Rembulan Wejangan Guru

Dalam kehidupan ini, ada sebuah peran dalam yang tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun yaitu peranan seorang Guru, seorang Master. Saya teringat sebuah pesan dari Guru saya:

“When you lose one of your family members, you lose a blood relation. When you lose a friend, you lose someone that you may have been connected to emotionally, mentally or intellectually. But when you lose a master, you lose someone who cares for your soul, your spirit. There can be no greater loss than that.”

(Guruji Anand Krishna, The Gospel of Mahamaya 108)

Guru dan Murid
“Ketika kau kehilangan seorang anggota keluarga, kau kehilangan seseorang yang memiliki hubungan darah denganmu. Ketika kau kehilangan seorang sahabat, kau kehilangan seseorang yang memiliki hubungan mental denganmu. Tapi ketika kau kehilangan seorang guru, kau kehilangan seseorang yang sangat peduli terhadap ruhmu, jiwamu. Tidak ada kerugian lain yang melebihinya” (Guruji Anand Krishna, The Gospel of Mahamaya 108).

Saya baru menyadari penggalan terakhir dari pesan tersebut yaitu: “… Ketika kau kehilangan seorang guru, kau kehilangan seseorang yang sangat peduli terhadap ruhmu, jiwamu. Tidak ada kerugian lain yang melebihinya”, pada saat kepergian Bapak Surya Hadi pada hari Jumat, 4 November 2022.

Sungguh saya menyesal. Enam bulan lalu, saat berada di Mataram, saya ingin sekali menemui beliau. Tetapi niat itu saya urungkan. Biasa, alasan klasik, malas. Padahal jarak antara rumah saya dengan rumah beliau tidak lebih dari 5 menit. Pikiran saya berkata: “Ah, nanti saja. Masih ada waktu. Beliau pasti baik-baik saja. Tidak ada yang perlu saya risaukan dan cemaskan tentang beliau. Pulang ke Mataram berikutnya saja saya bertemu beliau.” Tetapi nasi sudah menjadi bubur, beliau sudah berpulang.

Seandainya saja saya memiliki mesin waktu, saya ingin kembali ke masa 6 bulan silam. Pergi ke rumah beliau, menemui beliau. Sekarang yang ada hanyalah sebuah penyesalan yang mendalam.

Saya pernah kehilangan beberapa anggota keluarga yang sangat dekat. Saya sudah melalui perasaan berduka karena kehilangan anggota keluarga. Pun ketika kehilangan seorang sahabat dekat karena kecelakaan beberapa bulan silam, itupun mengiris hati saya. Tetapi kehilangan sosok mentor hidup adalah sebuah kehilangan yang sangat besar. Sebuah peran kehidupan yang tidak tergantikan oleh apapun. Orang bilang: “Hutang emas dapat dibayar, tetapi hutang budi dibawa mati.”

Bapak Surya Hadi & Cucu
Selamat Melanjutkan Perjalanan Prof. Surya Hadi

Bapak, terima kasih atas segalanya. Bapak adalah sosok yang selalu menginspirasi, menyemangati dan di atas segalanya adalah seorang mentor yang easily accessible. Yang mudah untuk didatangi, dan dimintai nasehatnya setiap saat. Tidak banyak orang yang bisa melakukan hal itu dalam kehidupan ini.

Dulu, sebagai seorang anak lulusan S1 yang bingung, Bapak selalu memandu dan mengarahkan saya untuk terus berjuang mengejar cita-cita. Bahkan menegur dan memarahi ketika saya salah langkah. Terima kasih atas teguran-teguran itu, meskipun kuping saya terkadang panas mendengar semua itu. Hal tersebut menjadikan saya sosok yang lebih baik dari sebelumnya.

Pertemuan dengan Bapak membuka cakrawala pikiran saya, hingga kemudian Keberadaan mempertemukan saya dengan Guru Spiritual saya, Guruji Anand Krishna. Sosok yang kemudian menginspirasi saya untuk mengabdikan diri demi kemanusiaan.

Dari Guruji Anand Krishna, saya mendapat petuah sebagai berikut:

"There are Ordinary Teachers who go by books. They cannot teach anything beyond the written words. We can learn under such teachers and graduate, but we must be careful, lest we end up becoming their clones. My master refers to this type of teachers as Informers. They merely pass on information."

"The teachers of next genre do not go by books alone, they have their personal life experiences to share. They are the desirable ones. Learning from and under them, we can transform ourselves. They are Transformers."

"However, it is the third type of teacher who excels and inspires us to excel in our chosen field. They are Inspirers. This genre of teachers teaches by example. They practice what they preach."

