Mengingat Pesan Ma Archana, Rebel for Big Thing
“ …mine is Ancient Love Affair, and the only truth that is Conceivable…
What do i Care for Social Norms, and for the Worthless Worldly
Honor?
Not for Single Moment can i possibly forget the Beauty of my
Love…
Mere to Giridhara Gopala, Dusro Na Koyee
Ma Archana, sebuah nama yang begitu indah. Pertemuan dengan beliau pun terasa begitu indah, dan masih segar dalam kenangan ini. Selain sosok Guruji Anand Krishna, sosok Ma Archana adalah sumber inspirasi yang tidak ada habisnya.
Setelah bertemu dengan Guruji pada bulan September 2015,
saya kemudian diberkahi dengan pertemuan dengan Ma Archana. Saat itu, saya mengalami
kebingungan yang luar biasa dalam hidup. Saya kehilangan arah, tidak memiliki
tujuan dalam hidup ini, seperti seekor anak ayam yang kehilangan induknya.
Satu kesalahan saya adalah saat menggapai cita-cita
melanjutkan jenjang S2 di Australia, saya tidak menetapkan tujuan baru dalam
hidup. Saya terlena dengan pencapaian itu dan di ujung cerita saya tidak tahu
harus kemana. Selain itu, saya juga mengalami kegagalan dalam cinta, kisah
cinta yang saya dambakan kandas. Semua itu memperparah kondisi saya.
Dalam keadaan tidak menentu itu, sosok Ma Archana hadir
saat saya mengambil sebuah workshop di Layurveda yang bernama Liberating Karmic
Binding. Dalam workshop tersebut saya memahami kinerja karma secara mendetail
dan mendalam. Guruji dan Ma Archana menjelaskan bahwa urusan karma kita dalam
satu masa kehidupan biasanya terkait dengan maksimal 20 orang. Jadi sebenarnya
beban karma kita tidak berat-berat banget. Tetapi kita perlu sebuah tehnik yang
sistematis dan terstruktur untuk memutuskan hubungan-hubungan karma yang berat
dan membebani jiwa kita. Jika kita tidak memutuskan hubungan-hubungan karma
tersebut maka perjalanan kita akan menjadi terhambat dan berjalan dengan pelan,
bahkan kita bisa tidak melangkah kemana pun.
Saat mempraktekkan latihan-latihan yang diberikan pada
workshop ini, ada sebuah kelegaan yang luar biasa yang saya rasakan. Beban
hubungan percintaan yang kandas itu terlepas dan ada sebuah kelegaan luar biasa
yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Badan dan jiwa saya terasa sangat
ringan. Ruang pikiran yang selama ini penuh terasa lapang dan lega. Saya siap
melangkah untuk melanjutkan hidup saya.
Atas berkah Guruji Anand Krishna, saya mendapati perahu
kehidupan saya tertambat di Bali, di One
Earth School…
Akhirnya saya diberkahi dengan sebuah tujuan baru dalam
hidup ini dengan menjadi seorang pendidik. Saya mendapatkan kesempatan untuk
melayani sekitar 170-an orang anak setiap hari. Selain itu, saya juga mejadi
bagian dari asrama dan mendapatkan kesempatan untuk mendidik siswa-siswa yang
tinggal di asrama secara langsung. Sebuah berkah yang saya tahu tidak didapatkan
oleh semua orang. Hanya berkah Ilahi yang membuat semua ini bisa terjadi.
Dalam proses perjalanan tersebut, saya mulai ditekan oleh
kedua orang tua saya untuk menikah. Usia saya saat itu mulai menginjak 30-an.
Bagi kebanyakan perempuan, usia seperti itu adalah usia kritis, dimana semua
orang akan bertanya: “kapan menikah”. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu menjadi
sebuah terror yang tidak ada usainya.
Dalam sebuah kesempatan, kedua orang tua saya berkata: “Kamu
harus menikah dan punya anak. Jika tidak menikah dan tidak punya anak, siapa
yang akan mengurus kamu jika sudah tua nanti?”
Dalam hati saya berpikir, berarti tujuan orang untuk punya
anak adalah supaya ada yang mengurusnya kelak di kemudian hari jika sudah
menua. Spontan pikiran saya menolak ide itu. Saya tidak bisa menerima ide
tersebut dan secara tegas mengatakan tidak. Memang pada saat berusia di bawah
30 tahun, saya masih ingin menikah. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya
semakin memahami peranan saya di One Earth School.
