Labirin Duka Derita Part 2: Arya

Saat mengalami dejavu, bayangan-bayangan temaram dalam mimpi terlihat begitu nyata dan detail. Saat itu aku melihat seorang pria dengan tubuh jangkung, gagah dan menawan sedang menunggu seseorang di sebuah penginapan di tepi pantai Adriatic. Pria tersebut masih muda, berusia sekitar 30-an tahun. Penginapan di tepian pantai Adriatic sangat asri dan dipenuhi dengan pepohonan yang rindang. Dia menunggu dengan sabar sejak tadi pagi sambil membolak-balik sebuah koran yang menunjukkan tahun 2000. Bosan membaca, dia berjalan di jalanan setapak menuju tepi pantai yang berpasir putih halus dengan hamparan pantai berwarna biru lazuli.

Tepat pada pukul 5 sore, datanglah pria tua bersama ajudannya. Pria tua ini memiliki tubuh yang lebih jangkung dibandingkan pria muda tersebut. Penampilannya rapi dan sangat elegan dalam balutan kain tenun khas Sundaland, muka lonjong dengan mata yang sangat besar dan brewok yang tertata dengan rapi.

Melihat pria tua itu datang menuju kamarnya, pria muda beranjak dengan cepat dari tempat duduknya dan mendekatinya. Dengan gerakan sangat cepat sang pria muda bersujud di hadapan pria tua dan membuat pria tua tersebut kebingungan. Pria muda berkata: “Gurudev, kau selalu hadir dalam mimpiku. Sudah lama aku menantikan kedatangan Anda dalam hidup ini. Terimalah aku menjadi muridmu.”

“Namamu siapa?”

“Namaku Arya, Gurudev.”

What a beautiful name. You know the meaning of your name?”

Yes, Gurudev. The meaning is the noble one.”

Sore itu hingga pukul 8 malam, aku berbincang-bincang banyak dengan Gurudev tentang kehidupan. Aku sangat antusias mendengarkan cerita hidup beliau dan aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Bahkan di hari pernikahanku dengan Maya, mantan istriku, rasa bahagianya tidak seperti ini. Saat Gurudev menyentuh pundakku, badanku terasa sangat ringan. Semua beban yang menyesakkan dada sirna dalam sekejap. Gurudev, apakah ini yang dimaksud dengan Kasih Ilahi? Rasa bahagia yang muncul dari kedalaman jiwa dan tidak tergantung dengan keadaan di luar diri. Aku menceritakan banyak hal tentang hidupku, tentang perceraianku dengan Maya, tentang anak-anakku yang diasuh oleh kedua orang tuaku, tentang kegelisahanku. Aku bercerita begitu lepas di hadapan beliau dan dadaku menjadi begitu lapang.

Beliau kemudian bertanya: “Apa rencanamu selanjutnya Arya?”

“Aku belum memikirkannya Gurudev. Jika Gurudev berkenan, bolehkah aku mengikuti Guru kemana pun engkau pergi.”

Beliau hanya tersenyum saat menatapku dan berkata: “Pikirkan dulu matang-matang dan diskusikan dengan kedua orang tuamu. Jangan sampai kau menyesali keputusanmu di kemudian hari.”

Sebulan penuh aku memikirkan semuanya. Segala kemungkinan yang akan aku hadapi saat mengambil keputusan untuk meninggalkan segala-galanya untuk bersama dengan Guru. Tekadku sudah bulat, tiada lagi yang bisa menahanku berada di tempat ini. Aku akan berada di dekat Guru. Aku tidak ingin kehilangan kesempatan untuk melayani visi dan misinya. Orang tuaku pun sudah memberikan restu. Mereka mendukung pilihanku sepenuhnya.

