Anand Krishna, The Gospel of Love

Sebuah rasa kehilangan yang luar biasa saat pemandu hidup, guru spiritual saya, Guruji Anand Krishna mencapai mahasamadhi pada hari Kamis, 8 Februari 2025, pukul 19.35 WITA.

Pagi itu, saya terbangun pada pukul 03:00 dini hari, bukan menjadi kebiasaan saya terbangun pada jam tersebut. Biasanya, sehari-hari, setiap paginya saya terbangun pukul 05:00. Hari itu terasa lain, tidak seperti biasanya, saya merasa seolah-olah ada yang membangunkan saya lebih awal.

Saya langsung mandi karena kegerahan, AC kamar bermasalah sejak beberapa hari terakhir. Selesai mandi saya langsung meditasi pagi di Secret Garden, sebuah temple Durga yang berada di belakang kamar saya. Sudah menjadi kebiasan saya setiap pagi senantiasa mengawali hari dengan bermeditasi. Meditasi memberi ketenangan batin sehingga saya siap menjalani hari-hari saya dengan semangat meskipun penuh dengan tantangan.

Selesai meditasi, saya langsung berjalan-jalan di sekitaran kompleks tempat saya tinggal. Udara pagi terasa sangat sejuk dan saya menikmati pagi itu dengan penuh sukacita. Tetapi di satu sisi, saya merasa bahwa hari ini tidak seperti hari biasanya, ada sesuatu yang berbeda. Entah apa…

Selesai berjalan pagi, saya membaca buku Bhagavad Gita, masih pukul 06:00, terlalu pagi jika saya berangkat ke sekolah. Gita pagi itu mengingatkan saya tentang makna kebahagiaan yang sejati. Dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada 2 pilihan, memilih dunia materi (melayani diri dan keluarga saja) atau memilih spiritualitas (melayani semua bentuk kehidupan). Pilihan pertama membuat kita terikat dengan dunia benda, konsekuensinya adalah kita akan terjebak dalam gelombang samsara, gelombang penderitaan tiada akhir. Pilihan kedua mengantar kita pada kebahagiaan sejati, kebahagiaan yang tidak mengalami pasang surut. Bukan berarti kita tidak memiliki masalah dalam hidup. Masalah akan selalu ada, tetapi kita tidak larut, kita akan lebih mudah untuk melampaui masalah dan melewatinya tanpa terlalu banyak beraduh-aduh.

Pukul 06:30 saya berangkat ke sekolah, One Earth School, dan kegiatan pagi di sekolah berlangsung seperti biasa. Beberapa hari belakangan ini, saya membaca ulang buku Soul Quest (Autobiografi Guruji Anand Krishna). Banyak pendalaman-pendalaman baru yang saya dapatkan dalam beberapa hari terakhir dari buku tersebut. Hal menarik yang saya dapatkan ketika “read between the line”, membaca pesan tersirat dari buku tersebut, adalah bagaimana pola parenting dari kedua orang tua Guruji membentuk kepribadian beliau. Bagaimana kedua orang tua Guruji menanamkan dasar-dasar spiritualitas dalam diri beliau sejak kecil. Para Guru Spiritual yang ditemui oleh Guruji di kemudian hari hanya melanjutkan bangunan kehidupan beliau, Tetapi fondasi, dasar bangunan kehidupan Guruji telah dibangun oleh kedua orang tua beliau dan support system yang ada di sekeliling beliau. 

Menelusuri halaman demi halaman buku Soul Quest dengan lebih meditatif mengingatkan saya akan sebuah kutipan yang diberikan oleh seorang sahabat senior: “A good education begins at home. You cannot blame a school for not nurturing values in your child that you have not instilled.

Pendidikan yang baik dimulai dari rumah. Anda tidak bisa menyalahkan sekolah karena tidak menanamkan nilai-nilai dasar kehidupan jika Anda sendiri tidak mulai menanamkan nilai-nilai kehidupan tersebut (di rumah) sejak usia dini. Sebuah renungan untuk kita semua sebagai orang tua atau orang yang memutuskan untuk menjadi orang tua.

Sepanjang hari itu, saat mengajar di kelas, saya lebih banyak menyampaikan pesan-pesan Guruji kepada anak-anak. Saat mengajar di kelas 7 (SMP), saya bercerita tentang sejarah panjang tentang bagaimana One Earth School didirikan oleh Guruji.