Tetapi bagaimana pun pikiran-pikiran itu menghantui dan
mengganggu saya. Dalam keadaan bingung saya berkonsultasi dan melakukan “Soul
Reading” dengan Ma Archana. Ma Archana diberkahi dengan kemampuan untuk membaca
jiwa manusia dan mengetahui tentang masa lalu mereka.
Dalam sesi tersebut, saya diberikan gambaran secara
menyeluruh tentang diri dan masa lalu saya. Tentang tujuan kelahiran saya, karma-karma
yang harus saya selesai dan bagaimana caranya mengatasi kelemahan dan
rintangan-rintangan yang saya hadapi.
Tentang tekanan pernikahan dari kedua orang tua saya,
beliau berkata bahwa beliau juga pernah mengalami hal serupa. Ma Archana
mengingatkan saya bahwa jika memang kamu memiliki keyakinan dengan apa yang
menjadi tujuanmu dan mantap untuk tidak menikah, maka lakukanlah. “Rebel
for Big Thing, Eka. No one can stop you untuk melaksanakan
apapun yang menjadi ideal dalam hidupmu. Ingatlah, dulu saat bersekolah ke Australia
dan ditentang oleh semua orang, kamu berjuang mati-matian untuk menggapai
cita-citamu. Maka sekali lagi, lakukan hal serupa untuk kali ini. Perjuangkan
cita-citamu untuk mewujudkan cita-cita Guruji di bidang pendidikan.
Masih terkait dengan pernikahan, saya teringat pesan Guruji Anand Krishna dalam sebuah video singkat pada Instagram beliau tentang sebuah penelitian yang
terkait dengan “Thermal Shadows Experiment.”
Dalam eksperimen tersebut, seorang pria diminta untuk berdiri
dan disinari dengan “intense natural heat” atau sinar panas alami dengan
intensitas tinggi dan direkam dengan menggunakan kamera termal.
Saat berdiri dan diberikan “intense natural heat”, terbentuk bayangan asli
dari sang pria tersebut, tetapi selain itu, terbentuk juga “bayangan termal”.
Saat sang pria tersebut menjauh dari tempatnya bediri, bayangan aslinya ikut
menghilang saat dia bergerak, tetapi “bayangan termalnya” tetap ada
di belakang tempat dia berdiri sebelumnya.
Ilustrasi tentang “Thermal Shadows Experiment” dapat dilihat
pada video berikut:
Berikut adalah komentar Beliau terkait dengan eksperimen tersebut:
“This is why Satsang or Good Company is so very important;
this is why choosing a right partner is equally important; this is why changing
partners can be so harmful.
This also proves the ancient Javanese Wisdom of Bibit Bebet
Bobot.
ABC - so, Always Be Careful! Be mindful of the shadow you
are leaving behind; be mindful of how others’ shadows can affect you.
Even a single Sexual Intercourse with a wrong person can
leave behind trauma that you can never ever get rid of, unless there is a Divine
Intervention to reverse it, which you may not appreciate - thus harming
yourself, endangering yourself for your entire life time 🙏🏼 Learn
from this mistakes others make, do not fall into the same pit and make similar
mistakes…”
Terjemahan bebas:
Berada dalam satsang atau lingkungan pergaulan yang baik
sangatlah penting. Selain itu, memilih pasangan yang tepat juga penting, dan
mengapa berganti-ganti pasangan sangatlah berbahaya.
Percobaan di atas menjelaskan keabsahan dari petuah bijak Jawa
Kuno tentang pengaruh bibit bebet dan bobot.
Berhati-hatilah selalu. Sadari tentang “bayangan” yang kau
tinggalkan dan sadari tentang bagaimana “bayangan” orang lain mampu
mempengaruhimu.
Bahkan jika sekali saja kau berhubungan seksual
dengan orang yang tidak tepat, hal tersebut akan meninggalkan trauma
yang takkan pernah bisa dihilangkan. Jika tidak ada intervensi berkah
Ilahi, trauma tersebut takkan pernah hilang. Bahkan ketika berkah Ilahi terjadi
dan menyelamatkanmu, kau pun mungkin tidak akan menghargainya, semua itu akan
membahayakan dirimu seumur hidup.
Belajarlah dari kesalahan orang lain, kau tidak perlu
terjatuh dan melakukan kesalahan yang sama…
Komentar
Posting Komentar