(Guruji Anand Krishna, Bhagavad Gita Yesterday, Today and Tomorrow)

Saat baru lulus, saya menghadap bapak dan menyatakan keinginan saya untuk melanjutkan sekolah. Bapak kemudian meminta saya melakukan sebuah presentasi tentang rencana studi yang akan saya ambil dalam Bahasa Inggris. Dengan Bahasa Inggris terpatah-patah, saya melakukan presentasi tentang studi yang ingin saya ambil. Mungkin dalam hati Bapak berkata: “Aduh-aduh, anak ini. Bahasa Inggrisnya parah sekali. Gimana mau melanjutkan sekolah dengan Bahasa Inggris separah ini.”

Tidak, beliau tidak berkata demikian tetapi: “Jadikan Bahasa Inggris sebagai bagian dari dirimu. Kau harus bersungguh-sungguh untuk meluangkan waktu setiap hari untuk belajar: baca buku-buku berbahasa Inggris, dengarkan siaran dalam Bahasa Inggris, berbicara dengan temanmu dalam Bahasa Inggris. Hanya dengan cara seperti itu kau akan bisa mengupgrade kemampuan Bahasa Inggrismu dengan cepat.”

Dari satu kegagalan demi kegagalan yang saya hadapi, bapak tidak pernah lelah menyemangati saya. Saat orang-orang terdekat mencemooh pilihan saya, Bapaklah yang membuat saya teguh untuk terus memperjuangkan cita-cita saya. Sampai datang sebuah momen dalam hidup dimana saya belajar berserah diri, untuk tidak berharap akan hasil akhir dari upaya yang telah saya lakukan. Mujizat terjadi. Setelah perjuangan yang begitu panjang dengan linangan air mata, saya pada akhirnya mendapatkan beasiswa S2 ke Negeri Kangguru. Di balik semua itu, semua adalah jasa bapak, my Mentor, my Father. Bapak, at that moment, thank you for becoming the person behind the scene.

Setelah itu, what next?

Keberadaan mempertemukan saya dengan Guru Spiritual saya, Guruji Anand Krishna. Setelah bertemu dengan Guruji, berakhir sudah pencarian saya dalam hidup ini. Saya sudah menemukan apa yang saya cari, seseorang yang saya tunggu kehadirannya selama 30 tahun. Guru memberi saya kesempatan untuk melayani visi dan misi beliau di bidang pendidikan. Melayani visi dan misi beliau adalah kebahagiaan saya. 

Saya tidak akan pernah melupakan pesan Guruji:

“It is only the privileged ones, the fortunate and blessed ones who get the chance to serve fellow living beings.

“Not everybody gets the chance to serve. Some people are so busy with their daily chores and family responsibilities that even though they want to serve, they don’t get the chance.

It is only when the Lord is pleased that one gets the chance to serve.”

(Guruji Anand Krishna)

Terjemahan bebas:

“Tidak setiap orang memiliki keberuntungan, kesempatan dan berkah untuk melayani sesama makhluk hidup. Sebagian besar orang begitu sibuk dengan pekerjaan sehari-hari dan tanggung jawab mereka terhadap keluarga sehingga meskipun mereka ingin melayani, mereka tidak mendapatkan kesempatan.

Kata orang, tiada peruntungan lain di dunia ini selain dipertemukan dengan seorang pemandu rohani, dengan Sang Pemandu Jiwa. Guru Nanak Dev berkata:

“Jangan sampai ada seorang pun di dunia ini berkhayal. Tanpa seorang Guru, tiada seorang pun yang bisa menyeberang ke tepian sana.”

 

Di akhir kata, sebuah pesan indah juga saya kutipkan dari Buku Guru Yoga karya Guruji Anand Krishna:

“Jika kau seorang murid yang baik, maka kau tak akan pernah menemukan guru yang jelek. Sebaliknya, jika kau seorang murid yang jelek, maka kau tak akan pernah menemukan guru yang baik.”

“Seorang Guru yang Baik… adalah ia yang berbagi tanpa pilih kasih, dan mengajarimu untuk berbagi tanpa pilih kasih juga… Tidak hanya melunaskan hutang-hutangmu pada mereka yang telah berjasa dan membantumu, tetapi untuk melayani semua, mencintai semua, dan tidak menyakiti siapapun….”

(Guruji Anand Krishna, Guru Yoga, hal. 218)


Picture courtesy:

Guru Purnima: https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/guru-purnima-on-blue-background-with-moon-night-vector-32105352

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belajar MV dari Upie Guava

Sadgati Praptir-astu, Memaknai Kematian

Secercah Pendar Senyum