Saya sendiri baru memahami sejarah  One Earth School secara mendalam saat harus membuat ulang video profil One Earth School. Sebelumnya, kami sudah membuat video profil untuk kedua kalinya, dan ditolak oleh Guruji karena tidak sesuai standar beliau. Dari skala 1 – 9, standar beliau dalam sebuah pekerjaan apapun adalah standar 9, tidak boleh kurang dari itu. Beliau merombak total konsep videonya dan meminta kami untuk menulis ulang naskahnya dari kegiatan Forum Kebangkitan Jiwa (FKJ) yang dimulai pada tahun 2002. Beliau memberikan kami deadline tanggal 14 Januari 2025 (Hari Jadi Anand Ashram ke-35) sudah harus selesai, dan saat itu tenggat waktu sudah memasuki pertengahan Desember 2024.

Sejujurnya saya bingung harus memulai darimana. Saya tidak tahu detail dari peristiwa tersebut. Saat mengerjakan penulisan naskah tersebut, saya juga harus menyelesaikan penulisan rapor Science semester 1 dari kelas 1 – 8, ditambah lagi saya harus menyelesaikan beberapa persoalan keluarga. Pusing dengan begitu banyak hal yang harus dikerjakan pada saat yang sama. Dalam keadaan seperti itu, direktur Yayasan Pendidikan Anand Krishna (YPAK), Ibu Sukmawati menyampaikan kepada saya untuk menghubungi Bapak Yudanegara, Pembina YPAK untuk mengetahui Sejarah FKJ. Bapak Yudanegara dari awal terlibat langsung dalam kepanitiaan FKJ.

Saat mengontak Bapak Yudanegara, beliau merespon dengan sangat cepat dan memberikan saya beberapa data tentang kegiatan tersebut dan foto-fotonya. Beberapa hari setelah itu, beliau ke Bali untuk menjenguk ibu beliau. Saya kemudian mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi langsung dengan beliau untuk diberikan penjelasan secara detail tentang kronologi sejarah dan perjalanan FKJ.

Berikut sekilas tentang Sejarah One Earth yang saya kompilasi dari berbagai sumber yang ada di Anand Ashram:

Pada akhir tahun 1990, kondisi pendidikan di Indonesia cenderung mengkotak-kotakkan manusia berdasarkan agama, suku, gender dan pendidikan yang hanya berorientasi pada materi, dan bukan pada kualitas. 

Dengan kondisi ini, Bapak Anand Krishna sangat prihatin dengan kondisi Pendidikan di Indonesia karena masih sangat jauh dari harapan yang ditanamkan oleh Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan kita, yaitu pembentukan Budi Pekerti. 

Penandatanganan Prasasti FKJ oleh Bpk. Maliq Fadjar
Picture courtesy: Anand Ashram

Keprihatinan Bapak Anand Krishna terhadap dunia Pendidikan di Indonesia berbuah dengan diselenggarakannya simposium dan peresmian Forum Kebangkitan Jiwa (FKJ) pada tanggal 6 Maret 2002 di One Earth, Ciawi, Bogor, yang diresmikan oleh Prof. Dr. H. Abdul Malik Fadjar, M. Sc., Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (2001 – 2004). Deklarasi FKJ bertujuan untuk membangun jiwa manusia, yang diharapkan dapat memulihkan martabat manusia dan kemanusiaan serta integritas bangsa Indonesia. 

FKJ memberikan pelatihan Mengajar Tanpa Dihajar Stress (MTDS) kepada hampir 3.000 guru di wilayah Jabodetabek, Banten, Jogjakarta dan Bali karena guru memegang peranan sangat penting dalam dunia Pendidikan.

Dalam perjalanannya, kesinambungan dari FKJ adalah dibentuknya Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog Bagi Ibu Pertiwi (ForADokSi-BIP), yang dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 2006 di Bali

Berdasarkan seminar dan simposium nasional Pendidikan yang diselenggarakan oleh ForADokSi-BIP tahun 2007 – 2008 di Jakarta dan berbagai daerah lain di Indonesia, pakar Pendidikan merekomendasikan pembentukan sekolah dengan sistem Pendidikan holistik yang menyentuh pikiran, jiwa, dan raga. Untuk itu, dibentuklah Yayasan Pendidikan Anand Krishna (YPAK), dimana One Earth School menjadi program pertamanya tahun 2009. 

