Menjadi Suputra, Bekerja Sambil Kuliah

Di Bali, kita seringkali mendengar istilah Suputra. Pertanyaan berikutnya adalah apakah setiap anak yang lahir sudah bisa dianggap suputra? Dalam Bahasa Sansekerta, istilah putra bermakna “ia yang membebaskan orang tuanya dari beban kewajiban”. Dengan bekal Pendidikan yang tepat, semestinya seorang anak tamatan high school sudah harus bekerja dan mampu membiayai dirinya sendiri. Jika pun ingin melanjutkan kuliah, ia dapat melanjutkannya sambil bekerja dan tidak lagi menjadi beban kedua orang tuanya.

Mengapa menjadi mandiri sedini mungkin sangat penting bagi anak muda?

Ada sebuah video menarik dari thewealthysuit yang dapat dijadikan bahan renungan yang dishare oleh Guruji Anand Krihsna:

“Sebuah kebohongan besar yang dicekoki kepada kaum muda adalah ketika Anda berusia 18, 19, dan 20 tahun, Anda seharusnya bersenang-senang, have fun. Pada usia tersebut, Anda bisa pergi ke party, melakukan hal-hal yang fun, punya banyak kebebasan dan waktu luang, serta tidak memiliki tanggung jawab yang besar. SEMUA ITU ADALAH OMONG KOSONG.

“Ketika masih muda, itu adalah masa dimana kita bisa mengerjakan banyak hal. Masa muda adalah masa untuk bekerja keras, dan tidur lebih sedikit. Apa yang fun, apa yang menarik dalam menjalani masa muda? Memaksimalkan dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya skill, keahlian, dan menjadi sejahtera secara holistik (termasuk menemukan makna kehidupan). Dengan melakukan kedua hal tersebut maka kaum muda akan memiliki banyak kekebasan di kemudian hari untuk bisa memperhatikan keluarga serta orang-orang di sekitar mereka. Selain itu, hal yang paling penting dalam kehidupan adalah bagaimana kemudian kita memiliki waktu untuk melayani sebanyak-banyak orang.”

“Jangan menghabiskan masa muda dengan berpesta pora, minum-minum, merokok, dan mengerjakan hal-hal lain yang tidak bermanfaat. Siapa pun yang berkata bahwa masa muda hanya dihabiskan untuk hidup berfoya-foya telah berbohong kepada Anda.”

Masa muda adalah masa yang penuh dengan energi dan vitalitas. Dalam sebuah satsang pada saat makan malam di One Earth Retreat Centre Ciawi, Bogor, Guruji mengingatkan bahwa salah satu manfaat bagi para youth bekerja sambil kuliah adalah untuk menumbuhkan self-esteem. Dengan bertumbuhnya self-esteem dalam diri seorang youth, dia akan memiliki kebanggaan terhadap dirinya sendiri, dia akan menyadari bahwa dia memiliki harga diri dengan tidak lagi menengadahkan tangannya kepada orang lain. Dia akan mandiri, berdikari, berdiri di atas kaki sendiri.

Guruji pernah berkisah tentang masa muda beliau dalam sebuah satsang bersama dengan siswa One Earth School di Anand Krishna Centre Kuta. Setelah menamatkan high school, beliau sudah diterima di salah satu kampus kedokteran di India dan paman beliau yang akan membiayai kuliah tersebut. Kondisi keuangan keluarga beliau sedang tidak baik dan ayah Guruji bangkrut saat menjalankan bisnisnya selama berada di India. Bahkan untuk bisa pulang ke Indonesia, ayah Guruji harus menjual puluhan set alat makan dari perak yang biasa digunakan untuk menjamu tamu-tamu penting. Semua nota penjualan alat-alat makan tersebut masih disimpan oleh Guruji di Samskriti Sindhu Museum Ubud (Anand Ashram Ubud) untuk mengingat semua perjuangan ayah beliau.

Selama 6 bulan, Guruji merenungi segalanya hingga akhirnya memutuskan untuk pulang ke Indonesia, tidak kuliah dan mulai bekerja untuk membantu ayah beliau. Sambil bekerja, Guruji mengambil kuliah jarak jauh dan menamatkan pendidikan beliau sampai ke jenjang Ph.D (jenjang doctor/S3).

Guruji sangat mengharapkan bahwa siswa-siswi One Earth School berani untuk berpikir out of the box dan tidak mengikuti kerumunan massa di luar sana. Salah satu siswa lulusan high school One Earth School yang berani mengambil langkah itu adalah Narada Agastya Jiwanta, yang biasa dipanggil Jiwan. Saat ini, Jiwan bekerja pada sebuah lembaga bernama AMAYI (Asosiasi Meditasi Ayurveda Yoga Indonesia) dengan penempatan kerja di One Earth Retreat Centre Ciawi, Bogor.

Sambil bekerja Jiwan juga sedang mengambil kuliah online di bidang Computer Application di salah satu perguruan tinggi di India yang bernama Amity Online University. Masa studi yang harus dia ditempuh selama 3 tahun dan biasanya ia hanya perlu menghabiskan waktu selama 3 jam sehari untuk belajar dan menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. 

