Ma Archana, My Inspiration

Ma Archana sudah tidak lagi bersama kami pada hari Jumat, 16 Juni 2023. Sebuah rasa kehilangan yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata, berat, terlalu berat bagi kami semua. Terlebih lagi untuk Guru saya sendiri, yang sudah menunjuk Ma Archana untuk menggantikan beliau, kepergian Ma adalah sebuah mimpi buruk di siang hari. Saya tidak pernah melihat Guru saya sepedih dan sesakit itu. Saya bayangkan jika saya berada pada posisi beliau, seorang Guru kehilangan seorang murid yang sangat diharapkan untuk menjadi penggantinya. Seorang ayah yang ditinggalkan oleh putri kesayangannya, hatinya pasti hancur lebur menjadi kepingan-kepingan kecil.

Selama 1 tahun sebelumnya, Ma mengalami kanker yang bermula dari perut beliau. Seiring berjalannya waktu beliau mengalami “malpraktek” dan mengalami serangkaian operasi dan treatment yang sebenarnya tidak diperlukan hingga kemudian merusak otak dan paru-paru beliau. Saya bertemu dengan beliau untuk terakhir kalinya pada bulan Desember 2022 di One Earth Retreat, Bogor. 

Setelah kejadian dengan Ma, Guru saya tidak ingin lagi ada kejadian yang sama terjadi menimpa kami semua. Beliau kemudian mendirikan Rumah Sehat Satu Bumi di One Earth Retreat, Ciawi, Bogor. Treatment yang diberikan di Rumah Sehat Satu Bumi lebih kepada edukasi dan praktek untuk memperbaiki pola hidup (perbaikan pola makan, pola tidur, exercise – yoga, meditasi, dan herbal).

Saat Ma pergi, saya tidak bisa mengekspresikan perasaan saya. Jujur saya sangat sedih, tetapi rasa pedih itu terpendam begitu dalam di dasar hati saya. Saya menangis sejadi-jadinya tetapi tangisan itu tidak sepenuhnya keluar.

Selain Guruji Anand Krishna, sosok Ma Archana adalah sosok yang sangat spesial di hati saya. Orangnya multitalented, bisa nyanyi, main musik, smart, good communicator, sosok Ibu yang lembut tapi tegas, cantik, fashionable, murah senyum, pintar gambar/ngelukis, nulis lagu, nulis buku, bikin aransemen musik, the best soul counsellor ever, menguasai pengobatan ayurveda, bisa tahu masa lalu (past life) orang dengan sentuh tanganya aja, dan masih banyak lagi.

Saya bertemu dengan Ma Archana untuk pertama kalinya pada bulan Desember 2015. Jujur, setelah saya pulang dari Australia, that was the lowest point of my life. Saya kehilangan arah dalam hidup. Saya tidak tahu harus apa, saya hanya mengikuti arus kehidupan, terseret ke sana kemari tak tentu arah. Setelah kakek meninggal pada awal September 2015, di akhir September 2015, saya bertemu Guruji. Pertemuan dengan Guruji mengantarkan saya untuk bertemu dan mengenal Ma Archana.

Setelah pertemuan dengan Guruji, saya sering bolak balik Lombok – Bali untuk mengambil beberapa workshop yang diselenggarakan oleh L’ayurveda (tempat Ma Archana bekerja dan menjadi direkturnya). Salah satu workshop yang saya ambil dengan Ma, yang mengubah segala-galanya dalah workshop Liberating Karmic Binding. Selain Ma Archana, Guruji Anand Krishna juga memberikan beberapa materi dalam workshop itu. Dan pertanyaan saya pada Guruji mengenai sesuatu kemudian dibalas dengan pertanyaan lain oleh beliau: “Mengapa kamu tidak kembali saja ke Bali dan melakukan sesuatu untuk tanah kelahiranmu?”