Setelah menceritakan Sejarah pendirian One Earth School kepada siswa kelas 7, saya menekankan bahwa pembentukan One Earth School memakan waktu yang begitu panjang. Begitu banyak kajian yang dilakukan Guruji untuk menemukan pola kurikulum yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan bangsa Indonesia. Beliau membaca begitu banyak literatur dan meminta saran dari para pakar pendidikan, dokter dan psikolog yang tergabung dalam ForADokSi-BIP.

Sore hari, seperti biasa saya kembali ke asrama untuk memimpin puja yang disebut dengan agnihotra (sebuah proses cleansing untuk membersihkan lingkungan dan diri dengan menggunakan bahan-bahan herbal dengan menggunakan api sebagai sarana). Setelah itu, kami berdoa di depan rumah Guruji untuk kesembuhan beliau.

Selesai berdoa, saya bercerita kepada salah seorang siswa SMA putri tentang bagaimana Guruji telah mengubah hidup saya. Bagaimana Guruji menyelamatkan dan menjauhkan saya dari hal-hal konyol yang hampir saya lakukan dan dapat menghambat perjalanan jiwa saya. Bagaimana Guruji membuat saya menemukan makna hidup dan bisa berkontribusi di One Earth School, yang membuat saya memahami arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

Selesai berdoa malam bersama dengan siswa asrama, saya kembali ke Secret Garden (tempat saya tinggal Bersama dengan beberapa orang teacher lainnya). Karena kegerahan, saya mandi lagi dan kemudian pergi lagi ke temple untuk melakukan meditasi malam. Biasanya, saya melakukan japa Kali Mantra dan Kartikeya Mantra pada malam hari. Malam itu, entah mengapa saya juga mengambil satu mala (tasbih) lain untuk menchantingkan nama Guruji, hal ini juga sesuatu yang jarang saya lakukan sejak 1 tahun belakangan. Selesai meditasi, saya menuju paduka (jejak kaki Guruji) yang berada di bagian belakang temple dan saya sungkem di telapak kaki beliau.

Selesai sungkem, saya kembali ke kamar dan mengecek WA grup, ternyata Guruji baru saja meninggalkan tubuh fisik beliau. Saya speechless, tidak tahu harus berkata apa. Sepanjang malam saya tidak bisa tidur dan gelisah.

Dua bulan sebelumnya, beliau datang ke Bali dan berencana untuk meresmikan perluasan gedung sekolah dan menandatangai prasastinya. Hari itu, Minggu, 1 Desember 2024, adalah rencana penandatangan prasasti dan pemotongan pita untuk pondok mungil beliau di One Earth School. Kami sangat antusias dengan acara peresmian ini tetapi pagi itu ada kabar bahwa Guruji tidak menungkinkan untuk datang ke sekolah. Beliau terbaring lemah dan kesakitan di Anand Krishna Centre Kuta. Peresmian pagi itu berlangsung tanpa kehadiran beliau.

Penandatanganan Prasasti Perluasan Gedung oleh Guruji Anand Krishna
Picture courtesy: One Earth School

Sore harinya, kami mendapat kabar bahwa beliau akan menandatangini prasasti dari kamar beliau, dari atas ranjang beliau. Peserta yang boleh hadir dan diperkenankan untuk menyaksikan peresmian itu sangat terbatas. Saya adalah salah satunya yang mendapatkan berkah langka tersebut. Selesai penandatangan prasasti oleh pengurus inti Yayasan Pendidikan Anand Krishna, kami yang menunggu di dalam Anand Krishna Centre Kuta diberikan berkah untuk darshan dengan Guruji. Kami secara bergiliran boleh masuk ke kamar beliau untuk menegok dan melihat kondisi beliau, dengan catatan, TIDAK BOLEH MENANGIS, harus tersenyum dan ceria. Jujur, itu sangatlah tidak mudah untuk dilakukan dengan kondisi beliau seperti itu.

Keesokan harinya, beliau berangkat dan melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta untuk memberikan speech pada acara Youth Challenges and Beyond 2025. Selesai kegiatan di Jogjakarta, Guruji berangkat ke Vietnam untuk melakukan Sadhana Yatra dengan beberapa teman. Sekembalinya dari Vietnam, kondisi kesehatan beliau turun drastis karena kelelahan.

Guruji pernah berkata: “Jika kamu berjalan bersama saya, kamu akan berdarah-darah, tidak akan ada jalan bertabur bunga di sepenjang perjalanan kita. Di sepanjang jalan, yang akan kamu hadapi adalah onak dan duri tajam, kamu akan berdarah-darah bersama saya. Kamu harus bekerja keras hingga titik darah pengabisan.”

