An Insult to Womanhood
Kemarin, pada hari Jumat, 20 September 2024, Guruji kembali
hadir dalam live tiktok saat beliau sedang melakukan Sadhana Yatra di India.
Beberapa poin menarik yang beliau sampaikan khususnya
tentang pertanyaan salah seorang yang mengikuti live tiktok tersebut.
Bagaimana sebenarnya tentang konsep kesetaraan gender?
Guruji menyampaikan bahwa konsep kesetaraan gender yang
digaungkan oleh barat sebenarnya merupakan penghinaan bagi keperempuanan, bagi
sebuah aspek feminin. Selama 5.000 tahun terakhir, kaum perempuan ditindas
habis-habisan oleh kaum laki-laki, oleh male ego. Kaum laki-laki
menyadari bahwa sebenarnya perempuan jauh lebih superior dibandingkan mereka. Maka
dari itu, mereka menciptakan konsep kesetaraan gender sehingga kaum perempuan harus
memperjuangkan kesetaraan mereka. Dengan memperjuangkan kesetaraan mereka,
secara otomatis perempuan akan merendahkan diri mereka sedemikian rupa sehingga
mereka, sehingga bisa dianggap sejajar dengan laki-laki. Perempuan melupakan
ketinggian dan kodrat mereka yang sebenarnya begitu luhur.
Barat (US) sudah berdiri hampir selama 250 tahun, tetapi
sampai saat ini, belum pernah ada presiden perempuan di negara tersebut. Mereka
mem-blow up isu kesetaraan gender, tetapi mengapa tidak ada satupun presiden
perempuan di negara tersebut? Kesetaraan gender yang mereka dengungkan hanyalah
slogan belaka, mereka tidak benar-benar menghormati kaum perempuan mereka.
Di negera-negara Asia, kita menemukan begitu banyak pemimpin
perempuan. Di Indonesia sendiri, kita pernah memiliki Presiden Megawati Sukarno
Putri. Pemimpin perempuan lainnya di Asia antara lain: Indira Gandhi (India),
Benazir Bhutto (Pakistan), Golda Meir (Israel), Aung San Suu Kyi (Myanmar), dan
lainnya. Di Aceh sendiri kita pernah memiliki beberapa Ratu Perempuan
(Sultana). Peradaban kita, peradaban Sunda Sindhu Saraswati adalah peradaban
yang tinggi dan kita menghargai kaum perempuan. Kita menempatkan perempuan pada
kedudukan yang sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari kaum laki-laki. Bagi kita,
perempuan adalah wujud Shakti, wujud dari Kekuatan itu sendiri, wujud dari
energi. Bangsa-bangsa yang tidak menghormati kaum perempuannya sedang menuju
kehancuran mereka.
Bali sedang menuju keruntuhan sosial. Perempuan Bali telah
ditindas habis-habisan dan mereka menerima penidasan itu sebagai kodrat mereka.
Jika ditanya, mengapa seperti itu, jawabannya sangatlah klasikal: “nak mule
keto”, emang sudah begitu dari sononya, jangan dipertanyakan dan dipersoalkan
lagi.
Bagi perempuan Bali, keberadaan mereka hanya akan eksis
jika mereka diakui oleh laki-lakinya. Mereka rela untuk dipacari, ditiduri
bahkan bila perlu harus hamil dulu baru dinikahi. Mereka sangat bangga jika mereka
bisa hamil sebelum pernikahan terjadi. Tanya kenapa?
Saat sedang mengikuti sebuah kegiatan di Ubud, saya
kebetulan duduk bersebelahan dengan seorang pemuka agama yang cukup disegani di
desanya. Sang pemuka agama tersebut kebetulan bercakap-cakap dengan seorang
bule yang ada di depannya. Kurang lebih isi percakapannya seperti ini:
“Kamu tahu ga di sini itu adalah lumrah bagi kaum laki-laki,
‘try before you buy’.”
Maksud dia adalah, kalau belum sampai hamil berarti belum
ada jaminan bahwa pihak perempuan itu bisa menghasilkan keturunan. Jadi
pastikan dulu, hamili dulu, baru kemudian dinikahi.
Saya hanya tercengang dengan kata-kata sang pemuka agama
tersebut, yang saya tahu, sang pemuka agama tersebut juga membaca beberapa pustaka
suci Hindu. Tetapi pola pikirnya masih seperti itu. Jujur, saat mendengarkan
hal tersebut, saya sangat sedih. Jika seorang pemuka agama memiliki pemikiran
seperti itu, bagaimana dia bisa menjadi contoh bagi masyarakat yang ada di
bawah naungannya.