Kembali ke Bali setelah 17 tahun meninggalkan Bali? Saya bingung. Tetapi kata-kata Guruji bagaikan hantu dan bergema dalam diri saya, yang membuat saya memikirkan kata-kata itu siang dan malam. Beberapa minggu kemudian, salah seorang kawan di Mataram memberikan saya kabar, bahwa ada lowongan pekerjaan di Canggu sebagai seorang sekretaris di sebuah restoran besar yang baru dibuka. Saya memasukkan lamaran ke sana dan beberapa minggu kemudian dipanggil untuk interview. Saat interview, saya datang ke Bali hanya untuk tujuan itu, bukan untuk bekerja. Tetapi aneh, saya diterima, meskipun sebenarnya untuk posisi itu, saya overqualified. Keesokan harinya saya diminta langsung masuk kerja oleh bos (orang Perancis) saya. Saya menyanggupinya asalkan diberikan izin pada saat weekend kembali ke Mataram untuk mengambil barang-barang yang belum terbawa.

Sambil bekerja, saya mengikuti kelas meditasi dan yoga regular di Anand Krishna Centre Kuta. Tiga bulan lamanya saya bekerja di Canggu, kemudian One Earth School menamatkan lulusan pertama untuk SD dan akan membuka SMP. Salah seorang fasilitator yoga meminta saya untuk memasukkan lamaran ke One Earth School karena membutuhkan guru SMP. Saya diinterview secara informal selesai mengikuti kelas meditasi bersama Guruji di Anand Ashram Ubud oleh ketua yayasannya dan diterima menjadi guru. Keesokan harinya saya menghadap bos saya di restaurant, dan saya mengatakan bahwa akan mengundurkan diri dari restaurant. Bos saya hanya tersenyum dan berkata: “I am happy that finally you find the job that you love. You are meant to be a teacher. Go, and have a happy life.” Saya hanya melongo dengan respon bos saya. Saya pikir dia akan marah karena saya berhenti secara mendadak, ternyata tidak. Again, miracle? Entahlah.  

Saya menjalani hari-hari yang bahagia selama di One Earth School. Tantangan tetap ada dan selalu ada, tetapi saya bahagia. Saya tidak pernah sebahagia ini sebelumnya. Hal yang menarik pada awal saya mengajar adalah saya menjadi wali kelas 7 dan  harus mengajar hampir semua mata pelajaran untuk SMP (kecuali Matematika) karena tidak ada guru lain. Challenging, ya. Tetapi kondisi ini membuat saya belajar banyak hal, mempelajari hal-hal baru dalam kehidupan ini.

Pada tahun kedua, ada tantangan lain. Saya harus menjadi wali kelas 7 dan 8 serta mengajar secara paralel. Karena tidak ada ruangan, kelas 7 dan 8 ditempatkan pada 1 kelas yang sama, jadi guru yang mengajar harus mengajar secara paralel dengan materi yang berbeda untuk 2 level kelas yang berbeda. Untung anaknya sedikit (kelas 7 berjumlah 6 orang dan kelas 8 berjumlah 5 orang). Tidak mudah, tetapi saya bisa melakukannya dengan baik.

Cerita pada tahun berikutnya lebih seru. Saya diminta untuk mengajar kelas Science untuk SD kelas 1 – 6. Awalnya saya shock, saya tidak punya pengalaman mengajar anak SD, apalagi mengajar kelas 1, 2 dan 3. Saya terbanyang akan begitu susahnya mengelola kelas dan meminta mereka untuk duduk tenang. Dua minggu pertama mengajar SD, saya benar-benar kewalahan menghandle mereka. Tetapi seiring berjalannya waktu, saya terbiasa dan menemukan pola pengajaran yang tepat untuk mengajar anak-anak kecil. Menyenangkan ternyata menjadi guru SD, saya bisa tertawa dan bermain-main dengan anak-anak.

Hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya adalah saya mendapatkan kesempatan merentangkan kemampuan saya dalam mengajar; lintas mata Pelajaran (Biologi, Bahasa Indonesia, Prakarya, Science, PKN, IPS, Seni, Bahasa Inggris), serta lintas jenjang (SD – SMA). Semua ini memperkaya diri saya dengan pengalaman-pengalaman berharga yang tidak bisa dinilai dari uang. Selain sebagai guru, saya juga menjadi fotografer, mengelola website dan social media sekolah, serta mengelola perpustakaan.

Salah satu pengalaman berkesan saat di sekolah adalah teguran dari Ma Archana saat saya memotong rambut saya pendek sekali. Di Kuta, cuacanya panas sekali dan memelihara rambut panjang membuat saya tidak nyaman karena kegerahan. Tetapi Guruji rupanya tidak menyukai penampilan saya dan meminta Ma Archana untuk menegur saya.

“Eka, kamu harus memanjangkan rambut kamu kembali. Tidak harus panjang sekali, sebahu oke lah.”

“Kalau boleh tahu alasannya apa ya Ma? Jujur saya kegerahan di Kuta karena cuacanya panas sekali dan airnya agak bergaram sehingga rambut menjadi rontok.”

“Kamu itu seorang guru dan harus tampil keibuan. Rambut terlalu pendek seperti ini membuat kamu terlihat “macho” dan sisi femininnya hilang. Saya hanya menyampaikan ulang apa yang Guruji sampaikan kepada saya tentang kamu.”

Saya mengikuti saran Ma Archana dan memanjangkan rambut saya kembali menjadi sebahu. Not bad lah. Saat saya bandingkan foto saya ketika dipotong pendek (cepak) dengan rambut panjang memang terlihat berbeda. Ma Archana is right. Punya seorang Guru adalah berkah tersendiri, bahkan pada detail-detail kecil yang kelihatan sepele diperhatikan juga. Thank you Guruji, thank you Ma Archana.

Selain itu, saya beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk mengambil banyak workshop lain bersama Ma Archana. Semua workshop yang saya ikuti dengan beliau membantu saya menjalani kehidupan ini dengan lebih baik. Beberapa workshop lain yang saya ikuti bersama dengan Ma Archana antara lain: Spiritual Tarot Reader, Ayur Mind Management, Ayurvedic Self-Healing, Spiritual Hypnotherapy, Spiritual Astrology, The Secret of the Moon, Past Life Regression, Neo-Psychic Awareness dan beberapa workshop terkait mantra.

Saat memasuki awal usia 30-an, saya mulai diteror oleh keluarga. Kedua orang tua menuntut saya untuk menikah dengan alasan: “Jika kamu tidak menikah dan tidak punya anak, maka siapa yang akan mengurus kamu ketika menua nanti.” Dalam hati saya berguman, memang ada jaminan kalau punya anak nanti, anak akan mengurus kita. Atau, kita hanya ingin punya anak supaya punya perawat pada saat kita tua, atau hanya karena kita takut sendiri kita menikah untuk menutupi kesepian diri kita. Bagi saya, semua alasan itu tidak masuk akal. Tetapi jujur saya bingung juga harus menghadapi tekanan itu seperti apa.

Akhirnya saya mengambil kelas konseling khusus dengan Ma Archana yaitu Soul Reading. Satu-satu orang yang memang sangat kompeten di bidang itu adalah Ma Archana. Ma Archana memaparkan beberapa data tentang diri saya, tentang masa lalu saya (bukan masa lalu dalam kehidupan saat ini, but from another life time) dan tujuan kelahiran saya yang sekarang. Tentang pernikahan, beliau memberikan perspektif dari kehidupan pribadi beliau sendiri. Setelah Ma bercerai, maka banyak yang bertanya mengapa beliau tidak menikah lagi. Beliau berpesan kepada saya, jawab pertanyaan mereka dengan 2 cara, dengan cara menjelaskan panjang lebar, atau dengan “cara bodoh atau slengekan”. Dari pengalaman beliau, “cara bodoh” lebih mengena pada kebanyakan orang hingga akhirnya orang-orang tersebut tidak pernah bertanya dan berkomentar lagi tentang pernikahan.

