Total Sukses Mozaik VI: Mastermind – Keahlian yang Menunjang Niat
“Mastermind adalah keahlian untuk
menunjang niat yang kuat. Tanpa keahlian, sekuat apapun niat kita, tidak
cukup.”
(Anand
Krishna, Total Sukses, pp. 116)
Dalam hidup, jika kita tidak memiliki keahlian untuk mencapai tujuan kita, maka kita bisa belajar dari orang lain atau sebuah situasi. Secara umum, ada 3 sumber utama yang bisa kita dekati untuk menambah keahlian diri:
“Pertama, para ahli yang sudah berhasil. Bukan sembarang ahli, tetapi ahli yang berhasil. Bukan hanya kaya saja, tetapi orang kaya yang bahagia, tenang, mandiri dan tidak takut” (Anand Krishna, Total Sukses, pp. 118).
Kedua adalah karya tulis.
“Buku bisa menjadi guru, maka pilihlah
buku-buku yang sesuai dengan apa yang menjadi niat anda. Jangan membaca
sembarang buku, karena buku adalah makanan bagi jiwa” (Anand Krishna, Total
Sukses, pp. 121-122).
Ketiga adalah kitab alam.
Alam ini adalah universitas kehidupan. Kita bisa belajar apapun dari alam selama kita mau membuka diri dan siap untuk berubah serta senantiasa bersemangat untuk memperbaiki diri. Ada tiga hal utama yang terkait dengan hukum alam yaitu:
- Hukum Perubahan, segala sesuatu berubah dari saat demi saat, tidak ada hal abadi di alam benda ini. Hukum ini erat kaitannya dengan hukum kedua, yaitu:
- Hukum Evolusi, kita semua sedang berkembang dan
kecepatan kita dalam berkembang berbeda-beda. Mereka yang membuka diri terhadap
perubahan berkembang lebih cepat dan mereka yang menutup diri akan berkembang
lebih lambat. Jadi, cepat atau lambatnya evolusi diri ditentukan oleh diri kita
sendiri.
- Hukum Sebab Akibat, setiap aksi pastilah menimbulkan reaksi. Apapun yang kita tanam hidup maka itulah yang akan kita tuai. Jika kita menginginkan hasil panen yang baik maka kita mesti menabur benih yang baik (Anand Krishna, Total Sukses, pp. 123-124).
Star of the Hero - Painting of Nicholas Roerich |
Dalam perjalanan hidup ini, aku mensyukuri semua hal yang telah diberikan kehidupan kepadaku. Pertemuan dengan Guru membuatku memahami makna hidup dan menemukan kebahagiaan. Memberiku keberanian dan semangat untuk membangun impian baru dalam hidupku. Sebenarnya bukan impian baru, melainkan misi hidup dan life path yang harus kujalani dalam kehidupan kali ini.
Aku sangat ingin mendedikasikan sisa hidupku di bidang
pendidikan dan mewujudkan visi dan misi Guruku di bidang tersebut. Untuk
mencapai hal ini, aku harus berguru dan belajar dari seseorang yang paling
kompeten dalam bidang ini, yaitu Guruku sendiri. Meneladani dan menterjemahkan
kehidupan beliau ke dalam laku kehidupan sehari-hari tentulah membutuhkan
proses dan lingkungan yang tepat untuk menunjang hal tersebut. Maka, untuk
mempercepat proses pembelajaran itu aku harus pindah ke lingkungan yang menunjang
pertumbuhan jiwaku.
Dua tahun pertama saat mengajar di One Earth School, aku
masih pulang dan pergi dari rumah ke sekolah. Pada awalnya semua terasa
baik-baik saja, tetapi lama-kelamaan aku gerah sendiri dengan apa yang terjadi
di sekitarku. Semakin kujalani, aku menyadari bahwa tarik-menarik menarik energy
dalam diri dengan lingkungan di sekitar rumah terasa sangat mengganggu dan
membuatku merasa sangat tidak nyaman. Saat itu aku berpikir bahwa aku harus
meninggalkan tempat tersebut.
Aku kemudian ditawari untuk tinggal di asrama sekolah dan
aktif untuk berpartisipasi dalam mendidik anak-anak di asrama. Aku tanpa ragu
mengatakan bersedia dan meninggalkan rumah untuk tinggal di asrama. Jujur, itu
bukanlah keputusan yang mudah. Dengan segala kenyamanan yang ada, sangat tidak
mudah keluar dari zona nyaman. Ditambah lagi dengan kekhawatiran dengan apa
yang terjadi di masa depan jika aku meninggalkan rumah. Tetapi aku sudah
membulatkan tekad untuk pergi dari rumah demi mempercepat perkembangan jiwaku.
