Hidup, Sebuah Misteri Tak Terpecahkan
Siapa yang bisa menebak jalannya hidup? Hidup adalah sebuah
misteri yang tidak pernah bisa dijelaskan, yang tidak akan bisa dipecahkan.
Kelahiran dan kematian terjadi, tetapi kehidupan terus berjalan.
Misteri Kehidupan |
Beberapa hari lalu, sebuah berita mengejutkan datang dari
sebuah teman yang saat ini sedang menyelesaikan S3 di USA. Sahabat tersebut meminta
konfirmasi tentang kebenaran sebuah berita tentang kematian seorang sahabat lain.
Dalam berita tersebut dinyatakan bahwa sahabat kami meninggal karena dibunuh oleh
tukang bangunan karena dia komplain dengan pekerjaan yang dilakukan tidak
sesuai dengan pesanan.
Di zaman ini, orang bisa membunuh orang lain dengan alasan-alasan
yang tidak masuk akal. Mereka layaknya memotong hewan saja saat membunuh
manusia. Kemanakah perginya kemanusiaan manusia? Masihkah manusia bisa disebut
manusia ketika ia sudah kehilangan kemanusiaannya.
Saya kemudian bertanya kepada salah seorang teman di
Mataram untuk mengkonfirmasi kebenaran berita tersebut. Teman tersebut
menyatakan bahwa berita itu memang benar dan sahabat kami Wahyu Dian Silviani (Pipin) meninggal pada hari Kamis, 24 Agustus 2023 di Jogjakarta dan dimakamkan di
Mataram pada hari Jumat, 25 Agustus 2023.
Pada hari Kamis pagi sebenarnya saya sudah mengalami
beberapa hal yang agak ganjil. Sebelum berangkat ke sekolah, saat meletakkan
parfum di samping altar, manik-manik kristal rose quartz kecil jatuh dan tumpah
dari gelasnya. Sore hari saat pulang dari sekolah, papan asbes yang membatasi tembok
rumah dengan tembok tetangga jatuh dan berserakan di tangga. Saya bingung, perasaan saya hari itu sangat tidak nyaman. Tetapi saya tidak tahu apa penyebabnya.
Pada hari Sabtu, saya pergi ke rumah seorang sahabat untuk memesan
kalung rudraksa untuk kedua orang tua. Saya meminta kalung tersebut langsung
dikirimkan ke Mataram setelah selesai dibuat oleh sahabat tersebut. Saat
membersihkan kalung tersebut dengan menggunakan singing bowl, singing
bowlnya sulit untuk digerakkan dan agak berat. Bahkan saat mencoba
melakukan cleansing untuk kedua kalinya, suara dan getaran yang keluar
dari singing bowl itu agak aneh.
Sahabat tersebut bertanya kepada saya:
“Sebelumnya, saat saya membersihkan kalungmu, suara singing
bowl itu normal. Tetapi kenapa saat membersihkan kalung rudraksa mukhi 2 untuk
dikirim ke Mataram, suaranya menjadi aneh begini. Apa yang sebenarnya sedang
terjadi?
Saya hanya menggelengkan kepala, bingung. Sebenarnya ada
apa? Mengapa beberapa peristiwa yang terjadi belakangan ini terasa begitu
ganjil?
Keesokan harinya saya terbangun dengan perasaan yang tidak
menentu dan tanpa energi. Saat membuka ponsel, ada sebuah pesan masuk dari FB
Messenger dari seorang sahabat bernama Eko Sumaryanto yang saat ini sedang
menyelesaikan study di USA.
Eko: “URGENT, Ka ini beneran Wahyu yang
bareng kita ke NZ waktu itu?”
Saya kemudian membaca sebuah link berita yang dikirimkan
oleh Eko mengenai kasus pembunuhan seorang dosen UIN Surakarta. Saya tidak tahu
harus menjawab Eko seperti apa, sampai akhirnya saya bertanya kepada salah
seorang kawan di Mataram dan dia menyatakan kebenaran peristiwa tersebut.
Saya langsung lemas, tidak tahu harus berkata apa, dada
saya sesak dan segera membalas chat dari Eko.
Saya: “Benar Ko, iya. Ini Pipin yang dulu
jalan ama kita ke NZ. Saya baru konfirmasi sama teman di Mataram. Dia meninggal
hari Kamis dan Jumat kemarin dimakamkan di Mataram. I don't know what to say
Ko. Her journey is too fast.”