Saya menemukan kilasan lain dari pengalaman hidup hingga kemudian mengambil keputusan tidak akan menikah dalam rentang kehidupan saat ini. Pada saat mengikuti sesi past life regression yang pertama dengan Ma Archana, saya menemukan diri terlahir di Negeri Tirai Bambu dan tinggal di sebuah biara serta melayani visi misi Guru saya pada zaman itu. Pada masa kelahiran kali itu, saya terlahir sebagai seorang pria dan menjadi salah satu pelatih Kungfu yang disegani di biara kala itu. Guru yang membimbing saya saat itu, juga membimbing saya dalam kehidupan saya saat ini. Pada masa kehidupan itu, saya berjanji akan melanjutkan perjuangan yang belum usai pada masa itu, untuk menyebarkan visi dan misi beliau. Guru saya menyampaikan bahwa perjalanan beliau dari Kanchipura (sebuah wilayah di India Selatan) ke Negeri Tirai Bambu terjadi kurang lebih 1.200 tahun yang lalu. Jadi bisa dibilang saya mengakses sebuah memori pribadi yang usianya sudah 1.200 - an tahun

Pada sesi past life regression yang kedua dengan Ma Archana, saya menemukan diri terlahir sebagai  seorang wanita. Negeri dimana saya hidup kala itu adalah negeri yang sangat ingin saya kunjungi dalam kehidupan kali ini. Impian itu menjadi kenyataan dan saya bisa tinggal di negeri itu selama 2 tahun. Pada masa itu, saya menjalin cinta dengan seorang pria. Saya begitu mencintai pria tersebut dan dia juga sangat mencintai saya. Tetapi, saya melakukan kesalahan fatal dengan menikahi pria lain yang secara sosial memiliki status yang lebih tinggi dibandingkan pria tersebut. Saya meninggalkan pria yang begitu tulus mencintai saya demi sebuah status sosial dan kenyamanan pribadi. Dari luar, seperti semua baik-baik saja, tetapi sebenarnya saya sangat menderita menjalani pernikahan tersebut, saya pikir status sosial yang tinggi bisa membuat saya bahagia, tetapi nyatanya tidak. Ilusi materi memang menyilaukan untuk sesaat, tetapi ternyata tidak mampu membahagiakan jiwa manusia.

Pria yang saya tinggalkan mengalami penderitaan akibat kebodohan saya. Dia pun sebenarnya tahu bahwa saya tidak pernah bahagia menjalani pernikahan saya. Sampai akhir hayatnya, dia masih mencintai saya dan menderita dengan perasaan itu. Saat mengingat semua kejadian itu, saya hanya bisa menangis dan menangis. Saya sangat menyesal dengan apa yang telah saya lakukan padanya. Saya menyesali kebodohan dan kenaifan saya pada masa itu.

Dari lubuk hati yang paling dalam, saya ingin meminta maaf padanya. Pada dia yang pernah begitu mencintai saya dan saya lukai hatinya. Tetapi saya sadar, kehidupan terus berjalan dan saya pun harus melanjutkan perjalanan saya. Saya belajar banyak dari kehidupan tersebut. Saya memandang pernikahan sebagai sarana untuk memajukan jiwa manusia, dan saya sudah pernah menjalaninya. Mengapa saya harus mengulangi lagi cerita serupa yang saya tahu ujungnya akan berakhir seperti apa? Tidak, enough is enough. Saya tidak mau mengulangi kesalahan yang sama lagi.

Satu hal yang sangat ingin saya lakukan saat ini adalah memenuhi janji saya pada Guru. Saya sudah menunggu beliau begitu lama, dan saya tidak akan menyia-nyiakan momen ini dengan menggerjakan serta mengejar hal-hal sepele dan remeh.