Jika kita bandingkan dengan sistem kuliah konvensional, anak-anak akan kuliah dari pagi sampai siang bahkan sampai sore, belajar terlalu banyak teori, sedikit praktik. Tidak memiliki banyak waktu untuk bekerja dan rentang waktu kuliah rata-rata selama 4 tahun (minimal), beberapa jurusan bisa menghabiskan waktu 5-6 tahun. What a waste of time, sebuah penyia-nyiaan waktu yang luar biasa. Dengan membuang-buang waktu, kita sesungguhnya telah menyia-nyiakan kehidupan itu sendiri, karena waktu yang kita miliki selama hidup di dunia ini sesungguhnya sangat terbatas. Ada sebuah kutipan yang menarik tentang waktu dari sebuah restaurant vegan yang pernah saya kunjungi di Denpasar.

“Waktu adalah kehidupan, waktu adalah kebahagiaan. Waktu tidak ternilai, hidup tidak ternilai. Kebahagiaan juga tidak ternilai.”

Sebuah pendekatan out of the box untuk mengisi masa muda dengan cara yang brillian. Sebagian besar anak-anak muda di luar sana masih mengikuti kerumunan massa dengan hanya kuliah saja tanpa menyadari bahwa dunia sedang berubah. Para pemberi kerja sudah tidak merekrut calon pegawai mereka berdasarkan gelar semata, tetapi berdasarkan karakter, skill, kemampuan problem solving dan pengalaman kerja mereka. Anak-anak yang hanya kuliah saja tanpa memiliki skill dan pengalaman kerja akan tergilas oleh zaman yang sedang berubah. Berdasarkan pengalaman pribadi, hampir 80-90% sistem perkuliahan kita saat ini hanya mengajarkan teori semata, dan sedikit praktik, sementara dunia kerja memiliki orientasi yang berbeda, mereka lebih mementingkan pengalaman kerja dan praktik dibandingkan teori.

Jiwan Menjadi MC (Sewa di Panti Asuhan Bukit Carmel)

Hal lain yang menarik yang saya amati dari Jiwan adalah tentang perubahan dratis yang ia alami selama bekerja sambal kuliah di One Earth Retreat. Dia dimentori secara langsung oleh Bapak Dian Martin (Ketua Asosiasi Digital Marketing Indonesia). Dengan berinteraksi dengan para professional dari berbagai bidang, banyak hal yang ia pelajari secara langsung dari para professional tersebut. Salah satu yang saya amati adalah kemampuan public speakingnya meningkat sangat tajam, dari seorang anak yang pendiam dan suka berada di belakang layar bisa menjadi MC yang sangat memukau saat kegiatan Seva di Panti Asuhan Bukit Carmel. Dia sendiri mengakui bahwa hal itu bisa dia lakukan karena terispirasi dengan mengamati seorang senior di Anand Ashram yang memiliki kemampuan public speaking yang sangat luar biasa. 

Selain itu, kecepatan kerjanya pun mengalami peningkatan yang sangat signifikan karena mengamati kinerja orang-orang yang ada di sekitarnya. Semua ini adalah sebuah berkah dari seorang Guru Sejati, dari Guruji Anand Krishna. Sebuah lingkungan yang kondusif mampu merubah seseorang menjadi berkali-kali lipat lebih baik dari sebelumnya. Sementara lingkungan pergaulan yang tidak tepat, yang buruk akan mengancurkan segala kebaikan yang ada dalam diri seseorang. Ada pepatah mengatakan, karena setitik nila, rusak susu sebelanga. Susu satu belanga (satu panci) ibarat kebaikan dalam diri manusia, dan setitik nila (pewarna pakaian) ibarat pergaulan yang tidak tepat. Setitik pewarna yang jatuh ke dalam 1 belanga susu akan mengancurkan keseluruhan susu. So, berhati-hatilah dengan pergaulan Anda. ABC, Always Be Careful.

Penulis bersama Jiwan di One Earth Retreat Centre Ciawi

Jiwan, semoga engkau senantiasa rendah hati, mampu menghargai setiap berkah yang telah diberikan Guruji kepadamu. Semoga engkau senantiasa berjalan di jalan Dharma, dan diberi kekuatan untuk mengatasi segala hambatan dan rintangan dalam perjalananmu. Semoga kau mampu mengispirasi adik-adikmu untuk berani berpikir out of the box dan tidak tergerus oleh cara berpikir kerumunan massa di luar sana. Semoga engkau mampu menjadi terang bagi mereka yang berinteraksi denganmu.

Be humble, always...

Komentar

  1. Terima Kasih banyak Guruji yang senantiasa membimbing dan memberikan kasihnya...
    Sangat bersyukur bisa diberi kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan beliau di One Earth Ciawi dan belajar banyak hal dari Beliau. Begitu pula kepada semua yang terlibat dalam proses pengembangan diri Jiwan, saya ucapkan terima kasih sebanyak banyaknya.

    Terima kasih banyak pula kepada Teacher, atas nasihat dan pengalaman yang telah Teacher bagikan kepada saya. Tak terasa sudah 6 tahun kurang lebih dibimbing oleh Teacher. Jiwan tidak akan bisa seperti ini jika tanpa bimbingan dari Teacher juga.💕🙏

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belajar MV dari Upie Guava

Sadgati Praptir-astu, Memaknai Kematian

Gula, Inflamasi dan Kematian