Setelah itu, saya langsung mandi dan menuju temple di belakang
kamar. Pada saat keluar kamar masuk ke area temple, seekor kupu-kupu berwarna
cerah terbang rendah di sekitaran area temple. I know that is you
Pipin.
Saat duduk di temple, saya mulai memejamkan mata dan
masuk ke alam meditasi. Saya melihat Pipin hadir dan panik di hadapan saya.
Pipin: “Mbk Eka, tolong saya. Saya tidak tahu apa yang
sedang terjadi. Gelap Mbk, saya takut sekali.”
Saya hanya terdiam dan memejamkan mata dan mulai berdoa dengan
salah satu doa kuno dalam Bahasa Sansekerta yang diajarkan oleh Guru saya untuk
mengantarkan mereka yang sudah tidak memiliki badan sebanyak 21 kali.
Om
Asatoma Sad-Gamaya
Tamaso
Maa Jyotir-Gamaya
Mrtyor-Maa
Amritam Gamaya
Lead
us from the dreadful darkness of delusion and ignorance into
the
eternal light of Truth, Love and Wisdom.
Setelah selesai berdoa, saya melakukan satu meditasi yang diajarkan oleh Guru saya, Guruji Anand Krishna yang beliau sebut dengan Latihan meditasi SELO (Self- Empowerment of Love). Inti dari latihan meditasi tersebut adalah untuk mengirimkan getaran kasih, baik untuk orang yang masih hidup maupun orang yang sudah tidak memiliki badan.
Note: tehnik Latihan meditasi SELO dapat dibaca di buku Soul Quest, karya Bapak Anand Krishna.
Selama 2 tahun terakhir, saya kehilangan beberapa orang
yang sangat dekat dengan saya. Yang pertama adalah salah seorang sahabat dari
Malaysia yang bernama Mogan Saygar yang pernah menjadi volunteer di One Earth
School dan mengajarkan Silambam (Ancient Martial Art yang menjadi cikal bakal Kungfu
yang berkembang di Cina). Sahabat tersebut meninggal dalam sebuah kecelakaan
saat berangkat ke tempat kerjanya. Kehilangan kedua adalah saat mentor saya,
Bapak Surya Hadi meninggal terkena serangan jantung selesai bermain badminton.
Yang ketiga adalah saat kami, keluarga besar Anand Ashram kehilangan Ma Archana
(suksesor Guru kami).
Menghadapi kepergian orang-orang yang begitu dekat bukanlah
perkara yang mudah. Lagi-lagi, saya hanya bisa memasuki alam hening dan melakukan
meditasi SELO (Self- Empowerment of Love) selama 21 hari berturut-turut untuk
melepaskan dan menerima kepergian mereka. Sungguh, dalam hidup ini, saya tidak
memiliki sandaran lain untuk menghadapi begitu banyak guncangan dalam hidup. Meditasi
adalah satu-satunya tempat untuk saya berpaling untuk menghadapi segala
persoalan dalam hidup ini. Guru, terima kasih telah hadir dalam hidup ini dan
memperkenalkan meditasi kepada saya. Terima kasih atas Cinta dan TuntunanMu. TanpaMu,
diri bukanlah apa-apa.
Pagi ini, saya membuka acak buku In the Foot Step of The Master
karya Bapak Anand Krishna dan mendapatkan pesan berikut:
“Waktu adalah perwujudan Tuhan. Kelahiran dan
kematian berada di dalam Waktu. Oleh karena itu, setiap orang harus menganggap Waktu
sebagai Hyang Ilahi dan memanfaatkannya untuk melakukan hal-hal mulia. Jangan
sia-siakan sedetik pun. Membuang-buang waktu sama artinya dengan menyia-nyiakan
hidup.”
Trip di New Zealand (Hobitton) Kiri: Penulis, Tengah; Eko Sumaryanto, Kanan: Wahyu Dian Silviani |
Wahyu Dian Silviani, selamat melanjutkan perjalanan. Semoga mencapat
tempat dan keadaan yang lebih baik. Sadgati Praptir Astu.
Picture courtesy: Misteri Kehidupan: saintsherald.files.wordpress.com/2013/11/one-with-god.jpg
Komentar
Posting Komentar