Setahun sebelum kondisi Ma Archana bertambah parah. Pada suatu ketika saya sempat menemani beliau di rumah sakit, dan beliau berpesan: “Eka, kamu harus menurunkan berat badanmu.” Pada saat itu, berat badan saya memang naik secara signifikan dan susah sekali untuk menurunkannya setelah pandemi. Kondisi kesehatan saya setelah terkena Covid juga semakin memburuk. Setiap kali naik ke lantai 3 untuk mengajar, nafas saya ngos-ngosan dan rasanya sangat tidak nyaman. Saya juga sering merasakan nyeri di telapak kaki setiap kali bangun tidur pagi. Ada yang salah dengan badan saya sampai kemudian 2 orang sahabat menegur saya.

“Eka, coba perhatikan pola makanmu. Setiap makan, saya perhatikan Eka suka sekali dengan makanan yang terlalu manis dan terlalu asin. It’s not good for your health.”

Ketika saya mereview pola makan, saya memang cenderung menyukai makanan yang sangat manis. Apalagi selama pandemi dan lock down, saya banyak sekali mempunyai stok coklat dan cookies.

Sahabat tersebut kemudian menyarankan saya untuk terapi akupuntur. Pada sesi terapi yang kedua, sang terapis mengatakan bahwa kondisi hati sangat tidak baik dan perlu penanganan yang intensif. Saya harus menjalani sesi terapi akupuntur setiap  minggu selama 3 bulan. Selain itu, saya juga harus meminum herbal (kunyit dan temulawak) yang harus diracik sendiri, diminum 2 kali sehari selama 3 bulan. Selain itu, sang terapis juga menganjurkan saya istirahat lebih awal, jam 10 sudah harus istirahat.

Selama menjalani sesi terapi akupuntur dan rajin minum herbal, kondisi kesehatan saya semakin membaik dan berat badan saya turun hingga kembali hingga kondisi ideal. Selain itu, saya mulai mendalami beberapa literatur kesehatan terkait dengan gula dan pengaruhnya pada hati.

Hati adalah organ yang ukurannya paling besar pada tubuh kita dan kesehatan organ-organ lain bergantung padanya. Jika hati kita rusak, maka tinggal tunggu tanggal saja organ-organ lain akan mengalami kerusakan. Yang paling merusak hati adalah gula pasir/gula putih (refined sugar). Refined sugar banyak sekali ditambahkan pada makanan dan minuman yang diproses (ultra presences food).

Saya baru memahami detail metabolisme tubuh dari hasil penelusuran beberapa literatur holistik. Gula yang berlebih akan dibawa ke hati dan diubah menjadi lemak. Lemak yang berasal dari gula akan disimpan di dalam hati. Hati kemudian menjadi gudang penyimpanan lemak dan membengkak, dan bisa mengarah pada fatty liver. Dari hati, lemak berlebih akan menyebar ke bagian tubuh yang lain termasuk otot dan kemudian kita mengalami obesitas. Kalau sudah obesitas, penyakit-penyakit lain akan bermunculan satu demi satu akibat tubuh mengalami inflamasi (peradangan).

Gula pasir (refined sugar) yang berlebih ternyata erat sekali dengan penyakit kanker. Pada dasarnya, kanker adalah sebuah inflamasi karena jumlah gula berlebih di dalam tubuh. Gula juga menyebabkan pH tubuh menjadi asam, pH yang asam terkait jumlah oksigen yang sangat rendah dalam tubuh. Dalam tubuh, diperkirakan ada sekitar 1 triliun mikroorganisme dalam keadaan tidak aktif saat tubuh memiliki cukup oksigen. Begitu oksigen level kita drop, organisme-organisme ini menjadi aktif dan mulai “memakan” sel-sel tubuh kita; kita mengalami peradangan di bagian-bagian tubuh yang lemah. Peradangan (inflamasi) ini bisa berujung pada berbagai macam penyakit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, hingga kanker.