“Jika kamu memiliki keberanian dan nyali dari baja, silakan mengikuti perjalanan ini. Jika tidak siap, silakan pergi karena saya dengan dalam perjalanan pulang. Saya tidak akan pernah menoleh ke belakang.”

Guruji, saya tidak mengharapkan jalan bertabur mawar dan melati. Saya hanya memohon untuk diberi kesempatan sehingga dapat berjalan bergandengan tangan bersamaMu. Saya tidak peduli jika saya harus berdarah-darah dan mati dalam perjalanan ini. Tekad saya hanya satu NOW or NEVER. DO or DIE.

Proses pembuatan naskah video profil One Earth School yang baru adalah perjalanan yang luar biasa. Dalam proses pembuatannya, banyak hal yang terjadi. Banyak hal yang saya pelajari dan dijadikan bahan renungan. Ternyata, untuk merekonstruksi sebuah sejarah yang baru berusia 20-an tahun tidaklah mudah. Tidak terbayang bagi saya bagaimana Guruji bisa melakukan rekonstruksi Sejarah Sriwijaya dan Majapahit yang setidaknya harus merentangkan waktu minimal 800 tahun ke belakang untuk menulis buku Indonesia Jaya.

Selesai proses pembuatan skrip, kami berlanjut untuk mengerjakan rekaman suara (dubbing) dan saya sendiri harus mengumpulkan foto-foto dan video yang dibutuhkan oleh editor.

Kiri: Kabir, Tengah: Penulis, Kanan: Erlangga
Alumni Angkatan ke-3 One Earth School

Permasalahan lainnya adalah proses editing. Saat itu, ada 1 siswa dan 1 alumni yang menjadi kandidat editornya. Dari dua kandidat tersebut siswa kelas 12 yang menjadi editor sebelumnya tidak memungkinkan untuk mengerjakannya karena sedang fokus menyelesaikan proyek kelulusan kelas 12 dan mempersiapkan diri untuk mengikuti tes masuk ke perguruan tinggi. Jadi pilihannya jatuh pada seorang alumni angkatan ketiga bernama Erlangga. Saat ini, Erlangga bekerja sebagai pelatih basket di beberapa sekolah SMA yang ada di Denpasar serta menjadi freelancer di bidang sosial media dan video editing. Selain itu, dia juga melakukan kuliah online di salah satu kampus yang ada di India. 

Saat pengerjaan editing video, Erlangga sedang pulang ke Lampung karena ada urusan keluarga dan saya sendiri berada di Bali. Tidak mudah untuk bekerja jarak jauh dan kami harus sering meeting melalui Zoom untuk mengecek progress editingnya.

Saat proses editing berlangsung, saya juga harus mengkoordinir pembuatan video lain yang diminta oleh Guruji yaitu video testimoni siswa dari SD – SMA dan alumni. Setelah berdiskusi dengan direktur One Earth School dan tim sosial media, kami kemudian menentukan kandidat siswa yang akan diambil testimoninya. Dari masing-masing jenjang, terpilih 2 siswa yang akan diambil testimoninya. Total video yang diambil adalah 8 orang pemberi testimoni. Rekaman berlangsung selama 2 hari dengan berbagai kendala teknis dan saya sendiri harus terjun langsung untuk mengambil video dibantu oleh satu orang siswa putri.

Dalam proses pengambilan video hari pertama, saya sempat kelelahan dan malam hari setelah selesai piket malam di asrama untuk menemani anak-anak di sekolah, saya muntah. Semua isi perut terkuras dan saya merasakan kepala saya berputar hebat. Keseimbangan tumbuh saya kacau dan saya tidak bisa berdiri. Anak-anak panik dan langung memanggil teacher lain yang sedang tidak bertugas. Mereka membawa saya kembali ke Secret Garden dengan mobil. Malam itu saya membuat semua orang panik dengan kondisi saya.

Sesampai di kamar saya langsung terkapar, tidur pulas sampai keesokan harinya. Saya terbangun pada pukul 05:00 dalam keadaan sedikit lebih baik, meskipun wajah masih terlihat pucat. Saya langsung mandi, meditasi dan berjalan di sekeliling kompleks. Pukul 06.45 saya ke sekolah dan semua anak-anak heran melihat saya sudah kembali ke sekolah. Dalam benak mereka mungkin bertanya: “Kok sudah ke sekolah, bukannya seharusnya Teacher Eka istirahat?”