Keputusanku tentu ditentang oleh semua orang rumah terutama
oleh ayah dan ibuku. Ayahku selalu marah selama 2 tahun pertama saat aku keluar
dari rumah: “Rumah itu ayah buat untuk kamu, untuk kamu tinggal di sana. Bukan
untuk ditinggal dan ditelantarkan begitu saja”. Tapi argumen itu tidak
mematahkan semangatku, aku hanya menerima dan memaklumi amarahnya tanpa berkata
sepatahpun kata. Akupun bingung harus menjelaskan seperti apa karena beliau
sudah menutup diri mendengar penjelasanku.
Jauh di lubuk hatiku, aku sadar itu adalah keputusan yang
paling tepat untuk kujalani. Tidak mudah memang, tetapi aku dapat merasakan
bahwa aku dapat bernafas dengan lega sejak aku keluar dari rumah dan
meninggalkan segala-galanya. Jika masih di sana, jiwaku akan terkungkung dan
aku sendiri yang akan menderita saat menjalani semuanya.
Di asrama, aku belajar banyak hal, aku belajar untuk hidup,
menjalani hidup dengan sepenuhnya. Suka dan duka selalu ada dan mewarnai
perjalanan ini, tetapi aku tidak pernah mengeluhkannya. Aku sangat bahagia bisa
berada di dekat anak-anak. Kepolosan, keluguaan dan pertanyaaan mereka selalu
membuatku terkesima. Aku sangat bersyukur, meskipun aku tidak memiliki anak,
aku diberi kesempatan untuk membesarkan dan mendidik mereka dengan penuh
idealiasme. Aku merasa sangat beruntung bisa mendapatkan kesempatan yang penuh
berkah seperti ini.
Sebenarnya bukan mereka yang belajar dariku, tetapi akulah
yang banyak belajar dari mereka. Bagiku, mereka adalah guruku, termasuk setiap
kejadian yang terjadi di asrama, semua itu adalah pelajaran yang sangat
berharga untukku. Dengan berada dalam lingkungan yang tepat seperti ini, aku
merasa laju perkembangan jiwaku sangat pesat, jauh melebihi harapanku. Rasanya
seperti melaju dengan kecepatan cahaya menjalani perjalanan ini. Mau apa lagi?
Hidup dalam sebuah setting asrama seperti ini adalah sebuah
luxury, sebuah kemewahan, dimana
tidak setiap orang akan mendapat kesempatan untuk menjalaninya. Pun ketika
mendapat kesempatan, tidak semua orang berani “melompat” dan meninggalkan zona
nyaman mereka. Butuh nyali dari baja untuk “melompat” dan meninggalkan zona
nyaman tersebut. Perjalanan di dalam sinipun tidak mudah untuk dijalani, tetapi
selama kita memiliki komitmen, kita akan mampu melewati setiap tantangan dalam
perjalanan ini.
Pearl of Searching - Painting of Nicholas Roerich |
Belajarlah dari siapapun, terutama dari alam karena alam adalah guru yang paling bijaksana. Di atas segalanya, aku juga sangat bersyukur bahwa aku dibimbing oleh seorang Guru yang sangat kompeten. Di bawah bimbinganNya, aku mengalami kemajuan yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku tidak pernah merasa sehidup ini, saat Beliau hadir dan mengisi hari-hariku dengan semua kenangan indah akan hadirNya.
MengingatNya dalam memori ini adalah hal yang
sangat indah untuk dijalani. Merasakan hadirNya dalam setiap karya dan senyuman
anak-anak adalah anugrah yang takkan bisa dibayar dengan uang sebanyak apapun.
Aku selalu berprinsif, dalam hidup, kita akan menemukan dua
tipe manusia. Pertama, mereka yang hadirnya akan meninggalkan kenangan yang
indah dalam hidup kita. Dan tipe kedua adalah mereka yang akan meninggalkan
pelajaran tak terlupakan seumur hidup. Bagiku secara pribadi, hadir seorang
Guru melampaui keduanya sekaligus mencakup kedua-duanya. Kehadiran Beliau meninggalkan
kenangan yang sangat indah dan pembelajaran yang beliau berikan membuat kita tak
pernah lupa.
Akhir kata, ada sebuah kutipan yang menarik untuk
direnungkan:
“HIDUP MENAWARKAN SEKIAN BANYAK PILIHAN – otak kita “dirancang”
untuk menimbang dan memilah. Itulah fungsi Neo-Cortex otak manusia.
“Pikiran serta perasaan kita, bahkan dapat menciptakan dan
memiliki dasar-dasar untuk memilih dan memilah antara sesuatu yang memuliakan,
dan sesuatu yang sekadar menyenangkan.”
“Bermain di medan laga ini, lawan main kita bukanlah orang
lain. Lawan main kita adalah kesadaran rendah yang mengikat kita dengan dunia
benda. Tingkatkan kesadaran – aku bukan badan, aku Jiwa, maka medan laga ini
tidak bisa menahan kita. Kita terbebaskan saat itu juga” (Anand Krishna,
Bhagavad Gita, pp. 627-628).
Komentar
Posting Komentar