah fakta kehidupan. Sementara itu, Kebenaran Tertinggi atau Sathya, melampaui keduanya.
Hanyalah Ketika kau berpaling pada Kebenaran yang Tertinggi Itu, kau dapat
memahami arti Dharma (Kebajikan
atau Kebenaran dalam Keseharian Hidup)
bukan sebelumnya. Tidak pernah sebelumnya.”
(Anand Krishna, In the Footsteps of The Master, verse 46)
Cinta dan rasa takut tidak akan pernah hadir pada saat yang
bersamaan. Dimana ada rasa cinta, di sana tiada rasa takut. Dimana ada rasa
takut, maka cinta tidak akan bersemi.
Pertanyaan berikutnya, apakah hanya dengan menyatakan Cinta
kepada seorang Guru, kita sudah benar-benar mencintai Guru kita? Apakah sekadar
kata-kata belaka mampu membuktikan Cinta kita kepadaNya?
Dalam sebuah pertemuan, salah seorang teman bertanya kepada
Guru tentang bagaimana penerapan viveka (kemampuan untuk memilah
antara yang tepat dan tidak tepat). Guru menjawab dengan nada yang keras bahwa
beliau sudah bosan dengan retorika dan filosofi belaka. Teman yang bertanya
tersebut adalah seorang dokter.
Guru kemudian bertanya balik kepada teman tersebut: beranikah
Anda meninggalkan profesi Anda? Saya sudah mengatakan bahwa profesi tersebut sudah
banyak mencelakakan orang dan dunia kedokteran sudah begitu teredusir sebagai
sebuah bisnis dan menghasilkan uang dengan segala cara menjadi agenda utamanya.
Saya sudah memaparkan segala kebobrokan tentang dunia kedokteran, beranikah Anda
meninggalkan profesi tersebut?
Teman tersebut hanya diam dan tidak mampu mengatakan
sepatah pun kata?
Kita mengatakan bahwa kita mencintai Guru, tetapi tidak mau
ikut berjuang bersama dengan Beliau untuk mewujudkan visi dan misiNya. Kita
tidak siap untuk meninggalkan kenyamanan dan tidak mau berjuang sampai titik
darah penghabisan bersama denganNya.
Banyak pula teman lain yang berkata: “Ya, nanti suatu saat
nanti jika Guruji berkenan, saya akan meninggalkan semuanya dan ikut bergabung
dalam salah satu sayap ashram (organisasi-organisasi) yang beliau dirikan.”
Pertanyaan berikutnya: “Kapan?”
Seorang Guru tidak akan pernah menunggu. Beliau dalam
perjalanan pulang menuju Kasunyatan Abadi. Kita mau melompat, bergabung, dan
berdarah-darah bersamaNya atau hanya mau menjadi penonton belaka, semua itu
adalah pilihan. Kita memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan dalam hidup
ini, tetapi ingatlah bahwa kita tidak bebas atas resiko yang harus kita
tanggung atas pilihan kita.
Cukup dengan semua retorika dan filosofi, MELOMPATLAH dan TINGGALKAN
SEMUANYA. JUMP, LEAVE EVERYTHING BEHIND. Layani visi dan misiNya.
Bergabunglah dan berjuang bersamaNya, sebelum semuanya terlambat. Jangan sampai
kita menyesal di kemudian hari karena tidak melakukan sesuatu dan Guru sudah
tidak bersama lagi secara fisik dengan kita. Penyesalan seperti itu hanya akan
mencabik-cabik jiwa kita. Tidak ada neraka yang lebih berat dari semua itu.
Guru mengingatkan kita semua bahwa waktu beliau sudah tidak
banyak lagi, mau menunggu sampai kapan? Cermati makna dari lagu Radhike Chale
Ao berikut:
Come
o Radha, come…
Don’t
make us long anymore in this fashion,
Just
a few breaths are left
Come
now, come before it’s too late
Vrindavan
is all deserted
The
sakhis, Your friends, are all in deep sorrow
Without
You, even Krishna is incomplete
Don’t
make us long anymore in this fashion,
Just
a few breaths are left
Come
o Radha, come…
I
look for You in the narrow lanes of
Brij
(Vrindavan) and magnificent palaces
You
live within me,
Yet
my eyes cannot see You
Don’t
make us long anymore in this fashion,
Just
a few breaths are left
Come
o Radha, come…
Come
now, come before it’s too late
Komentar
Posting Komentar