Kisah lain adalah kisah beberapa pengajar yang saya kenal,
baik yang hamil maupun yang menghamili perempuan yang akan dia nikahi. Pola
pikirnya sama, jika saya tidak hamil, maka saya bukanlah seorang perempuan sejati,
saya tidak akan dianggap jika saya tidak hamil duluan. Para pengajar seharusnya
memberikan contoh yang ideal untuk siswa-siswanya, jika mereka sendiri berperilaku
seperti itu, maka bagaimana dengan nasib anak-anak yang didiknya? Contoh
seperti apa yang akan diberikan kepada anak-anak itu? Jangan salahkan jika
anak-anak itu meniru keburukan yang mereka lakukan melalui perilaku tersebut. Hanya
karena semua orang makan kotoran, apakah kita juga akan makan kotoran?
Hanya karena ingin membuktikan bahwa api bisa membakar, apakah kita harus
memasukkan tangan kita ke dalam bara api? Renungkanlah! Betapa bodohnya jika
kita mengambil sikap seperti itu!
Penahkah kita berpikir generasi seperti apakah yang akan
kita hasilkan dari hasil sebuah “kecelakaan”? Dari sebuah kehamilan yang sama
sekali tidak direncanakan? Jika kita memahami sedikit tentang teori fisika dan
psikologi, maka kita akan mampu memahami kinerja alam ini.
Pada dasarnya, segala sesuatu di alam ini bergetar,
memiliki vibrasi pada sebuah frequensi tertentu. Niat kita juga berada pada frequensi
tertentu, dan akan menarik getaran lain dengan frekuensi yang sama. Anak-anak
yang dihasilkan dari sebuah “kecelakaan”, kehamilan sebelum pernikahan pada dasarnya
lahir karena tidak diharapkan. Intinya, mereka tidak pernah diminta
untuk terlahir dalam kandungan tersebut. Mereka tidak direncanakan untuk lahir.
Karena tidak direncanakan, frekuensi yang ditarik oleh si ibu yang mengandung
bayi tersebut berasal dari frekuensi yang sangat rendah. Roh-roh yang memilliki
frekuensi rendah pada umumnya adalah roh-roh yang tidak berbobot, bukanlah
roh-roh yang memiliki kualitas baik. Bahkan bisa terjadi mereka mengundang
roh-roh yang sedang gentayangan tanpa tujuan yang jelas. Apalagi lebih
seringnya si ibu dalam kondisi yang secara psikolgis tidak siap untuk hamil,
tetapi terlanjur hamil dan berupaya untuk menutupi kehamilannya, yang pada
akhirnya akan ketahuan juga. Mereka secara psikologis sebenarnya takut, takut
jika sampai orang-orang di sekitar mereka tahu bahwa mereka sedang hamil.
Secara otomatis, mereka akan menarik roh-roh pada frequensi “takut”.
Jadi, kita tidak akan pernah menghasilkan generasi penerus
yang memiliki kualitas baik, kualitas prima. Kita hanya akan menghasilkan
generasi penerus yang cenderung merusak dan mencelakakan diri mereka sendiri
serta orang-orang yang ada di sekitar mereka. Bahkan lebih buruknya lagi,
mereka bisa mencelakakan bangsa, negara, serta dunia kita.
Drupadi Ditenjangi oleh Kurawa |
Wahai kaum perempuan, berhati-hatilah. Sadari bahwa kalian adalah tulang punggung masyarakat. Kejatuhan kalian akan menjadi awal dari kejatuhan sebuah bangsa. Sadari ketinggian diri kalian, jangan jual diri kalian begitu rendah. Jangan izinkan siapapun menindas diri, harkat dan martabat kalian. Singkirkan pemikiran bahwa kalian itu lemah dan membutuhkan laki-laki untuk membuat kalian tampak berharga. Jika pun suatu saat kalian memilih untuk menikah, pilihlah pilihan itu secara sadar, bukan karena tuntutan sosial, tekanan keluarga, peer pressure, atau karena sudah mencapai usia tertentu. Kenali dulu diri kalian, sadarilah siapa diri kalian.
Ingat, penghinaan terhadap Drupadi menjadi sebab kehancuran
dinasti Kuru. Mereka yang tidak menghargai kaum perempuannya, sedang menuju
kehancuran. Kaum perempuan yang tidak menjaga martabatnya, akan menjadi sumber
kehancuran sebuah bangsa. An insult to womanhood will become turning
point of destruction of a nation. Beware… Berhati-hatilah!
“If you want to understand the world, consider
it in term of energy, frequency and vibration.”
(Nikola Tesla)
Komentar
Posting Komentar