Dari kajian literatur yang saya baca, sebenarnya sudah dilakukan penelitian di bidang mikrobiologi dengan menggunakan mikroskop yang bernama Ergonom (dikembangkan oleh Jerman) pada tahun 1840 untuk mengamati perkembangan mikroorganisme dalam darah kita. Mikroskop ini memiliki perbesaran tinggi dengan kisaran 15.000 – 40.000 kali. Yang menarik saat tubuh kita kekurangan oksigen, mikroorganisme dalam darah kita berkembang dan berubah bentuk dari bulat, menjadi batang, berubah menjadi berbentuk seperti sel ragi – hingga kemudian berbentuk seperti hifa jamur. Dari hasil penelitian ini, perkembangan sel kanker ternyata terkait dengan keberadaan mikroorganisme dalam darah yang berbentuk seperti hifa pada jamur.

Pertanyaannya sekarang, jenis makanan apa saja membuat tubuh kekurangan oksigen drop sehingga pH darah juga menjadi turun? Makanan-makanan tersebut adalah makanan dengan kadar gula pasir tinggi (ultra processes food: snack, biscuit, coklat, minuman kaleng dan kemasan), diet non vegetarian (daging), minuman berkarbonasi, makanan dengan bahan dasar tepung terigu, dan junk food.

Dengan pengetahuan baru tentang diet/pola makan, saya mulai mengurangi konsumsi gula (terutama gula pasir). Minggu pertama adalah perjuangan tersendiri untuk bisa lepas dari gula. Saya baru menyadari bahwa ternyata badan saya sudah begitu teradiksi dengan gula. Selama 4 hari pertama badan saya mengalami semacam gejala “sakau” karena sudah terbiasa dengan kadar gula tinggi.  Saya harus bertarung dengan diri saya sendiri, dan memaksa diri saya untuk tidak lagi memakan gula pasir (refined sugar) dalam bentuk apapun. Setelah seminggu, saya berhasil menaklukkan ketergantungan saya pada gula. Selain itu, saya juga mulai melakukan intermittent fasting, dimana saya tidak akan makan lagi setelah matahari terbenam dan makan pagi pun biasanya akan saya mulai jam 9-an.

Perubahan life style memperbaiki kesehatan saya secara signifikan. Selain itu, saya juga memulai pagi dengan exercise, mulai dari melakukan peregangan, pemanasan, yoga dan jalan pagi di sekeliling kompleks tempat tinggal saya. Badan rasanya sangat ringan, nyaman dan penuh energi. Menginvestasikan waktu untuk olahraga di pagi hari membuat hari-hari saya berjalan dengan sangat baik dan saya menjadi bersemangat menjalani hari-hari saya.

Kepergian Ma Archana mengajarkan saya untuk lebih menjaga kesehatan saya sendiri. Bagaimana saya bisa mengajar dan melayani anak-anak jika saya sakit-sakitan? Sekarang, saya sedang belajar lagi untuk menggali hal-hal yang terkait kesehatan holistik dari tradisi timur (Ayurveda) dengan memperbaiki pola makan dan menggunakan obat-obatan herbal. Saya ingat petuah Guru saya bahwa: “Jika kamu sakit, maka obatnya dapat ditemukan pada tanaman-tanaman yang tumbuh di pekarangan rumahnya.” Saya kemudian menjadi bersemangat untuk mengidentifikasi tanaman-tanaman liar yang tumbuh di sekitaran tempat tinggal saya untuk dijadikan obat sehari-hari. Selain itu, saya juga menanam sendiri beberapa tanaman herbal multiguna untuk meningkatkan imunitas tubuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Belajar MV dari Upie Guava

Sadgati Praptir-astu, Memaknai Kematian

Secercah Pendar Senyum