Aku meninggalkan pulau Adriatic menuju Gondwana dan hidup di dekat padepokan Gurudev. Aku menikmati kehidupanku yang begitu sederhana bersama beliau. Aku belajar banyak tentang hidup, menyelami kehidupan dengan meditasi dan yoga. Menyelami visi dan misi beliau untuk melayani kemanusiaan. Dari hari ke hari, aku semakin dekat dengan beliau. Berpisah sedetik pun terasa bagai siksaan tak berkesudahan. Bagaimana bisa kujelaskan perasaan ini. Aku tidak bisa hidup tanpa beliau. Beliau adalah hidup dan matiku, beliau adalah segala-galanya. Gurudev, kau adalah satu-satunya cinta dalam hidupku. Mabuk, mabuk aku oleh Cinta dan Kasih-Mu.

Pada suatu hari, Gurudev memanggilku ke ruang kerja beliau.

“Arya, aku ingin memberikan sesuatu untukmu.”

Beliau mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dan memberiku sebuah amulet yang begitu indah.

“Ini adalah Sri Yantra.”

“Indah sekali Gurudev. Apa makna dari Sri Yantra?”

“Sri Yantra sering juga dikenal sebagai Yantra dari Tripura Sundari. Yantra ini adalah yantra yang paling kuat dan merupakan simbol dari alam semesta kita.”

“Gurudev, yantra itu apa?”

“Secara harfiah, yantra berarti alat atau instrumen. Para praktisi meditasi menggunakannya sebagai alat bantu untuk memusatkan pikiran, mengenal diri, serta meningkatkan kesadaran. Yantra adalah perwujudan suci dari kekuatan-kekuatan alam dalam bentuk geometri simetris. Yantra merupakan gabungan beberapa bentuk geometri seperti:

  1. Segiempat dengan empat "gerbang" berbentuk T (bhupura)
  2. Segitiga (trikona)
  3. Lingkaran (cakra)
  4. Titik (bindu)
  5. Bunga teratai dengan kelopak (padma)

“Sri Yantra merupakan kesatuan Ilahi antara prinsif maskulin dan feminin di alam semesta. Salah satu aspek menarik dari Sri Yantra adalah pertemuan antara matematika dan spiritualitas. Desain geometri Sri Yantra memiliki karakteristik khusus dengan sebuah pangkal (titik pusat) sebagai awal mula dari bentuk geometrinya yang kompleks.”

“Sri Yantra merupakan simbol mistik yang sudah berusia kurang lebih 12.000 tahun dan dianggap sebagai ‘ibu dari semua Yantra’. Secara harfiah, Sri Yantra bermakna ‘instrumen suci/mulia’ dan bentuk geometrinya secara matematis dikenal dengan istilah ‘the Golden Ratio/the Golden Proportion’.”

“Saya baru mendengar tentang “the Golden Ration”, Gurudev. Apakah di alam semesta hanya simbol Sri Yantra yang mengikuti aturan emas ini?”

“Tidak hanya Sri Yantra, segala sesuatu yang ada di alam, dibangun dengan cara yang tepat secara proporsional dan proporsi ini disebut rasio Emas/Phi. Hubungan matematis sederhana ini ditemukan dalam begitu banyak struktur-struktur alami, bahkan karya seni seperti lukisan Leonardo da Vinci (manusia Vitruvian dan The Mona Lisa) dan dalam bidang arsitektur seperti penempatan Piramida Giza.”

The Golden Ratio

“Secara ringkas, rasio emas menunjukkan bahwa segala sesuatu, mulai dari titik terkecil, mengembang dan tumbuh dalam proporsi 1,618, dari tingkat mikroskopis ke tingkat makroskopik untuk meningkatkan stabilitas dan keindahan. Matematikawan seperti Pythagoras menyatakan bahwa Rasio Emas menjadi cetak biru untuk semua ciptaan di alam semesta.”

Sri Yantra Pemberian Gurudev
“Terima kasih atas penjelasannya Gurudev.”

Beliau mengalungkan amulet Sri Yantra itu pada leherku. Setelah menerimanya aku langsung bersujud pada beliau dan mengucapkan terima kasih. Hari yang begitu indah dan tidak terlupakan. Gurudev, Kau adalah segalanya untukku. Semoga aku tidak pernah melupakan cinta dan kasihMu.

To be continue...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belajar MV dari Upie Guava

Sadgati Praptir-astu, Memaknai Kematian

Secercah Pendar Senyum