Tidak, saya tidak akan istirahat lagi. Istirahat semalam sudah lebih dari cukup. Saya harus menyelesaikan rekaman video yang belum selesai. Jika Guruji saja masih menandatangani prasasti perluasan Gedung One Earth School dalam keadaan sakit, mengapa saya yang masih muda harus menyerah dengan sakit. Saya tidak mau rasa sakit menghalangi dan menjegal langkah saya. Tidak. Saya akan meniru Guruji, saya akan mencontohi kerja kelas beliau. Tidak, SAYA TIDAK AKAN PERNAH MENYERAH. SEKALI MAJU, PANTANG MUNDUR.

Mendekati tanggal 14 Januari 2025 (Hari Ulang Tahun Anand Ashram yang ke-35), feeling saya semakin kuat. Saya harus bertemu dengan beliau, jika tidak menemui beliau saya takut semua akan terlambat dan saya akan menyesal seumur hidup saya.

Saya berangkat pada hari Minggu, 12 Januari 2025 dengan penerbangan pagi dengan beberapa orang sahabat pada pukul 10:30 WITA ke Jakarta. Sesampainya di Bandara Sukarno Hatta, kami langsung menuju ke One Earth Retreat Centre di Ciawi, Bogor dan sampai pada pukul 3 sore.

Pada malam hari selesai bhajan (menyanyikan lagu Rohani) di aula One Earth Retreat Centre, kami diperkenankan untuk mendoakan Guruji di depan kamar beliau. Kamar beliau disterilkan seperti kondisi di kamar rumah sakit dan hanya beberapa orang yang diperkenankan masuk untuk merawat beliau.

Saya baru mendapat kesempatan untuk bertemu Guruji keesokan harinya, Senin, 13 Januari 2025. Pagi itu kami sebenarnya harus berangkat ke Universitas Esa Unggul di daerah Tanggerang untuk mengikuti gladi resik kegiatan seminar Youth Challenges and Beyond 2025. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Yayasan Anand Ashram dan Universitas Esa Unggul untuk memperingati hari Jadi Anand Ashram pada tanggal 14 Januari. Tetapi entah mengapa, kami tidak jadi diberangkatkan. Yang berangkat hanyalah anak-anak Youth Anand Ashram dan Tim Musik.

Siang itu, Guruji akan dibawa ke Penang, Malaysia untuk berobat. Kondisi fisik beliau tidak memungkinkan untuk berjalan. Beliau harus dibantu dengan kursi roda. Proses pemindahan beliau dari kamar ke mobil memakan waktu karena kondisi tersebut. Kami (rombongan dari Bali dan Jogjakarta) kemudian diperbolehkan mendekat dan menyapa saat beliau sudah berada di dalam mobil. Itu adalah momen terakhir saya memperoleh darshan dengan Guruji.

Pesan tersirat yang saya tangkap dari beliau meskipun tidak mengucapkan sepatah pun kata adalah Look, dengan kondisi sakit seperti ini, saya tidak pernah berhenti berkarya. Biarkan semua orang tahu bahwa sampai hembusan nafas yang terakhir Anand Krishna tidak pernah berhenti melakukan seva (pelayanan tanpa pamrih), untuk melayani kemanusiaan.”

Penulis Meminta Blessing Guruji Saat Berulang Tahun ke-40
Sabtu, 1 Juni 2024

Kehadiran Guruji dalam hidup saya adalah sebuah pesan cinta, The Gospel of Love. Bagi saya, beliau adalah Cinta yang Mewujud, dalam darah dan daging. Ia yang turun dari ketinggiannya di atas awan dan menyapa saya dengan penuh kehangatan. Yang saya bisa ajak berbicara, berdialog dan berdiskusi. Bagi beliau, cinta haruslah diterjemahkan dalam keseharian kita dengan melayani kemanusiaan. Terima kasih telah memberi saya kesempatan untuk melayani visi dan misiMu di One Earth School. Terima kasih telah menjadikan saya pelayanMu, pelayan Visi dan MisiMu. 

Guruji, terima kasih telah berkenan hadir dalam kehidupan saya. Saya tidak akan pernah mengenal makna hidup dan arti Cinta jika bukan karena berkah dariMu. Dalam setiap tarikan dan hembusan nafas ini, biarlah hanya namaMu yang bergema. Semoga hati dan pikiranku senantiasa tertuju padaMu, hingga hembusan nafas yang terakhir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sadgati Praptir-astu, Memaknai Kematian

Pengalaman Belajar MV dari Upie Guava